MENGASUH anak adalah amanah besar yang diberikan kepada orang tua, khususnya ibu, dalam membentuk karakter dan masa depan mereka. Ibu memiliki peran utama dalam mendidik anak dengan cinta, karena dari kasih sayang dan bimbingannya-lah anak tumbuh menjadi pribadi yang berakhlak, cerdas, dan mandiri. Agar anak tumbuh menjadi pribadi yang diharapkan, perlu hadirkan 10 cara mengasuh anak dengan cinta.
Dalam Islam, ibu disebut sebagai “madrasah pertama” bagi anak-anaknya, yang berarti bahwa pendidikan dan nilai-nilai moral pertama kali mereka dapatkan berasal dari ibu. Selain itu, berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa pola asuh yang penuh kasih sayang dan perhatian akan berpengaruh besar terhadap perkembangan psikologis dan kecerdasan emosional anak. Oleh karena itu, mengasuh anak dengan cinta menjadi kunci utama dalam membentuk generasi hebat yang siap menghadapi tantangan kehidupan.
Dalam Islam, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan teladan dalam mendidik anak dengan kelembutan, kasih sayang, dan kebijaksanaan. Beliau tidak hanya mengajarkan anak-anak dengan nasihat, tetapi juga melalui keteladanan dan kedekatan emosional. Pendekatan ini selaras dengan temuan ilmiah modern yang menyatakan bahwa pola asuh yang penuh kasih sayang dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan sosial anak.
Oleh karena itu, ibu perlu memahami cara mengasuh anak dengan cinta yang tidak hanya sesuai dengan prinsip syariat Islam, tetapi juga didukung oleh pendekatan ilmiah. Artikel ini akan membahas sepuluh cara mengasuh anak dengan cinta yang dapat membantu ibu dalam membentuk generasi yang tangguh, berakhlak mulia, dan sukses di dunia maupun akhirat.
Baca Juga: Istri Shalihah, Pilar Utama Membangun Keluarga Sakinah
Mengasuh anak adalah tugas mulia yang memerlukan ilmu, kesabaran, dan kasih sayang. Dalam Islam, ibu memiliki peran utama dalam pendidikan anak sejak dini, sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari perspektif ilmiah dan syariat Islam, berikut adalah 10 cara mengasuh anak dengan cinta untuk membentuk generasi hebat.
Pertama, Menanamkan Tauhid Sejak Dini. Dalam Islam, pendidikan tauhid adalah dasar utama. Allah berfirman,
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat ia menasihatinya, ‘Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah kezaliman yang besar.'” (Qs. Luqman: 13)
Baca Juga: Gapai Ridha-Nya, Peran Muslimah Membentuk Generasi Islami
Secara ilmiah, anak yang tumbuh dengan keyakinan yang kuat terhadap Tuhan akan memiliki moral yang baik dan rasa tanggung jawab tinggi.
Kedua, Memberikan Kasih Sayang dan Sentuhan Fisik. Studi psikologi menunjukkan bahwa anak yang mendapatkan pelukan dan perhatian dari ibu lebih stabil secara emosional. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga dikenal sangat lembut kepada anak-anak, bahkan sering mencium dan memeluk mereka (HR. Abu Dawud).
Dalam Islam, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan teladan dalam hal ini. Beliau sangat lembut terhadap anak-anak, sering mencium dan memeluk mereka sebagai bentuk kasih sayang. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mencium Hasan bin Ali, lalu Al-Aqra’ bin Habis berkata, “Aku memiliki sepuluh anak, tetapi aku tidak pernah mencium seorang pun dari mereka.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ لَا يَرْحَمْ لَا يُرْحَمْ (رواه البخاري ومسلم)
“Barang siapa yang tidak menyayangi, maka dia tidak akan disayangi.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Hadis ini menunjukkan betapa pentingnya kasih sayang dalam membentuk karakter anak agar tumbuh dengan kelembutan hati dan akhlak yang baik.
Baca Juga: Perempuan ICMI Minta Pemerintah Lebih Serius Lindungi Hak Anak dan Perempuan Indonesia
Ketiga, Memberikan Pendidikan yang Baik. Islam sangat menekankan pentingnya pendidikan, baik formal maupun nonformal. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ (رواه ابن ماجه)
“Mencari ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah). Secara ilmiah, pendidikan yang baik akan membentuk kecerdasan intelektual dan emosional anak, sehingga mereka lebih siap menghadapi tantangan kehidupan.
Dengan ilmu, seorang Muslim dapat memahami ajaran agamanya dengan benar, menjalankan ibadah sesuai tuntunan syariat, serta berkontribusi dalam kehidupan sosial dengan cara yang bermanfaat. Islam sangat menekankan pentingnya ilmu, bahkan ayat pertama yang diturunkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah perintah membaca (Qs. Al-‘Alaq: 1).
Keempat, Mendidik dengan Keteladanan. Anak adalah peniru ulung. Ibu yang berakhlak baik akan lebih mudah mendidik anak dengan nilai-nilai kebaikan. Dalam Islam, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah teladan terbaik, sebagaimana firman Allah,
Baca Juga: 10 Kiat Menjadi Wanita Shalehah yang Menginspirasi
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ (الأحزاب: ٢١)
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu…” (Qs. Al-Ahzab: 21)
Ayat ini menegaskan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah teladan terbaik bagi setiap Muslim dalam segala aspek kehidupan, baik dalam ibadah, akhlak, maupun interaksi sosial. Beliau menunjukkan kesabaran, kejujuran, dan kasih sayang dalam setiap tindakan. Oleh karena itu, mengikuti jejak beliau adalah kunci menuju kehidupan yang diberkahi dan diridhai Allah. Ilmuwan menyebut konsep ini sebagai modelling dalam psikologi perkembangan anak.
Kelima, Menerapkan Disiplin dengan Lembut. Islam mengajarkan keseimbangan antara kasih sayang dan kedisiplinan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah memukul anak-anak, tetapi beliau mendidik mereka dengan bijaksana. Studi psikologi menunjukkan bahwa disiplin tanpa kekerasan lebih efektif dalam membentuk karakter anak.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah suri teladan dalam mendidik anak-anak dengan kelembutan dan kasih sayang. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda,
Baca Juga: Sembilan Tips Menjadi Muslimah Mulia dan Cerdas
نَهَى رَسُولُ اللَّهِ ﷺ أَنْ يُضْرَبَ فَوْقَ عَشْرِ ضَرَبَاتٍ إِلَّا فِي حَدٍّ مِنْ حُدُودِ اللَّهِ
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melarang memukul lebih dari sepuluh kali kecuali dalam hukum had dari hukum-hukum Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menunjukkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mendidik dengan kekerasan, terutama terhadap anak-anak.
Sebaliknya, beliau menggunakan pendekatan yang penuh hikmah, seperti memberi nasihat, memberi contoh langsung, dan mendoakan kebaikan bagi mereka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga sering berinteraksi dengan anak-anak dengan kasih sayang, bermain dengan mereka, dan memperlakukan mereka dengan hormat.
Keenam, Menjaga Kesehatan Anak secara Jasmani dan Rohani. Islam mengajarkan pentingnya menjaga kesehatan, seperti pola makan yang baik dan kebersihan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
الْبَطْنُ بَيْتُ الْدَّاءِ وَالْحِرْمَانُ أَوَّلُ الدَّوَاءِ
“Perut itu tempat penyakit, dan pencegahan adalah awal pengobatan.” (HR. Ad-Dailami). Secara ilmiah, nutrisi yang baik dan lingkungan yang bersih berpengaruh besar terhadap pertumbuhan fisik dan mental anak.
Baca Juga: Kemuliaan Muslimah: Jalan Hidup Seorang Wanita Beriman
Hadis ini juga mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga pola makan yang sehat dan seimbang. Perut adalah tempat di mana banyak penyakit dapat muncul akibat makanan yang tidak sehat atau berlebihan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan agar kita berhati-hati dalam memilih makanan, tidak berlebihan dalam makan, dan menghindari kebiasaan yang dapat merusak kesehatan tubuh.
Ketujuh, Mengajarkan Rasa Empati dan Kepedulian Sosial. Islam menekankan kepedulian terhadap sesama. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidak beriman seseorang hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim). Psikologi sosial menunjukkan bahwa anak yang memiliki empati lebih mudah beradaptasi dan memiliki hubungan sosial yang sehat.
Hadis ini mengajarkan pentingnya empati dan kepedulian terhadap sesama. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan bahwa iman seseorang tidak sempurna jika ia tidak mencintai kebaikan untuk orang lain seperti ia mencintai untuk dirinya sendiri. Konsep ini berkaitan erat dengan rasa empati, yaitu kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain dan peduli terhadap kebutuhan mereka. Dalam psikologi sosial, anak yang dilatih untuk memiliki empati cenderung lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan sosial dan memiliki hubungan yang lebih sehat dengan orang lain.
Baca Juga: Muslimat Pembebas Al-Aqsa: Peran dan Keutamaannya
Kesembilan, Membiasakan Doa dan Ibadah Sejak Kecil. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعٍ وَضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
“Perintahkan anak-anak kalian untuk shalat saat mereka berusia tujuh tahun.” (HR. Abu Dawud). Ilmiah menunjukkan bahwa ibadah dan meditasi dapat meningkatkan ketenangan jiwa dan mengurangi stres pada anak.
Hadis ini mengajarkan pentingnya membiasakan anak-anak untuk melakukan ibadah sejak usia dini, salah satunya dengan shalat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengarahkan orang tua untuk memerintahkan anak-anak mereka untuk shalat saat berusia tujuh tahun. Ini adalah langkah pertama dalam mendidik anak agar terbiasa dengan ibadah dan disiplin agama.
Jika mereka belum melakukannya pada usia sepuluh tahun, orang tua diharapkan memberikan teguran dengan cara yang mendidik, tetapi tidak dengan kekerasan. Mengajarkan anak-anak tentang doa dan ibadah sejak kecil membantu membangun fondasi spiritual yang kuat bagi kehidupan mereka di masa depan.
Baca Juga: Mencari Ridha-Nya: Peran Muslimah dalam Membentuk Generasi Islami
Kesembilan, Memberikan Waktu Berkualitas. Bermain, berbicara, dan beraktivitas bersama anak memperkuat ikatan emosional. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam meluangkan waktu untuk bermain dengan cucu-cucunya. Memberikan waktu berkualitas bersama anak adalah salah satu cara mendidik yang efektif dalam Islam. Meluangkan waktu untuk mendengarkan, bermain, dan mengajarkan mereka tentang nilai-nilai agama akan mempererat hubungan emosional dan meningkatkan perkembangan anak secara keseluruhan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mencontohkan hubungan yang penuh kasih sayang dengan anak-anak, salah satunya adalah dengan menyempatkan waktu untuk mereka meskipun beliau sibuk. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda,
إِنَّ مِنْ أَبَرِّ بَرِّ صِلَةِ الرَّجُلِ أَهْلَهُ، وَمِنْ أَبَرِّ بَرِّ صِلَةِ الْمَرْءِ أَوْلَادَهُ
“Sesungguhnya di antara bentuk kebaikan yang paling utama adalah berbakti kepada keluarga, dan di antara bentuk kebaikan yang paling utama adalah berbakti kepada anak-anak.” (HR. At-Tirmidzi)
Hadis ini menunjukkan bahwa berinteraksi dan menghabiskan waktu berkualitas bersama keluarga, terutama anak-anak, adalah salah satu bentuk kebaikan yang sangat dihargai dalam Islam. Waktu yang diberikan dengan penuh perhatian dan kasih sayang akan memperkuat ikatan keluarga dan membantu anak-anak tumbuh dengan nilai-nilai yang baik. Penelitian menunjukkan bahwa interaksi positif dengan orang tua meningkatkan kecerdasan emosional anak.
Baca Juga: Muslimah dan Kecantikan Hakiki: Menemukan Keindahan dalam Ketaatan
Kesepuluh, Mendoakan Anak dengan Tulus. Doa ibu adalah doa yang mustajab. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ثَلاثٌ لَا يُرَدُّ دُعَاؤُهُنَّ: دُعَاءُ الْوَالِدِ لِوَلَدِهِ، وَدُعَاءُ الْمُسَافِرِ، وَدُعَاءُ الْمَظْلُومِ
“Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi: doa orang tua, doa musafir, dan doa orang yang terzalimi.” (HR. Abu Dawud).
Hadis ini mengajarkan bahwa doa orang tua, khususnya doa seorang ibu untuk anaknya, memiliki kekuatan yang luar biasa dan mustajab (pasti dikabulkan). Ini menunjukkan betapa besar peran doa dalam kehidupan anak, serta pentingnya seorang ibu untuk mendoakan kebaikan bagi anak-anaknya. Doa yang tulus dan penuh kasih dari orang tua, terutama ibu, adalah salah satu sarana untuk mendekatkan anak pada keberkahan hidup dan keselamatan.
Peran ibu dalam membentuk generasi hebat sangatlah besar. Dengan pendekatan ilmiah dan syariat Islam, seorang ibu dapat mendidik anak dengan cinta, sehingga mereka tumbuh menjadi individu yang cerdas, berakhlak mulia, dan bertakwa.[]
Baca Juga: Muslimah Visioner, Menggapai Cita-Cita dengan Keimanan yang Kokoh
Mi’raj News Agency (MINA)