KEPEMIMPINAN adalah amanah besar yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Dalam Islam, seorang pemimpin bukan sekadar sosok yang berkuasa, tetapi ia adalah pelayan bagi rakyatnya dan akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari No. 893, Muslim No. 1829)
Namun, tidak semua pemimpin menjalankan amanah ini dengan baik. Sejarah menunjukkan bahwa banyak pemimpin yang justru menyalahgunakan kekuasaan, mengabaikan keadilan, dan menzalimi rakyatnya. Akibatnya, kehancuran suatu bangsa sering kali berawal dari buruknya kepemimpinan.
Islam telah memberikan pedoman jelas mengenai karakteristik pemimpin yang baik dan buruk, agar umat tidak terjerumus dalam kehancuran akibat kepemimpinan yang zalim. Berikut ini ada 10 ciri pemimpin yang buruk.
Baca Juga: Menjadi Da’i Beradab: Membangun Dakwah yang Berkah
Pertama, Tidak Adil. Pemimpin yang buruk adalah pemimpin yang tidak menegakkan keadilan. Dalam Islam, keadilan adalah prinsip utama dalam kepemimpinan, sebagaimana firman Allah,
إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُ بِٱلْعَدْلِ وَٱلْإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ وَٱلْبَغْىِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (Qs. An-Nahl: 90)
Ketidakadilan dalam kepemimpinan menyebabkan ketidakpercayaan rakyat dan menimbulkan kekacauan dalam suatu masyarakat. Seorang pemimpin yang zalim akan kehilangan legitimasi karena tidak menunaikan amanah yang diberikan kepadanya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَىٰ مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمٰنِ عَزَّ وَجَلَّ وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ، الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا
“Sesungguhnya orang-orang yang adil berada di sisi Allah di atas mimbar-mimbar dari cahaya di sebelah kanan Allah, yaitu mereka yang berlaku adil dalam hukum mereka, keluarga mereka, dan apa yang mereka pimpin.” (HR. Muslim No. 1827)
Baca Juga: 11 Alasan Mengapa Harus Mengonsumsi Makanan Halal
Kedua, Mengutamakan Kepentingan Pribadi dan Kelompoknya. Pemimpin yang buruk lebih mementingkan kepentingan diri sendiri dan kelompoknya daripada kesejahteraan rakyat. Dalam Islam, pemimpin harus bersikap amanah dan tidak boleh korup. Allah berfirman,
وَلَا تَأْكُلُوا۟ أَمْوَٰلَكُم بَيْنَكُم بِٱلْبَٰطِلِ وَتُدْلُوا۟ بِهَآ إِلَى ٱلْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا۟ فَرِيقًۭا مِّنْ أَمْوَٰلِ ٱلنَّاسِ بِٱلْإِثْمِ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dan janganlah kalian memakan harta sesama kalian dengan jalan yang batil dan (janganlah) kalian membawa (urusan) harta itu kepada hakim agar kalian dapat memakan sebagian dari harta orang lain dengan cara berbuat dosa, padahal kalian mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 188)
Pemimpin yang korup tidak hanya merusak kepercayaan rakyat, tetapi juga membawa kehancuran bagi negara dan masyarakat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
اللَّهُمَّ مَن وَلِيَ مِن أَمرِ أُمَّتِي شيئًا فَشَقَّ علَيهِم فاشقُق علَيهِ، وَمَن وَلِيَ مِن أَمرِ أُمَّتِي شيئًا فرفَقَ بِهِم فَارفُق بِهِ
“Ya Allah, siapa yang diberi tanggung jawab mengurusi urusan umatku lalu ia menyusahkan mereka, maka susahkanlah dia. Dan siapa yang mengurusi umatku lalu ia berlaku lembut kepada mereka, maka berilah kelembutan kepadanya.” (HR. Muslim No. 1828)
Baca Juga: Kesamaan Perjuangan Bangsa Palestina dengan Indonesia
Ketiga, Tidak Menepati Janji dan Ingkar Amanah. Seorang pemimpin yang buruk adalah yang tidak menepati janji dan mengkhianati amanah. Dalam Islam, menepati janji adalah tanda keimanan, sedangkan mengingkarinya adalah ciri kemunafikan. Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ
“Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah akad-akad (perjanjian).” (Qs. Al-Ma’idah: 1)
Seorang pemimpin yang sering mengingkari janji akan kehilangan kepercayaan rakyatnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara, ia berdusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan jika diberi amanah, ia berkhianat.” (HR. Bukhari No. 33, Muslim No. 59)
Baca Juga: Watak Buruk Bangsa Israel, Berulang Kali Melanggar Perjanjian
Keempat, Bersikap Otoriter dan Tidak Mau Menerima Nasihat. Pemimpin yang otoriter menolak kritik dan masukan dari rakyat atau bawahannya. Sikap ini bertentangan dengan ajaran Islam yang mengedepankan musyawarah. Allah berfirman,
وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ
“Dan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka.” (Qs. Asy-Syura: 38)
Seorang pemimpin yang menutup diri dari kritik dan hanya memaksakan kehendaknya sendiri akan membawa kehancuran. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
الدِّينُ النَّصِيحَةُ
“Agama adalah nasihat.” (HR. Muslim No. 55)
Baca Juga: Pentingnya Propaganda Perjuangan Palestina, Pelajaran dari Bangsa Indonesia
Kelima, Tidak Amanah dalam Menggunakan Harta Negara. Pemimpin yang buruk menggunakan harta negara untuk kepentingan pribadinya. Dalam Islam, harta rakyat harus dikelola dengan amanah dan tidak disalahgunakan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ اسْتَعْمَلْنَاهُ عَلَى عَمَلٍ فَرَزَقْنَاهُ رِزْقًا فَمَا أَخَذَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَهُوَ غُلُولٌ
“Barang siapa yang kami angkat menjadi pejabat lalu kami berikan gaji kepadanya, maka apa yang dia ambil setelah itu adalah ghulul (korupsi).” (HR. Abu Dawud No. 2943)
Korupsi dalam kepemimpinan akan menyebabkan ketimpangan sosial dan penderitaan rakyat. Seorang pemimpin harus sadar bahwa harta negara adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan.
Keenam, Bersikap Kasar dan Tidak Berakhlak Baik. Pemimpin yang buruk adalah yang kasar dalam berbicara dan bertindak. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah contoh pemimpin yang lembut dan penuh kasih sayang. Allah berfirman,
Baca Juga: Fatwa MUI: Umat Islam Indonesia Wajib Mendukung Perjuangan Palestina
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظّٗا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ
“Maka berkat rahmat dari Allah-lah kamu (Muhammad) bersikap lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri darimu.” (Qs. Ali Imran: 159)
Pemimpin yang kasar tidak akan dicintai rakyatnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الأَمْرِ كُلِّهِ
“Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan mencintai kelembutan dalam segala urusan.” (HR. Bukhari No. 6024, Muslim No. 2165)
Ketujuh, Mudah Terpengaruh dan Tidak Tegas. Seorang pemimpin harus memiliki prinsip yang kuat dan tidak mudah dipengaruhi oleh tekanan kelompok tertentu. Jika seorang pemimpin lemah, ia akan mudah dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Baca Juga: Pemuda Australia Ini Bersyahadat di Masjid Raya Baiturrahman Aceh
لَا يَكُنْ أَحَدُكُمْ إِمَّعَةً يَقُولُ: إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَحْسَنْتُ، وَإِنْ أَسَاءُوا أَسَأْتُ، وَلَكِنْ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ، إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا، وَإِنْ أَسَاءُوا فَلَا تَظْلِمُوا
“Janganlah salah seorang di antara kalian menjadi orang yang tidak punya pendirian, yang berkata: ‘Jika orang lain berbuat baik, aku pun berbuat baik, dan jika mereka berbuat zalim, aku pun berbuat zalim.’ Tetapi hendaklah kalian menetapkan prinsip bahwa jika orang lain berbuat baik, kalian juga harus berbuat baik, dan jika mereka berbuat buruk, kalian tidak boleh berbuat zalim.” (HR. Tirmidzi No. 2007)
Kedelapan, Tidak Memperhatikan Kesejahteraan Rakyat. Pemimpin yang buruk adalah yang tidak peduli dengan kesejahteraan rakyatnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ، وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ، وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ، وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ
“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka mendoakan kalian. Seburuk-buruk pemimpin kalian adalah yang kalian benci dan mereka membenci kalian, kalian melaknat mereka dan mereka melaknat kalian.” (HR. Muslim No. 1855)
Kesembilan, Tidak Mengutamakan Ilmu dan Kompetensi. Pemimpin yang buruk adalah yang tidak memiliki ilmu dan kompetensi dalam menjalankan tugasnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Baca Juga: Tanda-tanda Kiamat yang Sudah Terjadi
إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ
“Jika suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran.” (HR. Bukhari No. 59)
Pemimpin yang tidak memiliki ilmu dan kompetensi akan membawa dampak buruk bagi masyarakat yang dipimpinnya. Keputusan yang diambil tanpa landasan pengetahuan dan keahlian dapat menyebabkan ketidakstabilan, ketidakadilan, bahkan kehancuran dalam berbagai aspek kehidupan.
Kesepuluh, Sombong dan Merasa Diri Paling Benar. Kesombongan adalah sifat yang sangat dibenci dalam Islam, terutama bagi seorang pemimpin. Allah berfirman,
إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْتَكْبِرِينَ
“Sesungguhnya Dia (Allah) tidak menyukai orang-orang yang sombong.” (Qs. An-Nahl: 23)
Baca Juga: Mewaspadai Palestine Washing
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walau sebesar biji sawi.” (HR. Muslim No. 91).
Kepemimpinan adalah ujian yang berat, dan tidak setiap pemimpin mampu menjalankannya dengan baik. Seorang pemimpin yang buruk tidak hanya merugikan rakyatnya di dunia, tetapi juga akan menghadapi hisab yang berat di akhirat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ شَرَّ الرِّعَاءِ الْحُطَمَةُ
“Sesungguhnya seburuk-buruk pemimpin adalah mereka yang keras dan kasar kepada rakyatnya.” (HR. Muslim No. 1830)
Baca Juga: Ini Keistimewaan Bulan Sya’ban, Nasihat dan Amalan Rasulullah SAW yang Sayang Dilewatkan
Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk memilih, mendukung, dan menjadi pemimpin yang amanah, adil, serta mengutamakan kesejahteraan umat. Jika pemimpin lalai dan zalim, maka kezaliman itu akan kembali menimpa dirinya sendiri. Semoga Allah selalu membimbing kita untuk berada di bawah kepemimpinan yang baik dan menjauhkan kita dari keburukan para pemimpin yang dzalim.[]
Mi’raj News Agency (MINA)