Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

10 Karakter Seorang Mujahid Sejati dalam Islam

Bahron Ansori Editor : Rudi Hendrik - 1 menit yang lalu

1 menit yang lalu

0 Views

Mujahid pejuang di jalan Allah (foto: ig)

DALAM sejarah peradaban Islam, mujahid sejati adalah sosok yang tidak hanya berjuang dengan pedang, tetapi juga dengan hati, ilmu, dan ketakwaan. Mereka bukan sekadar pejuang di medan perang, melainkan penjaga agama yang teguh dalam prinsip, kokoh dalam iman, dan tulus dalam niat. Jihad mereka bukan untuk kepentingan duniawi, melainkan untuk menegakkan kalimatullah dan meraih ridha-Nya.

Setiap langkah mereka dipenuhi dengan keikhlasan, kesabaran, serta keberanian yang berpijak pada ketundukan total kepada Allah. Di tengah godaan dunia dan tantangan zaman, karakter seorang mujahid sejati menjadi teladan bagi setiap Muslim yang ingin menghidupkan spirit perjuangan dalam kehidupannya. Berikut ini adalah 10 karakter seorang mujahid.

Pertama, Ikhlas dalam Berjuang. Seorang mujahid sejati tidak mengharapkan pujian, harta, atau kedudukan dalam perjuangannya, tetapi hanya mencari ridha Allah. Keikhlasan adalah inti dari setiap amal ibadah, termasuk jihad. Tanpa keikhlasan, amal yang besar sekalipun akan menjadi sia-sia di sisi Allah. Mujahid yang ikhlas tidak tergoyahkan oleh celaan manusia atau godaan dunia, karena ia hanya berorientasi pada akhirat. Keikhlasan inilah yang membuat jihadnya diterima sebagai ibadah dan mendapatkan ganjaran terbaik dari Allah.

Seorang mujahid harus memiliki niat yang lurus, yakni berjuang hanya karena Allah, bukan untuk kepentingan duniawi atau popularitas. Ikhlas adalah dasar dari setiap amal yang diterima. Allah berfirman,

Baca Juga: Mualaf dan Hal-hal Penting yang Harus Diperhatikan

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…” (Qs. Al-Bayyinah: 5)

Kedua, Memiliki Keimanan yang Kuat. Keimanan adalah fondasi utama bagi seorang mujahid. Iman yang kokoh akan menumbuhkan keyakinan bahwa kemenangan sejati bukanlah keberhasilan duniawi semata, melainkan ridha Allah. Mujahid dengan iman yang kuat tidak akan mudah goyah ketika menghadapi tantangan atau ujian, sebab ia meyakini bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari ketetapan Allah. Keimanan yang kuat juga melahirkan ketundukan total kepada hukum-hukum Allah dan menjadikan jihad sebagai bagian dari penghambaan kepada-Nya.

Keimanan yang kokoh adalah pondasi utama seorang mujahid. Ia tidak akan mudah tergoyahkan oleh ancaman dan ujian dunia. Allah menegaskan,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُو۟لَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (Qs. Al-Hujurat: 15)

Baca Juga: Semarang Kota Pusaka: Asimilasi antara Adat Setempat dan Budaya Para Pendatang

Ketiga, Sabar dalam Menghadapi Ujian. Jalan jihad tidak pernah mudah; penuh dengan rintangan, penderitaan, dan pengorbanan. Mujahid sejati harus memiliki kesabaran dalam menghadapi setiap ujian, baik berupa kehilangan, luka, ataupun celaan dari musuh. Kesabaran inilah yang membedakan mujahid sejati dengan orang-orang yang mudah menyerah. Dengan sabar, seorang mujahid tetap teguh di jalan kebenaran tanpa putus asa, karena ia yakin bahwa pertolongan Allah pasti datang kepada mereka yang bersabar.

Kesabaran adalah kunci keberhasilan seorang mujahid. Tanpa kesabaran, perjuangannya akan mudah goyah. Allah memerintahkan,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah, dan kuatkanlah kesabaranmu, serta tetaplah bersiap siaga (di perbatasan), dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (Qs. Ali ‘Imran: 200)

Keempat, Berani dan Pantang Mundur. Keberanian dalam jihad bukan hanya keberanian fisik, tetapi juga keberanian menghadapi kebenaran, melawan kebatilan, dan mempertahankan prinsip Islam. Mujahid sejati tidak takut kepada manusia, karena ia sadar bahwa hidup dan mati berada dalam kekuasaan Allah. Keberanian ini bukan muncul dari nekat atau emosional, tetapi dari keyakinan bahwa menegakkan Islam adalah kewajiban yang harus dijalankan dengan sepenuh hati. Mujahid yang pantang mundur akan tetap teguh di medan perjuangan meskipun menghadapi ancaman besar.

Baca Juga: Makna Minal Aidin wal Faizin

Seorang mujahid tidak boleh takut dalam membela kebenaran. Keberanian adalah karakter utama yang Allah janjikan dengan pahala besar. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ إِن تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ

“Janganlah kamu lemah dalam menghadapi mereka. Jika kamu menderita kesakitan, sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan sebagaimana kamu menderita, sedangkan kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan.” (Qs. An-Nisa: 104)

Kelima, Disiplin dan Taat kepada Pemimpin. Jihad dalam Islam tidak dilakukan secara individual tanpa aturan, tetapi dalam barisan yang terorganisir dan mengikuti pemimpin yang berpegang teguh kepada syariat. Ketaatan kepada pemimpin yang adil adalah bagian dari disiplin seorang mujahid. Tanpa ketaatan, perjuangan akan menjadi kacau dan mudah dikalahkan oleh musuh. Mujahid sejati tidak bertindak berdasarkan hawa nafsunya sendiri, tetapi mengikuti strategi dan arahan yang telah ditetapkan dalam Islam untuk mencapai kemenangan yang hakiki.

Mujahid sejati harus memiliki kedisiplinan dan ketaatan kepada pemimpin yang adil. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

Baca Juga: Lebaran Jangan Sampai Lubaran

عَلَيْكُمْ بِالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِي عُسْرِكُمْ وَيُسْرِكُمْ وَمَنْشَطِكُمْ وَمَكْرَهِكُمْ وَأَثَرَةٍ عَلَيْكُمْ

“Hendaklah kalian mendengar dan taat, baik dalam keadaan sulit maupun mudah, dalam keadaan suka maupun terpaksa, serta dalam keadaan kalian merasa didzalimi.” (HR. Muslim)

Keenam, Zuhud terhadap Dunia. Seorang mujahid sejati tidak diperbudak oleh kesenangan duniawi, karena ia menyadari bahwa dunia hanyalah tempat ujian. Zuhud bukan berarti meninggalkan dunia sepenuhnya, tetapi menjadikannya sebagai sarana menuju akhirat. Mujahid yang zuhud tidak mudah tergoda oleh harta, tahta, atau popularitas, sebab yang ia cari adalah kebahagiaan abadi di akhirat. Dengan sifat zuhud, seorang mujahid tidak mudah dikalahkan oleh musuh melalui bujukan duniawi yang menyesatkan.

Seorang mujahid tidak terikat dengan kesenangan dunia. Rasulullah ﷺ bersabda:

الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ

“Dunia ini adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim)

Baca Juga: Suasana Idul Fitri di Berbagai Negeri Muslim

Ketujuh, Memiliki Keilmuan yang Mendalam. Jihad tanpa ilmu akan berujung pada kesesatan dan kerusakan. Oleh karena itu, seorang mujahid harus memahami hukum-hukum jihad, strategi perjuangan, serta ilmu agama secara mendalam. Dengan ilmu, seorang mujahid dapat membedakan antara yang benar dan yang salah, serta mampu berjuang sesuai dengan tuntunan syariat. Ilmu juga akan menjadikannya bijaksana dalam mengambil keputusan dan tidak mudah terprovokasi oleh propaganda musuh yang menyesatkan.

Jihad bukan hanya tentang pertempuran fisik, tetapi juga jihad dengan ilmu. Allah berfirman:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

“Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (Qs. Az-Zumar: 9)

Kedelapan, Menjaga Ukhuwah Islamiyah. Persatuan umat Islam adalah kunci kekuatan jihad. Mujahid sejati tidak mudah diadu domba oleh musuh dan selalu mengutamakan ukhuwah Islamiyah dalam perjuangannya. Perpecahan di antara kaum Muslimin hanya akan melemahkan barisan dan memudahkan musuh untuk menghancurkan mereka. Oleh karena itu, menjaga persatuan, menghindari permusuhan sesama Muslim, dan menjalin kerja sama dalam kebaikan adalah bagian dari karakter mujahid sejati.

Baca Juga: Land Day Palestina, Sebuah Tuntutan Keadilan, Seruan bagi Dunia

Seorang mujahid tidak boleh mudah terpecah belah. Persatuan umat Islam adalah hal utama dalam jihad.

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu…” (Qs. Al-Hujurat: 10)

Kesembilan, Menjaga Amanah. Amanah adalah tanda keimanan seorang mujahid. Baik dalam memegang rahasia perjuangan, mengelola sumber daya jihad, maupun dalam menegakkan keadilan, seorang mujahid harus dapat dipercaya. Amanah juga mencakup ketulusan dalam perjuangan tanpa ada niat tersembunyi untuk kepentingan pribadi. Dengan sifat amanah, mujahid akan menjadi teladan bagi umat dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat dalam perjuangannya menegakkan agama Allah.

Amanah adalah salah satu sifat utama mujahid. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

Baca Juga: Indahnya Merayakan Idul Fitri di Dukuh Sambungkasih, Ketika Maaf Menjadi Bahasa Universal

لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ

“Tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki amanah.” (HR. Ahmad)

Kesepuluh, Optimis dan Tidak Putus Asa. Seorang mujahid sejati tidak pernah kehilangan harapan, meskipun menghadapi berbagai rintangan dan kekalahan sementara. Optimisme lahir dari keyakinan bahwa pertolongan Allah pasti datang kepada mereka yang berjuang di jalan-Nya. Putus asa adalah senjata setan untuk melemahkan kaum Muslimin, sedangkan optimisme adalah energi yang mendorong seorang mujahid untuk terus berjuang tanpa henti. Mujahid yang optimis akan selalu melihat peluang di tengah kesulitan dan terus berusaha sampai kemenangan Islam terwujud.

Seorang mujahid yakin akan pertolongan Allah. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (Qs. Ali ‘Imran: 139)

Baca Juga: Panduan Merayakan Idul Fitri Berdasarkan Sunnah

Mujahid sejati adalah mereka yang memiliki keikhlasan, iman yang kuat, kesabaran, keberanian, disiplin, zuhud, ilmu, ukhuwah, amanah, dan optimisme. Para ulama salaf telah banyak memberikan nasihat berharga tentang pentingnya memiliki karakter-karakter ini. Dengan meneladani mereka, kita dapat menjadi pribadi yang lebih dekat dengan Allah dan siap berjuang di jalan-Nya dengan cara yang benar dan sesuai dengan tuntunan syariat.

Semoga kita semua termasuk dalam golongan mujahid sejati yang mendapatkan ridha Allah. Aamiin.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Khutbah Idul Fitri Puitis: Melanjutkan Ibadah, Melestarikan Sunnah  

Rekomendasi untuk Anda