Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)
Saat ini kita berada pada hari-hari bulan Sya’ban, menjelang bulan suci Ramadhan.
Bulan Sya’ban merupakan bulan persiapan menuju bulan suci Ramadhan penuh berkah.
Ada paling tidak 10 (sepuluh) keutamaan bulan Sya’ban ini, yang perlu kita jadikan petunjuk menuju bulan suci Ramadhan :
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
- Bulan Yang Sering Dilupakan
Bulan Sya’ban ini muncul di antara dua bulan, yaitu Rajab dan Ramadhan. Kemunculan di tengah-tengah antara kedua bulan itu, seringkali membuat umat lupa terhadap kebaikan-kebaikan di dalamnya.
Bulan yang sering dilupakan justru karena di dalamnya terkandung berbagai keutamaan.
Di dalam sebuah hadits disebutkan:
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ
Artinya: “(Sya’ban) itulah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan.” (HR An-Nasa’i dan Ahmad).
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
- Bulan Amal-Amal Diangkat
Di dalam sebuah hadits dari Usamah bin Zaid, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ditanya, “Wahai Rasulullah, saya belum pernah melihat engkau berpuasa dalam satu bulan sebagaimana engkau berpuasa pada bulan Sya’ban.”
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun menjawab:
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Artinya: “Itulah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan di mana amal-amal diangkat menuju Tuhan semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa.” (HR An-Nasa’i dan Ahmad).
- Bulan Rasulullah Memperbanyak Puasa
Kesaksian isteri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, menyebutkan:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ
Artinya: “Aku tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR Bukhari dan Muslim).
Adapun di antara rahasia atau hikmah mengapa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam banyak berpuasa di bulan Sya’ban adalah karena puasa Sya’ban adalah ibarat ibadah rawatib (ibadah sunah yang mengiringi ibadah wajib).
Sebagaimana shalat rawatib adalah shalat yang memiliki keutamaan karena dia mengiringi shalat wajib, sebelum atau sesudahnya. Demikianlah puasa pada bulan Sya’ban bagaikan puasa rawatib sebelum puasa Ramadhan.
- Bulan Mengganti Hutang Puasa Ramadhan Lalu
Mengingat bulan Sya’ban datang sebelum bulan suci Ramadhan, maka bulan ini menjadi kesempatan terakhir bagi umat Islam yang mempunyai hutang puasa Ramadhan tahun lalu, untuk menggantinya.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Apalagi kaum Muslimat, yang secara umum mempunyai halangan rutin bulanan (haid). Jika Ramadhan tahun lalu masih punya hutang, maka diharapkan bulan Sya’ban ini bisa melunasinya. Sehingga memasuki bulan Ramadhan nanti sudah tidak punya hutang puasa Ramadhan lagi.
- Bulan Penuh Keberkahan
Bulan Sya’ban merupakan salah satu bulan yang didoakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan keberkahan, selain bulan Rajab dan Ramadhan.
Di dalam sebuah hadits disebutkan :
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Artinya: “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan.” (HR Ahmad).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
- Bulan Turunnya Perintah Puasa Ramadhan
Perintah berpuasa Ramadhan diturunkan pada bulan Sya’ban tahun kedua Hijriyah, ketika Nabi Muhammad Shallallahu ‘Al;aihi Wasallam memulai membangun masyarakat wahyu di Madinah.
Ayat tentang perintah puasa Ramadhan tersebut berbunyi:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS Al-Baqarah/2: 183).
- Bulan Turunnya Perintah Bershalawat kepada Nabi
Sebagian ulama berpendapat, Surat Al-Ahzab ayat 56 yang berisi perintah untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam turun pada bulan Sya’ban.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Ayat tentang shalawat itu berbunyi :
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُـوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Artinya : “Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS Al-Ahzab/33: 56).
Untuk itu, pada bulan Sya’ban ini baik juga untuk kita memperbanyak bershalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
- Bulan Para Pembaca Al-Quran
Sebagian ulama menyebut, bulan Sya;ban sebagai bulan Syahrul Qura, bulannya para pembaca Al-Quran. Sedangkan bulan Ramadhan disebut Syahrul Quran, bulan Al-Quran.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Kebiasaan para pedagang shalih terdahulu antara lain setiap bulan Sya’ban dan Ramadhan menutup tokonya.
Mereka hendak lebih khusyu’ dan lebih banyak waktu lagi untuk membaca, mengkaji dan merenungkan kandungan Al-Quran. Ini sekaligus embiasakan diri sehingga menjadi lebih mudah memasuki bulan Al-Quran, Ramadhan.
Maka, ada baiknya bagi mereka yang belum membiasakan diri bertadarus Al-Quran secara rutin, bulan Sya’ban ini menjadi kesempatan terbaik untuk membacanya. Mereka yang sudah terbiasa bertadarus “one day one juz” misalnya, bisa ditingkatkan menjadi “one day two juz” atau “one day three juz”, dan seterusnya. Atau juga mulai mengkaji bacaan kitab-kitab tafsir, bisa juga terjemahannya, menyimak kembali buku-buku keislaman, dst.
- Bulan Persiapan Amaliyah Bulan Ramadhan
Mengingat bulan Sya’ban datang sebulan sebelum bulan suci Ramadhan, maka bulan ini dapat dijadikan sebagai persiapan amaliyah bulan Ramadhan.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Sesuai juga dengan maknanya Sya’ban, berasal dari kata “syi’ab” yang bermakna jalan setapak menuju puncak atau jalan mendaki. Artinya bulan Sya’ban adalah bulan persiapan pendakian yang disediakan oleh Allah kepada hamba-Nya yang beriman untuk menapaki dan menyiapkan diri dengan berbagai amaliyah menghadapi puncak bulan suci Ramadhan.
Maka pada bulan Sya’ban ini, kita bertahap mulai membiasakan puasa sunah Senin Kamis misalnya, memperbanyak tadarus Al-Quran, berdzikir dan bershalawat, berbuat kebaikan, membantu sesama saudaranya, gemar berinfak di jalan Allah, dsb.
Sehingga tiba waktunya pada bulan suci Ramadhan, kita sudah terbiasa, dan menjadikan Ramadhan sebagai puncak amaliyah.
- Bulan Khutbah Akhir Sya’ban
Rasulullah Shallalhu ‘Alaihi Wasallam pada akhir bulan Sya’ban berkhutbah di hadapan para sahabatnya untuk menerangkan keutamaan dan keistimewaan bulan suci Ramadan.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
Isi khutbah akhir Sya’ban Rasulullah Shallalhu ‘Alaihi Wasallam, seraya menyambut bulan Ramadhan adalah sebagai berikut:
أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ أَظَلَّكُمْ شَهْرٌ عَظِيْمٌ، شَهْرٌ مُبَارَكٌ، شَهْرٌ فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، جَعَلَ اللهُ صِيَامَهُ فَرِيْضَةً، وَقِيَامَ لَيْلِهِ تَطَوُّعًا،
مَنْ تَقَرَّبَ فِيْهِ بِخِصْلَةٍ مِنَ الْخَيْرِ، كَانَ كَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ، وَمَنْ أَدَّى فِيْهِ فَرِيْضَةً كَانَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيْضَة فِيْمَا سِوَاهُ،
وَهُوَ شَهْرُ الصَّبْرِ، وَالصَّبْرُ ثَوَابُهُ الْجَنَّةُ، وَشَهْرُ الْمُوَاسَاةِ، وَشَهْرٌ يَزْدَادُ فِيْهِ رِزْقُ الْمُؤْمِنِ،
مَنْ فَطَّرَ فِيْهِ صَائِمًا كَانَ مَغْفِرَةً لِذُنُوْبِهِ، وَعِتْقَ رَقَبَتِهِ مِنَ النَّارِ، وَكَانَ لَهُ مِثْلَ أَجْرِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْتَقِصَ مِنْ أَجْرِهِ شَيْءٌ،
قَالُوْا: لَيْسَ كُلُّنَا نَجِدُ مَا يفطرُ الصَّائِمُ. فَقَالَ : يُعْطِي اللهُ هَذَا الثَّوَابَ مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا عَلَى تَمْرَةٍ أَوْ شَرْبَةَ مَاءٍ أَوْ مَذقَةَ لَبَنٍ،
وَهُوَ شَهْرٌ أَوَّلُهُ رَحْمَةٌ، وَأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ، وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ، مَنْ خَفَّفَ عَنْ مَمْلُوْكِهِ غَفَرَ اللهُ لَهُ، وَأَعْتَقَهُ مِنَ النَّارِ،
وَاسْتَكْثِرُوْا فِيْهِ مِنْ أَرْبَعِ خِصَالٍ، : خِصْلَتَيْنِ تَرْضْوَنِ بِهِمَا رَبَّكُمْ، وَخِصْلَتَيْنِ لَا غِنًى بِكُمْ عَنْهُمَا، فَأَمَّا الْخِصْلَتَانِ اللَّتَانِ تَرْضَوْنَ بِهِمَا رَبَّكُمْ فَشَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَتَسْتَغْفِرُوْنَهُ، وَأَمَّا اللَّتَانِ لَا غِنَى بِكُمْ عَنْهُمَا فَتَسْأَلُوْنَ اللهَ الْجَنَّةَ وَ تَعُوْذُوْنَ بِهِ مِنَ النَّارِ، وَمَنْ أَشْبَعَ فِيْهِ صَائِمًا سَقَاهُ اللهُ مِنْ حَوْضِيْ شَرْبَةً لَا يَظْمَأُ حَتَّى يَدْخُلَ الْجَنَّةَ.
Artinya: ”Wahai manusia, sungguh telah dekat kepadamu bulan yang agung, bulan yang penuh dengan keberkahan, yang didalamnya terdapat satu malam yang lebih baik (nilainya) dari seribu bulan, bulan yang mana Allah tetapkan puasa di siang harinya sebagai fardhu, dan shalat (tarawih) di malamnya sebagai sunah.
Barang siapa mendekatkan diri kepada Allah di bulan ini dengan satu kebaikan (amalan sunnah), maka pahalanya seperti dia melakukan amalan fardhu di bulan-bulan yang lain. Barangsiapa melakukan amalan fardhu di bulan ini, maka pahalanya seperti telah melakukan 70 amalan fardhu di bulan lainnya.
Inilah bulan kesabaran dan balasan atas kesabaran adalah surga, bulan ini merupakan bulan kedermawanan dan simpati (satu rasa) terhadap sesama. Dan bulan dimana rizki orang-orang yang beriman ditambah.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
Barang siapa memberi makan (untuk berbuka) orang yang berpuasa maka baginya pengampunan atas dosa-dosanya dan dibebaskan dari api neraka dan dia mendapatkan pahala yang sama sebagaimana yang berpuasa tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa .
Mereka (para sahabat) berkata : “Wahai Rasulullah! tidak semua dari kami mempunyai sesuatu yang bisa diberikan kepada orang yang berpuasa untuk berbuka.” Rasulullah menjawab: “Allah akan memberikan pahala ini kepada orang yang memberi buka puasa walaupun dengan sebiji kurma, atau seteguk air, atau setetes susu”.
Inilah bulan yang permulaannya (sepuluh hari pertama) Allah menurunkan rahmat, yang pertengahannya (sepuluh hari pertengahan) Allah memberikan ampunan, dan yang terakhirnya (sepuluh hari terakhir) Allah membebaskan hamba-Nya dari api neraka .
Barangsiapa yang meringankan hamba sahayanya di bulan ini, maka Allah akan mengampuninya dan membebaskannya dari api neraka.
Dan perbanyaklah melakukan empat hal di bulan ini, yang dua hal dapat mendatangkan keridhaan Tuhanmu, dan yang dua hal kamu pasti memerlukannya. Dua hal yang mendatangkan keridhaan Allah yaitu syahadah (Laailaaha illallaah) dan beristighfar kepada Allah, dan dua hal yang pasti kalian memerlukannya yaitu mohonlah kepada-Nya untuk masuk surga dan berlindung kepada-Nya dari api neraka . Dan barang siapa memberi minum kepada orang yang berpuasa (untuk berbuka), maka Allah akan memberinya minum dari telagaku, dimana dengan sekali minum ia tidak akan merasakan haus sehingga ia memasuki surga“. (HR Ibnu Khuzaemah).
Syaikh Al-Albany menilai hadits ini sebagai hadits dha’if (lemah) sebagaimana dalam kitabnya, Dha’if at-Targhib wat Tarhib.
Namun meskipun hadits ini riwayatnya dha’if, namun merupakan perpaduan hadits-hadits shahih yang terpisah, dan dapat digunakan untuk memberikan nasihat tentang keutamaan bulan suci Ramadhan.
Maka, di beberapa masjid dan tempat, biasanya mengisi atau mengakhiri bulan Sya’ban dengan mengadakan berbagai kegiatan seperti khutbah, tausiyah, tabligh akbar, seminar atau konferensi yang salah satu isinya antara lain mengingatkan kehadiran bulan suci Ramadhan.
Demikianlah 10 (sepuluh) keutamaan Bulan Sya’ban menjelang bulan suci Ramadhan. Semoga kita dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya untuk peningkatan amal shalih kita. Aamiin. (A/RS2/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)