Setiap wanita memiliki potensi besar untuk menjadi sosok yang luar biasa. Sebagai ibu, istri, atau anggota masyarakat, peran wanita sangat penting dalam menciptakan perubahan positif. Menjadi wanita shalehah yang tidak hanya baik dalam agama, tetapi juga menginspirasi orang lain, adalah tujuan yang mulia. Wanita shalehah mampu memberikan dampak baik di sekitarnya dan menjadi teladan bagi banyak orang.
Untuk mencapai itu, dibutuhkan niat yang tulus, kesabaran, dan komitmen dalam mengikuti petunjuk Allah. Dalam tulisan ini, kami akan membagikan 10 kiat yang dapat membantu seorang wanita menjadi shalehah dan menginspirasi. Dengan menerapkan kiat-kiat ini, setiap wanita dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan membawa manfaat bagi banyak orang.
Wanita shalehah adalah anugerah terbesar dalam kehidupan. Islam memberikan penghargaan tinggi kepada wanita yang menjaga keimanan, akhlak, dan peran pentingnya dalam keluarga maupun masyarakat. Berikut adalah 10 kiat menjadi wanita shalehah, berdasarkan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Hadis dan komentar para ulama.
Pertama, Memperkuat Keimanan kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,
Baca Juga: Sembilan Tips Menjadi Muslimah Mulia dan Cerdas
إنَّ المُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ… وَلِلْهِ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya laki-laki yang muslim dan perempuan yang muslim, laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin… mereka semua akan mendapatkan ampunan dan pahala yang besar dari Allah.” (Qs. Al-Ahzab: 35)
Wanita shalehah menjadikan keimanan sebagai pondasi utama dalam kehidupannya. Dengan keimanan, ia akan memiliki prinsip hidup yang teguh, tidak mudah tergoda oleh godaan duniawi, dan selalu bersandar kepada Allah Ta’ala dalam segala keadaan. Keimanan ini tidak hanya diwujudkan dalam keyakinan, tetapi juga dalam amal perbuatan sehari-hari.
Ibn Katsir menjelaskan dalam tafsirnya bahwa ayat ini menunjukkan kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam menerima pahala dan ampunan dari Allah, selama mereka beriman dan melaksanakan amal shaleh.
Kedua, Berakhlak Mulia. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Baca Juga: Kemuliaan Muslimah: Jalan Hidup Seorang Wanita Beriman
خيَْرُ النِّسَاءِ الَّتِيْ إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَُرَّتْهُ وَإِذَا أَمْرَهَا أَطَاعَتْهُ وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهُ فِيْ نَفْسِهَا وَمَالِهُ.
“Sebaik-baik wanita adalah yang apabila suaminya memandangnya, ia membuatnya bahagia. Jika diperintah, ia menaatinya, dan jika ditinggalkan, ia menjaga dirinya dan harta suaminya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Akhlak mulia adalah cerminan keimanan seseorang. Wanita shalehah senantiasa menjaga lisan, perbuatan, dan sikapnya agar sesuai dengan syariat Islam. Ia menghormati orang tua, bersikap ramah kepada sesama, dan berusaha menjadi pribadi yang menenangkan hati suaminya serta keluarganya.
Imam An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan bahwa hadis ini menekankan pentingnya peran seorang istri dalam menjaga keharmonisan rumah tangga dengan akhlaknya.
Ketiga, Menjaga Ibadah Wajib dan Sunnah. Allah Ta’ala berfirman,
Baca Juga: Muslimat Pembebas Al-Aqsa: Peran dan Keutamaannya
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآَتِوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ
“Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.” (Qs. Al-Baqarah: 43)
Wanita shalehah tidak hanya menjaga shalat wajib, tetapi juga berusaha menambah amal dengan shalat sunnah, seperti tahajud dan dhuha. Ibadah lain seperti membaca Al-Qur’an, berzikir, dan bersedekah juga menjadi bagian dari rutinitasnya.
Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dalam kitabnya menjelaskan bahwa konsistensi dalam ibadah menunjukkan ketundukan total kepada Allah, yang merupakan karakter utama seorang hamba shalehah.
Keempat, Menutup Aurat dengan Sempurna. Allah Ta’ala berfirman,
Baca Juga: Mencari Ridha-Nya: Peran Muslimah dalam Membentuk Generasi Islami
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِيْعَ عَلَيْهِنَ مِنْ جَلَابِيبِهِنَ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenal sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Ahzab: 59)
Menutup aurat merupakan perintah Allah yang wajib ditaati. Wanita shalehah selalu menjaga dirinya dengan pakaian yang sesuai syariat, yang menutupi seluruh aurat dan tidak memperlihatkan lekuk tubuh. Ini bukan sekadar kewajiban, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap diri sendiri.
Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya menegaskan bahwa perintah menutup aurat adalah salah satu cara menjaga kehormatan dan keamanan wanita dalam kehidupan bermasyarakat.
Kelima, Menjaga Lisan dan Pergaulan. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Baca Juga: Muslimah dan Kecantikan Hakiki: Menemukan Keindahan dalam Ketaatan
مَنْ يُؤْمِنِ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Lisan adalah alat yang dapat membawa kebaikan atau kerusakan. Wanita shalehah menjaga lisannya dari ghibah, fitnah, dan perkataan sia-sia. Selain itu, ia juga selektif dalam bergaul, memilih teman yang dapat membawanya kepada kebaikan dan meningkatkan keimanan.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menekankan bahwa menjaga lisan adalah tanda keimanan seseorang dan kunci keharmonisan dalam hubungan sosial.
Keenam, Berbakti kepada Orang Tua. Allah Ta’ala berfirman,
Baca Juga: Muslimah Visioner, Menggapai Cita-Cita dengan Keimanan yang Kokoh
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu.” (Qs. Al-Isra: 23)
Berbakti kepada orang tua adalah kewajiban yang tidak terputus, bahkan setelah mereka tiada. Wanita shalehah menghormati, mendoakan, dan membantu orang tua dengan segala kemampuan yang dimiliki.
Ibnu Abbas menafsirkan bahwa berbuat baik kepada orang tua termasuk berbicara lemah lembut, memenuhi kebutuhan mereka, dan tidak menyakiti hati mereka.
Ketujuh, Mengutamakan Pendidikan dan Ilmu. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Baca Juga: Pentingnya Ilmu Fikih untuk Muslimah Modern
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ
“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan.” (HR. Ibnu Majah)
Wanita shalehah tidak pernah berhenti belajar, baik ilmu agama maupun ilmu dunia. Dengan ilmu, ia dapat mendidik anak-anaknya menjadi generasi yang beriman dan berakhlak mulia.
Imam Asy-Syafi’i menegaskan bahwa menuntut ilmu adalah jalan untuk mengenal Allah lebih dekat dan memperbaiki kualitas hidup.
Kedelapan, Menjadi Istri dan Ibu yang Bijaksana. Allah Ta’ala berfirman,
Baca Juga: Peran Muslimah sebagai Madrasatul Ula dalam Mendidik Generasi Unggul
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.” (Qs. An-Nisa: 34).
Sebagai istri, wanita shalehah menghormati suami sebagai pemimpin rumah tangga dan mendukungnya dalam kebaikan. Sebagai ibu, ia mendidik anak-anak dengan kasih sayang dan teladan yang baik.
Imam Ibnul Qayyim menekankan pentingnya peran wanita dalam rumah tangga sebagai tiang keluarga yang menentukan arah pendidikan anak-anak.
Kesembilan, Sabar dalam Menghadapi Ujian. Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an,
Baca Juga: Muslimah di Era Global: Menjaga Identitas Islam
وَبَشِّرِ ٱلصَّـٰبِرِينَ ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَـٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٌۭ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: ‘Sesungguhnya kami milik Allah, dan kepada-Nyalah kami kembali.'” (Qs. Al-Baqarah: 155-156)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, “Ayat ini mengajarkan bahwa kesabaran adalah sifat mulia yang membawa kebaikan besar. Allah memberikan kabar gembira berupa pahala yang besar bagi mereka yang sabar dan ikhlas dalam menerima ketentuan-Nya.”
Imam Al-Qurtubi menambahkan, “Ucapan ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’ menunjukkan pengakuan atas kekuasaan Allah dan ketundukan total kepada-Nya, sehingga melahirkan ketenangan hati di tengah musibah.”
Dalam hadis lain, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَا يُصِيبُ ٱلۡمُؤۡمِنَ مِنۡ نَصَبٖ وَلَا وَصَبٖ وَلَا هَمّٖ وَلَا حَزَنٖ وَلَا أَذَىٰ وَلَا غَمٍّ حَتَّى ٱلشَّوۡكَةُ يُشَاكُهَآ إِلَّا كَفَّرَ ٱللَّهُ بِهَا مِنۡ خَطَٰيَاهُ
“Tidaklah seorang mukmin tertimpa kelelahan, penyakit, kekhawatiran, kesedihan, gangguan, atau kesusahan, bahkan duri yang menusuknya, melainkan Allah menghapus sebagian dari dosa-dosanya karena hal itu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Baca Juga: Muslimah Produktif: Rahasia Mengelola Waktu di Era Digital
Imam An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim berkata, “Hadis ini menunjukkan bahwa segala bentuk penderitaan yang dialami seorang mukmin, baik kecil maupun besar, menjadi sebab penghapusan dosa. Ini adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang sabar.”
Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari menjelaskan, “Kesabaran dalam menghadapi ujian bukan hanya menghasilkan penghapusan dosa, tetapi juga meningkatkan derajat seseorang di sisi Allah.”
Kesepuluh, Menyebarkan Kebaikan dan Inspirasi kepada Sesama. Allah Ta’ala berfirman,
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksa-Nya.” (Qs. Al-Maidah: 2)
Imam Asy-Syaukani dalam Fathul Qadir menyatakan, “Ayat ini adalah perintah Allah agar setiap individu Muslim saling bekerja sama untuk meningkatkan kebajikan dan keimanan, baik dalam bentuk perkataan, perbuatan, maupun sikap saling mendukung dalam kebenaran.”
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, “Ayat ini menunjukkan bahwa setiap Muslim memiliki tanggung jawab sosial, yaitu saling menguatkan dalam hal yang baik dan mencegah hal yang buruk. Dengan demikian, masyarakat akan menjadi lebih baik dan jauh dari keburukan.”
Menjadi wanita shalehah yang menginspirasi bukanlah suatu hal yang mustahil. Setiap langkah yang kita ambil, dimulai dari niat yang tulus karena Allah, disertai dengan sabar dalam menghadapi ujian, serta menyebarkan kebaikan kepada sesama, akan menjadi cerminan ketulusan hati dan keikhlasan dalam beribadah.
Wanita shalehah yang sejati adalah yang tidak hanya menjaga dirinya sendiri, tetapi juga memberi manfaat bagi orang lain melalui akhlak mulia, ilmu yang bermanfaat, dan keteladanan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam perjalanan ini, setiap ujian dan tantangan yang dihadapi, akan menjadi jalan menuju kedekatan dengan Allah dan penguatan karakter.
Sebagaimana sebuah pohon yang berbuah manis, wanita shalehah yang menginspirasi akan menghasilkan kebaikan yang terasa bagi setiap orang di sekitarnya. Dengan tekad, kesabaran, dan semangat untuk terus memperbaiki diri, kita semua dapat menjadi pribadi yang tidak hanya berbahagia dunia, tetapi juga meraih kebahagiaan akhirat yang abadi.[]
Mi’raj News Agency (MINA)