MANUSIA sering kali terjebak dalam lingkaran dosa tanpa menyadarinya. Keadaan ini menjadi sangat berbahaya karena dosa yang dilakukan terus-menerus, tanpa penyesalan, dapat menggelapkan hati dan menjauhkan seseorang dari rahmat Allah.
Fenomena ini tidak hanya terjadi pada mereka yang jauh dari agama, tetapi juga bisa dialami oleh orang-orang yang tampaknya taat dalam ibadah. Mereka tetap merasa baik-baik saja meskipun hidupnya dipenuhi dosa, karena hati mereka telah kehilangan kepekaan terhadap kesalahan. Lantas, apa yang menyebabkan seseorang bisa terjerumus dalam dosa tanpa merasa bersalah sedikit pun?
Melalui pembahasan ini, kita akan menggali sepuluh sebab utama mengapa seseorang banyak berbuat dosa namun tidak merasa. Sebuah introspeksi yang tidak hanya mengingatkan kita pada bahayanya dosa, tetapi juga menjadi peringatan untuk senantiasa menjaga hati agar tetap bersih dan peka terhadap nilai-nilai kebenaran.
Dengan memahami sebab-sebab ini, kita diharapkan dapat mencegah diri dari sikap lalai, sehingga tidak tergelincir dalam kehidupan yang penuh dosa tanpa disadari. Berikut ini penjelasannya.
Baca Juga: 11 Alasan Mengapa Harus Mengonsumsi Makanan Halal
Pertama, Lalai Terhadap Akhirat. Salah satu penyebab utama adalah kelalaian terhadap akhirat. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.” (Qs. Thaha: 124). Orang yang lalai terhadap akhirat hidup hanya mengejar dunia sehingga dosa-dosanya dianggap kecil atau bahkan tidak dirasakan.
Kedua, Terbiasa dengan Dosa. Ketika seseorang terbiasa melakukan dosa, ia kehilangan kepekaan hati terhadap dosa tersebut. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ
“Seorang mukmin melihat dosa-dosanya seperti sedang duduk di bawah gunung yang ia takut akan menimpanya, sedangkan orang fajir melihat dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya.” (HR. Bukhari)
Baca Juga: Kesamaan Perjuangan Bangsa Palestina dengan Indonesia
Ketiga, Tidak Paham Besarnya Dosa. Ketidaktahuan atau kurangnya ilmu agama membuat seseorang tidak memahami besarnya dosa yang dilakukan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.” (Qs. Fatir: 28)
Keempat, Hati yang Mengeras. Hati yang keras adalah sebab utama seseorang tidak merasakan dosa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً
“Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.” (Qs. Al-Baqarah: 74)
Baca Juga: Watak Buruk Bangsa Israel, Berulang Kali Melanggar Perjanjian
Kelima, Tertipu dengan Nikmat Dunia. Orang seringkali tertipu dengan kesenangan dunia yang membuatnya merasa aman walau dalam dosa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا
“Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu.” (Qs. Luqman: 33)
Keenam, Menganggap Dosa sebagai Hal Biasa. Seseorang yang menganggap dosa sebagai hal kecil kehilangan rasa takut kepada Allah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ
“Hati-hatilah terhadap dosa-dosa kecil.” (HR. Ahmad)
Baca Juga: Pentingnya Propaganda Perjuangan Palestina, Pelajaran dari Bangsa Indonesia
Ketujuh, Berkawan dengan Orang Fasik. Lingkungan yang buruk dapat mempengaruhi seseorang sehingga ia terbiasa dengan dosa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا
“Dan ingatlah pada hari ketika orang zalim menggigit kedua tangannya seraya berkata: ‘Aduhai, sekiranya dahulu aku mengambil jalan bersama Rasul.” (Qs. Al-Furqan: 27)
Kedelapan, Tidak Segera Bertaubat. Menunda taubat membuat dosa menumpuk dan hati semakin gelap. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ
“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kebodohan, kemudian mereka bertaubat dengan segera.” (Qs. An-Nisa: 17)
Baca Juga: Fatwa MUI: Umat Islam Indonesia Wajib Mendukung Perjuangan Palestina
Kesembilan, Mengikuti Hawa Nafsu. Hawa nafsu membuat seseorang terus melakukan dosa tanpa rasa bersalah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya?” (Qs. Al-Jasiyah: 23)
Kesepuluh, Tidak Mengingat Allah. Kelalaian dalam mengingat Allah membuat hati mati. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Perumpamaan orang yang mengingat Rabb-nya dengan yang tidak mengingat-Nya seperti perumpamaan orang yang hidup dan yang mati.” (HR. Bukhari)
Baca Juga: Pemuda Australia Ini Bersyahadat di Masjid Raya Baiturrahman Aceh
Setiap manusia pasti pernah berbuat dosa, namun yang membedakan adalah kesadaran dan sikap untuk memperbaiki diri. Betapa berbahayanya ketika hati menjadi mati rasa terhadap dosa, karena itu adalah awal dari kehancuran iman. Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kita akal, hati, dan petunjuk berupa Al-Qur’an dan Hadis agar kita senantiasa mawas diri. Jangan pernah merasa aman dari murka-Nya, sebab dosa kecil yang terus diabaikan dapat menumpuk hingga menjadi gunung yang menjauhkan kita dari rahmat Allah.
Mari kita jadikan pemahaman ini sebagai cermin untuk melihat kembali kehidupan kita. Adakah dosa-dosa yang selama ini kita abaikan? Adakah hal-hal yang seharusnya kita tinggalkan, namun masih kita lakukan karena menganggapnya remeh? Jangan biarkan hati kita terus mengeras. Segeralah kembali kepada Allah dengan taubat yang tulus. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
“Setiap anak Adam pasti melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat.” (HR. Tirmidzi)
Semoga Allah senantiasa memberikan kita hidayah untuk menyadari dosa, kekuatan untuk meninggalkannya, dan keikhlasan untuk memperbaiki diri. Kehidupan ini adalah perjalanan singkat yang menentukan akhirat kita. Jadikan setiap langkah sebagai kesempatan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, agar kelak kita kembali kepada-Nya dalam keadaan bersih dan penuh ridha. Wallahu a’lam bish-shawab.[]
Baca Juga: Tanda-tanda Kiamat yang Sudah Terjadi
Mi’raj News Agency (MINA)