MANUSIA diciptakan dengan fitrah yang suci, tetapi hawa nafsu dan godaan dunia sering kali menyeretnya ke dalam sifat-sifat buruk yang merusak diri sendiri dan orang lain. Keserakahan, iri hati, dan sifat munafik hanyalah sebagian dari racun yang dapat menggerogoti jiwa tanpa disadari.
Jika dibiarkan, sifat-sifat ini bukan hanya menghancurkan kehidupan dunia, tetapi juga menggiring manusia menuju kehancuran di akhirat. Oleh karena itu, mengenali dan menghindari sepuluh sifat buruk ini bukan sekadar pilihan, melainkan kewajiban agar kita tetap berada di jalan yang diridhai Allah.
Allah Ta’ala menciptakan manusia dalam keadaan fitrah, tetapi dalam perjalanannya, manusia sering kali tergoda oleh sifat-sifat buruk yang merusak diri sendiri dan orang lain. Islam memberikan panduan agar kita dapat menjauhi sifat-sifat ini, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
“Dan demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaan. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.” (Qs. Asy-Syams: 7-10)
Baca Juga: Akhlak Mulia, Dakwah Mempesona: Kunci Keberhasilan Seorang Da’i
Berikut adalah 10 sifat buruk manusia yang harus dihindari berdasarkan dalil syar’i dan penelitian ilmiah.
Pertama, Kesombongan (الكِبْر – Al-Kibr). Kesombongan adalah sifat iblis yang menyebabkan ia diusir dari surga. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.” (Qs. An-Nahl: 23)
Dalam psikologi, studi yang dilakukan oleh Brummelman et al. (2017) menyatakan bahwa kesombongan sering kali muncul sebagai mekanisme pertahanan akibat rasa rendah diri yang tersembunyi. Orang sombong cenderung mengalami kesulitan dalam membangun hubungan sosial yang sehat.
Baca Juga: Fenomena Kegagalan Donald Trump
Kedua, Iri dan Dengki (الحَسَد – Al-Hasad). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ، فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ
“Hindarilah iri dengki, karena iri dengki memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR. Abu Dawud)
Penelitian oleh Smith & Kim (2007) menunjukkan bahwa rasa iri meningkatkan kecemasan dan depresi. Orang yang memiliki tingkat kecemburuan tinggi lebih rentan mengalami gangguan mental dan stres berkepanjangan.
Ketiga, Pemarah (الغَضَب – Al-Ghadab). Kemarahan yang tidak terkendali bisa merusak kesehatan dan hubungan sosial. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menasihati seorang sahabat dengan berkata,
Baca Juga: 7 Keutamaan Ramadhan yang Wajib Diketahui Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis
لَا تَغْضَبْ
“Jangan marah!” (HR. Bukhari)
Menurut penelitian oleh Spielberger et al. (1995), kemarahan yang tidak dikelola dengan baik dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan gangguan kecemasan.
Keempat, Kikir (البُخْل – Al-Bukhl). Allah Ta’ala berfirman,
وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُو۟لَـٰئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
“Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Qs. Al-Hasyr: 9)
Baca Juga: Kemunculan Dajjal: Fakta, Fitnah, dan Cara Menghadapinya
Studi oleh Dunn et al. (2008) menemukan bahwa orang yang dermawan cenderung lebih bahagia dibandingkan orang yang pelit.
Kelima, Berdusta (الكَذِب – Al-Kadhib). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ
“Sesungguhnya kebohongan membawa kepada kejahatan, dan kejahatan membawa ke neraka.” (HR. Bukhari & Muslim)
Penelitian oleh Serota et al. (2010) menunjukkan bahwa kebohongan yang terus-menerus meningkatkan kecemasan dan memperburuk kesehatan mental seseorang.
Baca Juga: Pahala Dahsyat Menyantuni Janda dan Orang Miskin, Jangan Lewatkan!
Keenam, Malas (الكَسَل – Al-Kasal). Malas merupakan penghalang kesuksesan dunia dan akhirat. Rasulullah ﷺ berdoa,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَالْهَرَمِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan kelemahan.” (HR. Bukhari)
Studi oleh Pate et al. (2011) menunjukkan bahwa kurangnya aktivitas fisik berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kronis seperti diabetes dan obesitas.
Ketujuh, Menggunjing (الغِيبَة – Al-Ghibah). Allah Ta’ala berfirman,
Baca Juga: Ribath Terbaik Ada di Asqalan
وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ
“Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.” (Qs. Al-Hujurat: 12)
Penelitian oleh Feinberg et al. (2012) menemukan bahwa gosip negatif dapat menyebabkan kecemasan dan menurunkan kepercayaan dalam komunitas sosial.
Kedelapan, Serakah (الحِرْص – Al-Hirsh). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ ذَهَبٍ لَابْتَغَى ثَالِثًا
“Seandainya anak Adam memiliki dua lembah emas, dia pasti ingin memiliki yang ketiga.” (HR. Bukhari & Muslim)
Penelitian oleh Kasser & Ryan (1993) menemukan bahwa orang yang terlalu materialistis memiliki tingkat kepuasan hidup yang lebih rendah dibandingkan mereka yang lebih sederhana.
Kesembilan, Membanggakan Diri (العُجْب – Al-Ujub). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ثَلاثٌ مُهْلِكَاتٌ: شُحٌّ مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
“Tiga hal yang membinasakan: kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan seseorang yang merasa dirinya hebat (ujub).” (HR. Thabrani)
Menurut penelitian oleh Twenge et al. (2008), sifat narsistik dapat merusak hubungan sosial dan meningkatkan kesepian.
Baca Juga: Wartawan dan Penerus Cita-Cita Penggerak Kemerdekaan
Kesepuluh, Cinta Dunia Berlebihan (حُبُّ الدُّنْيَا – Hubbud Dunya). Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَـٰعُ ٱلْغُرُورِ
“Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (Qs. Al-Hadid: 20)
Studi oleh Richins & Dawson (1992) menunjukkan bahwa orang yang terlalu fokus pada harta memiliki tingkat stres dan kecemasan yang lebih tinggi.
Sifat-sifat buruk ini harus dihindari karena tidak hanya merusak hubungan sosial dan spiritual, tetapi juga berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik. Dengan memahami dalil-dalil syar’i dan temuan ilmiah, kita bisa lebih waspada terhadap sifat buruk ini dan berusaha memperbaiki diri menuju kehidupan yang lebih berkah.[]
Baca Juga: Hari Pers Nasional, Peran Wartawan dalam Kemerdekaan dan Tantangan Era Modern
Mi’raj News Agency (MINA)