10 Tahun Tragedi Mavi Marmara, Aktivis Serukan Ummat Bersatu dalam Jama’ah Muslimin

Al-Muhajirun, Lampung Selatan, MINA – Memperingati 10 Tahun Peristiwa , seorang aktivis  yang ikut dalam Flotila to Gaza itu, menyerukan Muslimin bersatu dalam Jama’ah Muslimin.

Seruan ini didengungkan , Ahad, (31/5) dalam wawancara dengan MINA.

Ia adalah salah seorang aktivis dari Medical Emergency Rescue Committe () yang berada di kapal Mavi Marmara saat Zionis Israel menyerang secara brutal dan menggugurkan 10 orang aktivis berkebangsaan Turki.

“Bahkan setelah 10 tahun Mavi Marmara, Gaza masih saja diblokade, 10 orang Syuhada yang pada saat itu rela tumpahkan darahnya untuk membela saudara-saudaranya yang terdzolimi,” kata aktivis asal Al-Fatah Lampung yang insinyur itu, yang sempat diberitakan gugur oleh salah satu media lokal di Lampung saat tragedi itu terjadi.

Karenanya, menurut Nur Ikhwan, hendaknya muslimin bersatu dalam satu shaff, Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka.

“Dan situasi dunia yang semakin tidak menentu hendaknya semakin menguatkan persaudaraan kaum muslimin, bersatu dalam satu barisan yaitu berjamaah,” tegasnya.

“Bukan malah semakin terpecah sehingga menghilangkan kekuatan dahsyat kaum muslimin,” tambahnya.

Nur Ikhwan menekankan, sudah saatnya ummat Islam bangkit, bersatu untuk misi pembebasan masjid Al-Aqsa yang sampai saat ini masih dikuasai Zionis Israel Laknatullah.

“Perjuangan pembebasan Masjid Al-Aqsa dan masih panjang, dan butuh mujahid-mujahid yang siap korbankan jiwa dan hartanya sebagaimana tertera dalam Surah At-Taubah 111,” tegasnya.

Mavi Marmara adalah salah satu kapal dari enam kapal yang berlayar untuk memecah blokade Gaza pada 2010 yang diinisiasi oleh Lembaga Kemanusiaan IHH Turki.

Sejumlah 750 aktivis dari berbagai negara, 12 diantaranya dari Indonesia, dengan sekitar 10.000 ton makanan dan bantuan kemanusiaan ada di dalam kapal tersebut.

10 orang penumpang yang semuanya berkebangsaan Turki gugur ditembak oleh tentara Zionis Israel.(L/R12/B03/P1).

Mi’raj News Agency (MINA).