Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

100.000 Pengungsi Rohingya Terancam Banjir Monsoon dan Tanah Longsor

Rudi Hendrik - Sabtu, 10 Maret 2018 - 15:54 WIB

Sabtu, 10 Maret 2018 - 15:54 WIB

122 Views

Kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh. (Foto: AP/Dar Yasin)

Kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh. (Foto: AP/Dar Yasin)

Dhaka, MINA – Lebih 100.000 pengungsi Rohingya di Bangladesh terancam oleh banjir Monsoon dan tanah longsor, menurut pemodelan komputer badan pengungsi PBB (UNHCR).

Gubuk-gubuk pengungsi Rohingya yang menempel di perbukitan curam dan suram di selatan Bangladesh hanya bisa berdoa, agar kantong pasir yang memperkuat lereng akan bertahan pada musim hujan yang akan datang.

“Mereka membuatnya lebih aman, tapi mereka tidak tahan jika hujan benar-benar deras,” kata Mohammed Hares, pengungsi Rohingya usia 18, demikian Dhaka Tribune melaporkan.

Sekitar 700.000 orang Rohingya telah mengungsi dari Myanmar ke Bangladesh sejak Agustus lalu, mereka menyelamatkan diri dari tindakan keras militer. Sebagian besar sekarang tinggal di bangunan tipis dari bambu dan plastik bertengger di bukit yang dulu berhutan.

Baca Juga: MAPIM: India Tiru Agenda Pendudukan Israel, Dunia Diam Tanda Setuju

Bangladesh adalah wilayah yang dilanda angin topan. Kamp pengungsi Rohingya dikelompokkan di bagian negara yang mencatat curah hujan tertinggi.

Menurut Departemen Meteorologi Bangladesh, hujan biasanya dimulai pada bulan April dan puncaknya pada bulan Juli.

Di Kutupalong-Balukhali, kamp pengungsian terbesar, sampai sepertiga dari daratan bisa dibanjiri, bisa menyebabkan lebih dari 85.000 pengungsi kehilangan tempat tinggal, menurut UNHCR.

Sementara sebanyak 23.000 pengungsi lainnya yang tinggal di lereng yang berisiko mengalami tanah longsor. (T/RI-1/RS3)

Baca Juga: MAPIM Kecam Mobilisasi Tentara Cadangan Israel di Gaza, Desak Aksi Segera PBB dan OKI

 

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Ekonom AS Peringatkan Bahaya Proteksionisme dalam Perdagangan Global

Rekomendasi untuk Anda