Tunis, 28 Rabi’ul Akhir 1437/7 Februari 2016 (MINA) – Tunisia telah menyelesaikan pembangunan penghalang sepanjang 200 km di sepanjang perbatasan dengan Libya, beberapa bulan setelah serangan ISIS terhadap ibukota dan resor pantai yang menewaskan puluhan wisatawan.
Menteri Pertahanan Tunisia Farhat Horchani mengatakan kepada wartawan pada Sabtu (6/2), pembangunan proyek ditandai sebagai “hari penting” bagi Tunisia dalam perjuangannya melawan “terorisme”. Demikian Al Jazeera memberitakan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Dua serangan yang diklaim oleh kelompok Islamic State (ISIS/Daesh) tahun lalu menewaskan 59 wisatawan asing.
Para pejabat Tunisia mengatakan, para penyerang telah dilatih di Libya yang sarat dengan konflik dan negara tempat ISIS aktif.
Baca Juga: Kelelahan Meningkat, Banyak Tentara Israel Enggan Bertugas
“Tunisia mampu melawan terorisme dengan cara aktif dan efisien,” kata Horchani selama tur meninjau pembatas di perbatasan.
Penghalang yang dibangun berupa bank pasir dan parit berisi air, membentang sekitar 200km dari Ras Jedir di pantai Mediterania hingga Dhiba.
Pembatas itu mencakup sekitar setengah dari panjang perbatasan antara kedua negara tetangga.
Horchani mengatakan, fase kedua proyek ini akan mencakup memasang peralatan elektronik dengan bantuan Jerman dan Amerika Serikat.
Baca Juga: Bahas Krisis Regional, Iran Agendakan Pembicaraan dengan Prancis, Jerman, Inggris
Dia mengatakan, penghalang yang Tunisia namai “system of obstacles” itu telah terbukti efisien.
“Pada beberapa kesempatan kami telah menghentikan dan menangkap orang-orang yang mencoba menyelundupkan senjata,” katanya.
Sumber-sumber resmi memperkirakan, sebanyak 6.000 warga Tunisia telah melakukan perjalanan untuk berperang di Irak, Suriah dan Libya. Banyak yang memilih bergabung dengan kelompok bersenjata, termasuk ISIS.(T/P001/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Serangan Hezbollah Terus Meluas, Permukiman Nahariya di Israel Jadi Kota Hantu