Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Siswa Thailand Alami Kegagalan Ujian Nasional yang Tinggi

Admin - Rabu, 10 Februari 2016 - 14:58 WIB

Rabu, 10 Februari 2016 - 14:58 WIB

726 Views ㅤ

Siswa thailand rata-rata gagal dalam delapan dari sembilan mata pelajaran UN. (Foto: Bangkok Post)

thailand-rata-rata-gagal-dalam-delapan-dari-sembilan-mata-pelajaran-UN.jpg" alt="Siswa thailand rata-rata gagal dalam delapan dari sembilan mata pelajaran UN. (Foto: Bangkok Post)" width="620" height="413" /> Siswa Thailand rata-rata gagal dalam delapan dari sembilan mata pelajaran di Ujian Nasional. (Foto: Bangkok Post)

Bangkok, 2 Jumadil Awwal 1437/10 Februari 2016 (MINA) – Thailand mengalami tantangan yang cukup serius dalam memperbaiki pendidikan nasional menyusul tingginya kegagalan para siswa SMA dalam Ujian Nasional (UN) di setiap tahun.

Seperti dilaporkan Bangkok Post yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), berdasarkan data Layanan Ujian Pendidikan Institut Nasional (Niets) Thailand, rata-rata siswa kelas 12 kurang pandai dalam delapan mata pelajaran dari sembilan mata pelajaran.

Nilai rata-rata siswa kelas 12 Thailand ialah di bawah 50 dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Bahasa Inggris, Kimia, Fisika, Biologi, Matematika 1, Matematika 2, dan Ilmu Pengetahuan Umum (IPU), sedangkan nilai rata-rata tertinggi dalam sembilan mata pelajaran mencapai 56,65.

Penurunan prestasi ini berlangsung dalam lima tahun terakhir. Matematika 2 dan IPU diperkenalkan pada tahun ini. Sebelumnya, UN bagi siswa SMA tingkat akhir hanya melibatkan tujuh mata pelajaran. Sebanyak 179.968 siswa berpartisipasi dalam UN kali ini.

Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina 

Sompong Jitradup, seorang dosen di Fakultas Pendidikan Universitas Chulalongkorn, mengatakan perguruan tinggi favorit ingin mengevaluasi calon mahasiswa baru berdasarkan nilai dalam sembilan mata pelajaran itu. Akibatnya, siswa menjadi cemas dan terbebani.

“Siswa daerah yang tidak pernah melakukan tambahan jam bimbingan pelajaran akan menemukan ujian kali ini terlalu sulit. Apalagi, mereka hanya diberi waktu dua jam. Saya pikir sebagian besar siswa tidak bisa menjawab dan hanya bisa menebak,” kata Sompong.

Kekhawatiran terbesar Sompong ialah kesenjangan sistem pendidikan di Thailand antara siswa di perkotaan dan pedesaan akan semakin melebar. Menurut Bank Dunia, tingkat pendidikan siswa pedesaan Thailand tertinggal tiga tahun dari siswa perkotaan.

Hal itu disebabkan kurangnya guru berkompetensi dan tempat les.

Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan

Thailand harus bisa mempersempit kesenjangan ini dan menepikan nilai rata-rata UN. Sebab, kesenjangan ini memberikan dampak yang luas terhadap masa depan Thailand dan UN itu sendiri,” katanya.

Amornvit Nakornthap, akademisi pendidikan sekaligus mantan juru bicara (jubir) Menteri Pendidikan, mengatakan ketimpangan dalam sistem pendidikan adalah masalah terbesar. “Pemerintah harus bisa menggunakan anggaran pendidikan secara tepat,” tegasnya.

Menteri Pendidikan, Dapong Ratanasuwan kemarin memerintahkan Wakil Menteri Pendidikan Teerakiat Jareonsettasin untuk menganalisis soal UN kali ini. “Ujian tidak boleh terlalu sulit karena siswa di daerah tidak akrab dengan jenis ujian tertentu,” kata Dapong. (T/P020/P001)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu

Rekomendasi untuk Anda

MINA Preneur
MINA Millenia
Kolom
MINA Millenia