Calais-Prancis-The-Guardian-300x212.jpg" alt="Kamp pengungsi di Calais, Prancis (Foto: The Guardian)" width="300" height="212" /> Kamp pengungsi di Calais, Perancis (Foto: The Guardian)
Calais, Perancis, 13 Jumadil Awwal 1437/20 Februari 2016 (MINA) – Ratusan pengungsi yang tinggal di kamp penampungan di pelabuhan Perancis, Calais, atau dikenal dengan The Jungle, sudah diminta meninggalkan tempat tersebut atau akan diusir.
Pemerintah Perancis memberi tenggat hingga Selasa (23/2) pukul 20.00 waktu setempat (02.00 WIB) untuk meninggalkan bagian selatan kamp yang luas tersebut.
Siapapun yang masih berada di area tersebut akan dipindahkan secara paksa, tenda atau bangunan semi permanen di sana bisa dihancurkan, BBC melaporkan, Sabtu (20/2), yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Area kamp penampungan Calais telah menjadi semacam pusat kebudayaan bagi banyak pengungsi. Di wilayah itu telah ada toko-toko, sebuah sekolah, dan beberapa tempat beribadah.
Baca Juga: Budidaya Opium Afghanistan Turun 20% pada 2025
Pihak berwenang mengatakan, sekitar 1.000 orang bisa terdampak dari rencana pembongkaran kemp itu, namun relawan di lapangan memperkirakan sedikitnya dua kali lipat jumlah tersebut tinggal di area tersebut.
Lembaga kemanusiaan Help Refugees mengatakan tenggat tiga hari menyebabkan hampir tidak memungkinkan mereka untuk memberikan bantuan kepada mereka yang berisiko terlantar tanpa makanan, air, dan tempat tinggal.
“Kami terpukul mengetahui kami diberi kurang dari tiga hari untuk merelokasi warga, padahal sebelumnua telah dijanjikan lebih lama oleh pemerintah,” ungkap Philli Boyle, manajer Help Refugees di Calais, kepada Independent.
Ribuan pengungsi dari Timur Tengah dan Afrika ditampung sementara di Calais dengan harapan bisa menyeberang ke Inggris.
Baca Juga: Utusan AS Ungkap Ada Negara Baru Siap Normalisasi Hubungan dengan Israel
Pada awal Februari lalu, lebih dari 1.500 migran terusir setelah Pemerintah Perancis memutuskan merobohkan tempat-tempat ibadah, sekolah, dan kamp penampungan untuk membuat zona penyangga 100 meter antara Calais dan jalan bebas hambatan di dekatnya.
Paris dkritik karena gagal memberikan perawatan dasar untuk para migran. Tak seperti di kebanyakan negara Eropa lainnya, pengugsi yang tiba di negara itu membangun tempat penampungan, sekolah, toko, dan tempat-tempat ibadah secara mandiri. (P022/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Koalisinya Terancam Bubar, Netanyahu Desak RUU Pengecualian Wajib Militer Segera Disahkan
calais-jungle-camp-2000-refugees-living-in-makeshift-shelters-given-three-days-to-leave-as-a6807386.html">http://independent.co.uk/news/world/europe/calais-jungle-camp-2000-refugees-living-in-makeshift-shelters-given-three-days-to-leave-as-a6807386.html
prancis-dirobohkan/99265/">http://mirajnews.com/id/masjid-dan-gereja-di-kamp-pengungsi-prancis-dirobohkan/99265/
Baca Juga: Militer Sudan Tolak Usulan Gencatan Senjata AS
Baca Juga: Mamdani Siap Berdialog dengan Trump, Asalkan Tak Rugikan Warga
















Mina Indonesia
Mina Arabic