Jakarta, MINA – Universitas Islam As-Syafi’iyah (UIA) bekerja sama dengan Baitul Maqdis Institute menggelar Konferensi Internasional bertema “Al-Aqsa A Symbol of Resistance and Identity in The Palestinian Struggle Against Imperialism”, di Auditorium AMC Kampus II Universitas Islam As-Syafi’iyah Pondok Gede, Jakarta Timur, Rabu, 15 Mei 2024.
Pada sesi pertama mengangkat tema “Baitul Maqdis dalam Perspektif Agama dan Budaya”, tampil sebagai pembicara : Prof. Dr. Sudarnoto Abdul Hakim (Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri), Prof. Dr. Wasfi Asyur Abu Zaid (Mardin Artuklu Universitise Turkiye), Prof. Dr. Daud Rasyid, MA (Kaprodi Doktor Dakwah UIA), dan Dr. Mustafa Abdul Rahman (Wartawan Senior Kompas Timur Tengah).
Sedangkan pada sesi kedua mengangkat tema, “Rekonstruksi Sektor Pendidikan, Diplomasi, Ekonomi, dan Hankam untuk Pembebasan Palestina”, dengan para pembicara : Dubes Lalu Muhammad Iqbal, PHD (Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI), Dr. Ahed Abu Elatta (Chair of ASEAN Palestinian Diaspora Ulama), dan Prof. Dr. Balkhair Tohiri Al-Idrisi (Universitas Wahran Aljazair).
Konferensi diselenggarakan bertepatan dengan Peringatan 76 Tahun Nakba Day pada tanggal 15 Mei 1948, yang menandakan penderitaan bangsa Palestina selama puluhan tahun di bawah penjajahan Israel.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-10] Makanan dari Rezeki yang Halal
Pada konferensi yang dihadiri kalangan ulama, cendekiawan, akademisi, asatidz, penulis, wartawan dan mahassiwa, menghasilkan 11 butir rekomendasi, sebagai berikut.
Merespons situasi genosida yang terus dilancarkan Israel di Gaza, Palestina, maka forum ini merekomendasikan 11 hal:
- Mengerahkan kekuatan militer terutama oleh negara-negara anggota OKI atau negara-negara lainnya untuk menghadapi Israel. Military Force juga bisa dilakukan dengan pengiriman pasukan melalui mekanisme keputusan PBB. Sebab Israel sudah tidak lagi mematuhi desakan global dan hukum internasional untuk menghentikan genosida terhadap rakyat Gaza.
- Memboikot produk-produk Israel dan perusahaan lain yang terafiliasi dengan Israel untuk terus diintensifkan baik di negara-negara muslim maupun negara-negara lain yang saat ini memberikan dukungan terhadap Palestina. Gerakan boikot terbukti nyata telah menggoncangkan sendi-sendi ekonomi penjajah dengan banyaknya gerai-gerai mereka yang tutup hingga perusahaan-perusahaan pendukung penjajahan yang mengalami kerugian.
- Melakukan tekanan publik lebih intensif terhadap rezim Zionis dan aliansi pendukungnya agar mereka segera menghentikan genosida di Palestina. Hal ini sebagaimana telah ditunjukkan oleh civitas akademika di Amerika, Eropa, Australia dan negara-negara lain termasuk Indonesia. Koalisi besar kampus-kampus dan pusat pendidikan perlu dibangun, bersama dengan kekuatan-kekuatan masyarakat sipil lainnya.
- Memperkuat politik dan diplomasi untuk memperlemah posisi Israel dan Amerika secara global sehingga tidak ada pilihan kecuali gencatan senjata secara permanen, ditarik mundurnya IOF (Israel Offensive Force), penghentian genosida, dan kemerdekaan Palestina. Dukungan 143 negara anggota PBB terhadap Palestina supaya menjadi anggota tetap PBB (bukan lagi observer) adalah langkah politik-diplomatik yang sangat penting dan perlu ditindak lanjuti di DK PBB.
- Mendukung penegakan Hukum Internasional sehingga advisory opinion yang sudah dilakukan di mahkamah internasional ICJ meyakinkan PBB untuk memutuskan bahwa Israel benar-benar melakukan okupasi dan genosida. Kemudian, Indonesia dan negara-negara lain perlu memberikan dukungan atas inisiatif penangkapan terhadap Benyamin Netanyahu dan pejabat Israel lainnya yang berada di balik Genosida di Palestina.
- Membangun gerakan literasi tentang perjuangan Palestina dan kejahatan Israel terutama di kampus-kampus dan pusat-pusat pendidikan di Indonesia. Melalui gerakan ini, diharapkan pengetahuan dan kepedulian generasi muda tentang dan terhadap Palestina dan Masjid Al-Aqso sebagai symbol sentral perjuangannya semakin baik, dari aspek sejarah, ideologi dan politik.
- Memasukkan kurikulum Baitul Maqdis di kampus-kampus dan pondok-pondok pesantren di Indonesia yang memiliki program studi kajian Islam, sejarah, sosial dan politik, hukum, serta program-program studi terkait agar mahasiswa, para pemuda, dan civitas akademika memahami pentingnya arti kiblat pertama bagi umat Islam ini dan terlibat aktif dalam perjuangan pembebasan Palestina.
- Mengenalkan, mendorong dan memprakarsai berdirinya Pusat Studi Baitul Maqdis atau Baitul Maqdis Corner di universitas-universitas Islam baik negeri maupun swasta di Indonesia sebagai sumbangsih nyata pembumian proyek utama umat Islam dunia: kemerdekaan Palestina dan pembebasan Baitul Maqdis dari segala bentuk penjajahan dan kezaliman.
- Mengintegrasikan ilmu Baitul Maqdis ke dalam upaya penyelesaian diplomasi dan militer masalah Palestina dimulai dari tingkat masyarakat sipil hingga pemerintahan di negara-negara Muslim dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina dan Al-Aqso di forum-forum nasional dan internasional.
- Menekankan pentingnya koordinasi nasional untuk menggalang kontribusi Masyarakat muslim Indonesia dan ormas Islam Indonesia dalam proses rekonstruksi Gaza paska perang dalam sektor pembangunan rumah ibadah, sektor Pendidikan, dan sektor Kesehatan serta rehabilitasi korban perang.
- Mendukung inisiatif pembangunan Museum Genosida Bangsa Palestina oleh Zionisme Israel di Indonesia sebagai negeri mayoritas muslim terbesar di dunia, anggota OKI, G-20, Gerakan Non-Blok dan ASEAN yang berpengaruh di dunia internasional
Rekomendasi di tandatangani di Jakarta, 15 Mei 2024, oleh Tim Pengarah Seminar Internasional Universitas Islam As-Syafi’iyah, Jakarta, atas nama peserta sidang konferensi. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan