Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

12 Efek Buruk Drakor bagi Akidah Generasi Muslim

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 47 menit yang lalu

47 menit yang lalu

2 Views

Drama Korea (drakor) bukan sekadar tontonan, ia adalah media propaganda gaya hidup.(Foto: ig)

DI SEBUAH rumah sederhana, seorang ibu menangis pelan di malam hari. Anaknya yang dulu rajin mengaji kini lebih memilih begadang menonton drama Korea hingga lupa shalat. Al-Qur’an yang dulu sering dibaca mulai berdebu di rak, digantikan poster-poster artis asing yang dipajang di dinding kamar.

Setiap kali ditegur, sang anak menjawab dengan ketus, “Semua orang juga nonton, Bu. Ini biasa.” Betapa pedihnya hati seorang ibu melihat buah hatinya perlahan menjauh dari Allah hanya karena tontonan yang dianggap hiburan semata. Fakta seperti ini bukan satu atau dua kasus, tetapi telah menjadi fenomena di banyak keluarga Muslim. Berikut 12 efek buruk drakor bagi akidah generasi muda Muslim.

Pertama, Pintu Masuk Gaya Hidup Hedonis. Drama Korea (drakor) bukan sekadar tontonan, ia adalah media propaganda gaya hidup. Tanpa disadari, generasi Muslim banyak yang meniru cara hidup artis Korea: kemewahan, kecantikan semu, dan gaya pacaran bebas. Padahal, Islam mengajarkan hidup sederhana, menjauhi tabarruj, serta menjaga kehormatan diri. Drakor menanamkan nilai bahwa bahagia itu harus kaya, cantik, dan glamor. Bukankah ini bertolak belakang dengan akidah Islam yang menilai taqwa sebagai ukuran mulia?

Kedua, Mengikis Rasa Malu dan Hijab. Mayoritas drakor menampilkan adegan romantis: pelukan, ciuman, hingga hubungan di luar nikah. Anak-anak Muslim yang menonton tanpa filter lambat laun menganggap hal itu wajar. Mereka kehilangan rasa malu yang seharusnya menjadi perhiasan iman. Nabi SAW bersabda, “Malu itu bagian dari iman. (HR. Bukhari dan Muslim). Jika rasa malu terkikis, akidah pun perlahan terkoyak.

Baca Juga: Serangan Drone Menghajar, Global Sumud Flotilla Tetap Berlayar

Ketiga, Normalisasi Pacaran dan Zina. Drakor menjadikan kisah cinta terlarang sebagai inti cerita. Adegan pacaran, hubungan tanpa ikatan halal, bahkan perselingkuhan dibungkus romantis sehingga tampak indah. Inilah yang berbahaya: zina dinormalisasi, padahal Allah menegaskan, “Janganlah kamu mendekati zina, karena zina itu adalah perbuatan keji dan jalan yang buruk.” (Qs. Al-Isra: 32). Jika generasi Muslim terbiasa menyaksikan itu, mereka bisa kehilangan sensitivitas terhadap larangan Allah.

Keempat, Obsesi Fisik dan Beauty Standard. Drakor membentuk standar kecantikan dan ketampanan yang semu: kulit putih, tubuh langsing, wajah tirus, operasi plastik. Banyak remaja Muslim merasa minder dengan ciptaan Allah, lalu rela mengubah fisiknya demi mengikuti standar Korea. Padahal Allah berfirman: “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (Qs. At-Tin: 4). Obsesi fisik semacam ini adalah penyakit akidah—tidak ridha dengan takdir Allah.

Kelima, Fanatisme Buta dan Kultus Artis. Generasi muda Muslim kini banyak yang lebih hafal nama artis Korea daripada nama sahabat Nabi. Mereka rela mengeluarkan uang jutaan rupiah untuk merchandise K-pop, tapi enggan berinfak di jalan Allah. Bahkan, ada yang menjadikan artis sebagai panutan hidup, padahal seharusnya teladan sejati adalah Rasulullah SAW. Ini bentuk penyimpangan loyalitas: hati yang seharusnya mencintai Allah dan Rasul malah terikat pada idola kafir.

Keenam, Menggerus Waktu Ibadah. Drakor membuat orang lupa waktu. Betapa banyak remaja Muslim yang begadang semalaman menonton maraton episode, lalu tertidur dan meninggalkan shalat Subuh. Mereka lebih rela mengorbankan ibadah daripada melewatkan drama. Bukankah ini bentuk perbudakan modern? Allah mengingatkan: “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Qs. Adz-Dzariyat: 56). Jika drakor lebih diutamakan daripada ibadah, akidah jelas terganggu.

Baca Juga: Pembelaan Sultan Abdul Hamid II terhadap Palestina

Ketujuh, Penyusupan Nilai Sekularisme dan Feminisme. Banyak drakor membawa nilai sekularisme: memisahkan agama dari kehidupan. Tokoh-tokoh ceritanya sukses tanpa peduli agama, bahkan sering menampilkan minuman keras dan kehidupan malam sebagai hal biasa. Feminisme juga disusupkan: perempuan digambarkan bebas melakukan apa pun tanpa aturan syariat. Sedikit demi sedikit, akidah Islam digeser, dan generasi Muslim pun terbentuk menjadi sekular tanpa sadar.

Kedelapan, Menumbuhkan Khayalan Palsu. Drakor membuat generasi Muslim hidup dalam dunia fantasi. Mereka mengira kehidupan nyata bisa seindah drama: penuh kejutan romantis, pasangan setia, dan akhir bahagia. Padahal kenyataan jauh berbeda. Akibatnya, banyak yang kecewa dengan kehidupan nyata, merasa gagal, bahkan depresi. Islam mengajarkan sikap realistis: dunia adalah ujian, bukan panggung romantis.

Kesembila, Mengurangi Ghirah Islam. Semangat berislam (ghirah) terkikis karena hati dipenuhi dengan cinta terhadap budaya asing. Coba bandingkan: generasi Muslim kini lebih antusias menonton konser K-pop daripada menghadiri majelis ilmu. Jika cinta terhadap Islam kalah dengan cinta pada artis kafir, bukankah ini tanda rapuhnya akidah?

Kesepuluh, Menjadi Senjata Soft Power. Data menunjukkan Korea Selatan menggunakan industri hiburan sebagai alat soft power untuk menyebarkan budaya dan melemahkan identitas bangsa lain. Indonesia adalah ceruk pasar besar drakor. Generasi muda Muslim yang seharusnya menjadi penjaga peradaban malah terbius budaya asing. Bukankah ini bentuk penjajahan gaya baru? Penjajahan bukan lagi dengan senjata, tapi dengan drama dan musik.

Baca Juga: Sam’i wa Thaat: Kultur Mulia dalam Kehidupan Al-Jama’ah

Kesebelas, Mengikis Identitas Muslimah. Banyak muslimah yang meniru gaya artis Korea: rambut terurai, pakaian ketat, make up tebal. Mereka lebih bangga terlihat seperti idol K-pop daripada tampil dengan jilbab syar’i. Inilah tragedi akidah: identitas Islam ditanggalkan, diganti identitas palsu.

Keduabelas, Dampak Sosial: Rusaknya Hubungan Keluarga. Obsesi drakor juga merusak ikatan keluarga. Remaja lebih banyak mengurung diri di kamar, menonton drama berjam-jam, daripada berinteraksi dengan orang tua. Bahkan, ada suami-istri yang berselisih karena salah satu kecanduan drakor. Dampak ini nyata, dan makin banyak kasusnya di masyarakat.

Data dan Fakta: Tingkat Kecanduan

Sebuah survei (WeTV Indonesia, 2021) menunjukkan bahwa lebih dari 50% penonton drakor di Indonesia rela menghabiskan waktu lebih dari 4 jam per hari. Padahal Nabi SAW mengajarkan, umur manusia akan ditanya untuk apa dihabiskan. Jika waktu habis untuk drakor, bagaimana nasib hisab kita di akhirat?

Baca Juga: Black Agenda Drakor: Misi Tersembunyi di Balik Layar

Generasi Muslim adalah aset ummah. Jika akidah mereka rusak, maka hilanglah masa depan Islam. Drakor mungkin tampak sepele, tapi efeknya seperti racun yang perlahan melemahkan iman. Saat hati sudah terpikat oleh budaya asing, sulit sekali mengembalikan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.

Bukan berarti Islam melarang hiburan, tetapi hiburan harus menambah iman, bukan merusaknya. Generasi Muslim harus diarahkan pada tontonan yang mendidik, dakwah yang menguatkan akidah, dan kisah nyata para ulama serta pahlawan Islam. Inilah saatnya kita berkata: cukup sudah drakor merusak generasi. Mari isi hati dengan Qur’an, bukan dengan drama yang menipu.

Kita harus jujur: jika generasi Muslim lebih banyak menghafal dialog drakor daripada ayat Al-Qur’an, itu bukan sekadar masalah hiburan, melainkan masalah akidah. Logikanya sederhana: apa yang paling sering memenuhi pikiran, itulah yang akan menguasai hati. Jika hati dipenuhi cinta kepada Allah dan Rasul, maka lahirlah generasi pejuang Islam.

Namun, jika hati dipenuhi cinta pada artis dan budaya asing, maka lahirlah generasi rapuh yang mudah dijajah. Karena itu, solusi bukan sekadar melarang, melainkan mengganti dengan tontonan, bacaan, dan pergaulan yang menghidupkan iman. Inilah jalan cerdas: menggeser orientasi dari dunia maya yang menipu menuju cahaya Qur’an yang menuntun.[]

Baca Juga: Jejak Awal Kelahiran Drakor, Industri Hiburan atau Propaganda?

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Tata Cara Shalat Gerhana

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Kolom
Kolom
Khadijah