Jakarta, 12 Jumadil Akhir 1437/21 Maret 2016 (MINA) – Kunjungan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani ke Tiongkok berhasil mengidentifikasi 13 minat perusahaan asal Tiongkok yang serius menanamkan modalnya di Indonesia.
13 investor tersebut terdiri dari perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor pembangkit listrik energi terbarukan, furniture, industri kimia, konsultasi konstruksi, jasa konstruksi, elevator, obat tradisiona, industri tekstil, industri pupuk, garmen, industri mesin jahit dan industri pengolahan kayu.
“Skala investasinya lebih ke menengah investor skala menengah dengan kisaran investasi dibawah US$ 1-50 juta. Namun ada sebagian yang skalanya lebih besar seperti yang sektor pembangkit listrik terbarukan merupakan yang anak perusahaman kelistrikan terbesar di Tiongkok,” ujarnya dalam keterangan resmi kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Senin (21/3)
Pertemuan Kepala BKPM terhadap lima investor dilakukan setelah forum kegiatan forum bisnis Zhejiang-Indonesia Investment Conference dalam forum tersebut Kepala BKPM menyampaikan kemudahan layanan investasi dihadapan 150 perwakilan 100 perusahaan dari Tiongkok. Partisipan yang hadir berasal dari kota Huzhou dan sekitar Zheijang yang dikenal sebagai salah satu sentral industri tekstil (sutra).
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Menurut Franky, untuk bidang usaha furniture, investor Tiongkok yang masuk sedang mencari lokasi yang tepat, utamanya terkait dengan UMR serta insentif yang diberikan untuk industri padat karya. “Mereka membidik segmentasi furniture untuk perkantoran,” jelasnya.
Sementara untuk investor di bidang industri Kimia rencananya akan segera melakukan konstruksi di lahan seluas 2.000 hektar, demikian halnya dengan perusahaan konstruksi yang telah memiliki mitra lokal di Batam.
Walikota Huzhou Chen Weijun juga menyampaikan, pihaknya akan terus meningkatkan hubungan kerjasama ekonomi baik perdagangan dan investasi dengan Indonesia.
“Pada tahun 2015, total volume perdagangan impor dan ekspor antara Indonesia and Huzhou mencapai US$ 170 juta, dengan angka pertumbuhan mencapai 5,6%. Total perdagangan dalam sektor jasa mencapai US$ 6,87 juta. Perusahaan Huzhou yang ada di Indonesia di antaranya Zhongyi Construction Group, dan Zhongshan Chemical Industry Group yang meluncurkan beberapa proyek investasi. Saat ini ada enam perusahaan Huzhou yang telah beroperasi di Indonesia,” ungkapnya.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Dalam acara tersebut Kepala BKPM juga menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman antara CCPIT (China Council for Promotion of International Trade) dengan Inacham. Turut hadir dalam kegiatan tersebut Konjen RI di Shanghai Kenssy Dwi Ekaningsih.
Investasi dari Tiongkok yang sepanjang tahun 2015 (tidak termasuk sektor hulu migas dan keuangan) mencapai US$ 628,3 juta, menempatkan RRT sebagai investor terbesar ke-9 di Indonesia.
Nilai tersebut di luar angka investasi RRT ke Indonesia yang juga tercatat melalui negara-negara lainnya sebesar US$ 1,53 miliar sehingga total investasi RRT pada tahun 2015 sebesar US$ 2,16 miliar atau meningkat sebesar 47% dibandingkan tahun sebelumnya. (L/P010/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon