Suami adalah penentu kebaikan dalam rumah tangga. Suami adalah ujung tombak bagi keluarga dan pemimpin bagi istrinya. Baik buruknya seorang istri sangat tergantung bagaimana cara suami mendidiknya. Karena itulah suami mempunyai peran yang sangat penting dalam membangun rumah tangganya. Suami yang akan berhasil membina rumah tangganya jika ia mampu menjalan perannya sebagai seorang suami. Berikut ini setidaknya ada tiga belas peran suami untuk menjaga keharmonisan rumah tangga bersama istrinya.
Pertama, Komitmen sebagai Pemimpin Rumah Tangga. Islam menetapkan suami sebagai pemimpin dalam keluarga dengan tanggung jawab besar. Ayat الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ (Qs. An-Nisa: 34) menunjukkan bahwa kepemimpinan ini harus dijalankan dengan adil, bijaksana, dan penuh tanggung jawab, bukan sebagai alat dominasi. Kepemimpinan yang baik memastikan seluruh anggota keluarga merasa aman dan dihargai.
Komitmen sebagai pemimpin rumah tangga juga mencakup kemampuan suami untuk menjadi teladan dalam akhlak, ibadah, dan tanggung jawab. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dengan menunjukkan integritas dan kepemimpinan yang baik, suami dapat menginspirasi anggota keluarganya untuk bersama-sama mencapai tujuan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.
Baca Juga: Bulan Rajab untuk Pembebasan Masjidil Aqsa
Kedua, Mewujudkan Keseimbangan antara Hak dan Kewajiban. Keharmonisan rumah tangga tercapai jika suami tidak hanya menuntut haknya, tetapi juga menjalankan kewajibannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ لِزَوْجِكَ عَلَيْكَ حَقًّا
“Istrimu memiliki hak atas dirimu.” (HR. Bukhari). Keseimbangan ini mencakup nafkah, perhatian, serta sikap saling menghormati.
Mewujudkan keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam rumah tangga juga berarti suami tidak hanya menuntut haknya sebagai kepala keluarga tetapi juga memenuhi kewajibannya terhadap istri dan anak-anak. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf.” (Qs. Al-Baqarah: 228). Keseimbangan ini meliputi pemberian nafkah, perhatian, dan perlakuan baik kepada istri, serta menjaga hak-haknya sebagai seorang individu. Sikap adil ini akan menciptakan keharmonisan, rasa saling menghargai, dan kerja sama dalam rumah tangga.
Baca Juga: Kematian Kareem Badawi dalam Serangan New Orleans Hancurkan Hati Keluarga
Ketiga, Mengelola Konflik dengan Hikmah. Setiap rumah tangga pasti menghadapi tantangan. Suami harus mampu mengelola konflik dengan bijak tanpa emosi berlebihan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mencontohkan bagaimana beliau menangani perselisihan dengan Ummul Mukminin Aisyah RA secara tenang, tanpa melukai perasaan.
Keempat, Membimbing dengan Lembut dan Bijak. Dalam memimpin keluarga, suami harus mengedepankan kelembutan. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ
“Sesungguhnya kelembutan tidaklah ada pada sesuatu kecuali ia akan memperindahnya.” (HR. Muslim). Kelembutan akan memotivasi anggota keluarga untuk taat dan mengikuti arahan dengan senang hati.
Membimbing istri dengan lembut dan bijak adalah bagian dari tanggung jawab suami sebagai pemimpin rumah tangga. Allah Ta’ala berfirman,
Baca Juga: Menjaga Ukhuwah Islamiyah dalam Kehidupan Berjama’ah
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ
“Dan bergaullah dengan mereka (istri-istrimu) secara patut.” (Qs. An-Nisa: 19). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga mencontohkan kelembutan dalam membimbing istri-istrinya, bahkan dalam hal-hal kecil, tanpa memaksa atau menyakiti perasaannya. Dengan kelembutan, suami dapat mengarahkan istrinya pada kebaikan, memotivasi untuk meningkatkan kualitas ibadah, dan menyelesaikan masalah dengan cara yang tidak menimbulkan konflik, sehingga tercipta keharmonisan dalam rumah tangga.
Kelima, Menjadi Sahabat bagi Istri. Menjadi sahabat bagi istri berarti suami tidak hanya berperan sebagai pemimpin dalam rumah tangga, tetapi juga sebagai teman yang mendukung, mendengarkan, dan memahami. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan teladan dengan selalu mendampingi istrinya dalam suka dan duka, bahkan berbagi cerita serta bercanda untuk menguatkan hubungan emosional.
Dalam hadits disebutkan, Aisyah RA pernah berlomba lari dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, menunjukkan sisi persahabatan dalam hubungan mereka (HR. Abu Dawud). Dengan menjadi sahabat, suami dapat menciptakan suasana penuh kasih sayang, rasa saling percaya, dan kenyamanan dalam rumah tangga, sehingga istri merasa dihargai dan didukung sepenuhnya.
Keenam, Menjaga Kehormatan dan Martabat Istri. Islam sangat menghargai kedudukan seorang istri. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Baca Juga: Apa yang Harus Diketahui tentang Masjid Al-Aqsa dan Konflik Palestina
إِنَّمَا النِّسَاءُ شَقَائِقُ الرِّجَالِ
“Sesungguhnya perempuan adalah saudara kandung laki-laki.” (HR. Abu Dawud). Suami harus menjaga kehormatan istrinya dan memperlakukannya dengan penuh penghormatan. Menjaga kehormatan dan martabat istri adalah kewajiban suami yang mencerminkan penghormatan terhadap amanah Allah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ، وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah yang paling baik kepada keluargaku.” (HR. Tirmidzi). Suami harus memperlakukan istri dengan lembut, menghargai perasaannya, dan tidak menyebarkan aibnya kepada orang lain. Kehormatan istri juga dijaga dengan membela hak-haknya, memastikan ia diperlakukan secara adil, dan mendukung perannya sebagai bagian penting dalam keluarga. Sikap ini menciptakan rasa saling menghormati dan memperkuat ikatan emosional dalam rumah tangga.
Ketujuh, Memberikan Rasa Aman. Suami bertanggung jawab menciptakan rasa aman bagi keluarganya, baik secara fisik, emosional, maupun spiritual. Allah Ta’ala berfirman,
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ
“Dan bergaullah dengan mereka (istri-istrimu) secara patut.” (Qs. An-Nisa: 19). Rasa aman ini merupakan fondasi penting dalam menjaga keharmonisan rumah tangga.
Baca Juga: Relevansi Masjid Al-Aqsa dalam Gerakan Islam Kontemporer
Seorang suami juga harus memberikan rasa aman kepada istrinya, baik secara fisik, emosional, maupun spiritual, karena rasa aman adalah pondasi penting dalam membangun keharmonisan rumah tangga. Allah Ta’ala berfirman,
هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ
“Mereka (istri-istrimu) adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka.” (Qs. Al-Baqarah: 187). Ayat ini menggambarkan bahwa suami dan istri saling melindungi dan memberikan kenyamanan. Suami harus menjauhkan istrinya dari segala hal yang dapat mengancam fisik, melukai perasaan, atau merusak keimanan. Dengan sikap penuh perhatian dan kasih sayang, istri akan merasa dilindungi dan dihargai, sehingga suasana rumah tangga menjadi tenang dan harmonis.
Kedelapan, Menghargai Peran dan Usaha Istri. Menghargai peran dan usaha istri berarti suami menyadari dan mengapresiasi segala kontribusi yang diberikan istri, baik dalam mengurus rumah tangga, mendidik anak, maupun mendukung suami dalam berbagai aspek kehidupan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan contoh dengan menghormati pekerjaan istri-istrinya, bahkan membantu mereka dalam pekerjaan rumah, sebagaimana Aisyah RA berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam biasa membantu keluarganya di rumah.” (HR. Bukhari).
Baca Juga: First Aider dalam Pandangan Islam
Dengan penghargaan ini, istri merasa dihormati dan didukung, sehingga semakin termotivasi untuk memberikan yang terbaik bagi keluarga. Sikap ini juga memperkuat hubungan emosional dan menciptakan suasana penuh kasih dalam rumah tangga.
Kesembilan, Membangun Lingkungan Islami dalam Rumah. Rumah tangga yang harmonis dimulai dari lingkungan Islami. Suami harus memastikan rumah tangganya dihiasi dengan ibadah, seperti shalat berjamaah, membaca Al-Qur’an, dan berdiskusi tentang agama. Allah Ta’ala berfirman,
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا
“Dan perintahkanlah keluargamu untuk melaksanakan shalat dan bersabarlah dalam mengerjakannya.” (Qs. Thaha: 132).
Membangun lingkungan Islami dalam rumah adalah tanggung jawab suami untuk memastikan rumah tangganya menjadi tempat yang penuh berkah dan mendekatkan seluruh anggota keluarga kepada Allah Ta’ala Allah berfirman,
Baca Juga: Keutamaan Bulan Rajab
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا
“Dan perintahkanlah keluargamu untuk melaksanakan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (Qs. Ta-Ha: 132). Suami dapat memulainya dengan menghidupkan suasana ibadah, seperti shalat berjamaah, membaca Al-Qur’an, dan berdzikir bersama, serta menanamkan nilai-nilai Islami melalui pendidikan dan teladan yang baik. Lingkungan yang Islami membantu membentuk karakter keluarga yang kuat, harmonis, dan selalu mengutamakan nilai-nilai agama dalam setiap aspek kehidupan.
Kesepuluh, Mendukung Pengembangan Diri Istri. Suami juga harus mendukung istrinya untuk berkembang, baik dalam pendidikan, karier, maupun keahlian lainnya, selama tidak bertentangan dengan syariat. Sikap ini menunjukkan penghormatan terhadap potensi istri dan meningkatkan keharmonisan.
Mendukung pengembangan diri istri adalah wujud kasih sayang suami dalam membantu istrinya mencapai potensi terbaiknya, baik dalam aspek keilmuan, keterampilan, maupun spiritual. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan contoh dengan menghormati dan mendukung Aisyah RA dalam mencari ilmu, sehingga ia menjadi salah satu perawi hadits terbesar.
Allah Ta’ala juga berfirman,
Baca Juga: Perjuangan Heroik Dr. Hussam Abu Safiya di Rumah Sakit Terakhir yang Masih Beroperasi di Gaza
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ
“Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.” (Qs. Al-Baqarah: 148). Suami dapat memberikan ruang, motivasi, dan fasilitas agar istri bisa belajar, bekerja, atau berkarya selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Dukungan ini tidak hanya meningkatkan kualitas pribadi istri tetapi juga memberi dampak positif pada keluarga secara keseluruhan.
Kesebelas, Menyelesaikan Masalah Keuangan dengan Bijak. Menyelesaikan masalah keuangan dengan bijak adalah tanggung jawab suami sebagai kepala keluarga yang harus mengelola nafkah secara adil dan transparan. Dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ ٱلْبَسْطِ
“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu, dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya, sehingga kamu menjadi tercela dan menyesal.” (Qs. Al-Isra: 29). Suami harus bersikap bijaksana dalam mengatur pengeluaran, memenuhi kebutuhan pokok keluarga, dan berdiskusi dengan istri untuk mencari solusi terbaik saat menghadapi kesulitan finansial. Dengan cara ini, masalah keuangan dapat diselesaikan tanpa memicu konflik, serta tetap menjaga keharmonisan dan kepercayaan dalam rumah tangga. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mendorong keterbukaan dalam rumah tangga agar tercipta saling percaya.
Keduabelas, Menjaga Komunikasi yang Baik. Menjaga komunikasi yang baik dalam rumah tangga sangat penting untuk memperkuat hubungan suami istri. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam selalu berkomunikasi dengan istri-istrinya dengan cara yang lembut, terbuka, dan penuh perhatian. Allah Ta’ala berfirman,
Baca Juga: Pengungsi Gaza Sambut Tahun Baru 2025 di Tengah Tenda yang Banjir
وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, ‘Hendaklah mereka berkata yang terbaik.’ (Qs. Al-Isra: 53). Suami perlu mendengarkan keluhan dan pendapat istri, serta mengungkapkan perasaannya dengan cara yang penuh kasih, tanpa menyakiti atau menyinggung perasaan. Komunikasi yang baik membangun saling pengertian, menghindari kesalahpahaman, dan menciptakan kedekatan emosional antara pasangan.
Ketigabelas, Berdoa untuk Keberkahan Rumah Tangga. Akhirnya, suami harus senantiasa berdoa untuk keharmonisan rumah tangganya. Doa adalah bentuk tawakal kepada Allah, yang menjadi sumber keberkahan dan ketenangan. Salah satu doa yang dianjurkan adalah,
رَبَّنَا اجْعَلْنَا مُقِيمِي الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءَ
“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang-orang yang mendirikan shalat, dan juga sebagian dari keturunan kami. Ya Tuhan kami, kabulkanlah doa kami.” (Qs. Ibrahim: 40).
Dengan menjalankan semua ini, suami akan menjadi teladan yang baik, sekaligus menjaga keharmonisan rumah tangga dalam naungan ridha Allah Ta’ala, wallahua’lam.[]
Baca Juga: Tragedi Kematian Bayi-Bayi di Gaza akibat Kedinginan, Potret Krisis Kemanusiaan yang Mendalam
Mi’raj News Agency (MINA)