Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

15 Kesalahan Umum Muslimah dalam Berpakaian

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 41 detik yang lalu

41 detik yang lalu

2 Views

Muslimah berhijab di Masjid Nabawi Madinah. (Al Madinah)

SETIAP muslimah adalah permata berharga dalam Islam, yang dijaga dan dimuliakan oleh syariat. Pakaian bukan sekadar penutup tubuh, tetapi cerminan iman dan kemuliaan hati. Di tengah arus mode yang menggoda, mari kita kembali merenungi hakikat berpakaian sebagai bentuk ketaatan dan penghormatan terhadap diri sendiri. Semoga setiap helai kain yang kita kenakan menjadi saksi cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Berikut adalah 15 kesalahan umum muslimah dalam berpakaian.

Pertama, Tidak Menutup Aurat Secara Sempurna. Banyak muslimah berpakaian dengan menutup sebagian besar tubuh, namun masih menyisakan bagian aurat yang terbuka seperti lengan, kaki, atau leher. Dalam Islam, aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan menurut jumhur ulama. Firman Allah dalam Qs. An-Nur ayat 31 menegaskan, “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya…” yang menunjukkan pentingnya menutup dada dan seluruh tubuh secara sempurna.

Kedua, Pakaian Ketat yang Membentuk Tubuh. Kesalahan berikutnya adalah mengenakan pakaian yang ketat, meskipun panjang. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dua golongan dari penghuni neraka yang belum pernah aku lihat… wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang…” (HR. Muslim). Hadis ini menjelaskan bahwa pakaian yang menampakkan lekuk tubuh sama halnya seperti tidak berpakaian. Dari segi ilmiah, pakaian ketat juga dapat membahayakan kesehatan reproduksi wanita.

Ketiga, Kain Tipis yang Transparan. Sebagian muslimah mengenakan pakaian dari bahan tipis yang memperlihatkan kulit atau pakaian dalam. Padahal, pakaian muslimah harus sitr (menutupi) dan tidak transparan. Dalam hadis disebutkan, “Wanita yang berpakaian tapi telanjang, condong kepada maksiat dan menggoda…” (HR. Muslim). Transparansi pakaian menggugurkan fungsi hijab sebagai pelindung kehormatan wanita.

Baca Juga: Dahsyatnya Peran Seorang Wanita Dalam Keluarga

Keempat, Berhias dan Tabarruj dalam Berpakaian. Tabarruj adalah berpakaian untuk menarik perhatian laki-laki non-mahram, seperti mengenakan pakaian warna mencolok, berkilau, atau penuh aksesoris. Allah memperingatkan dalam Qs. Al-Ahzab: 33, “Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah dahulu.” Secara psikologis, tabarruj mengarah pada pencarian validasi dari lawan jenis, yang bertentangan dengan prinsip kesucian dalam Islam.

Kelima, Mengikuti Mode yang Bertentangan dengan Syariat. Tren busana modern banyak yang bertentangan dengan syariat, seperti crop top, celana ketat, atau baju berbelahan tinggi. Dalam Qs. Al-Baqarah: 120 Allah berfirman, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka.” Secara sosial, mengikuti tren tanpa filter syari menjerumuskan muslimah dalam budaya konsumtif dan eksposur aurat.

Keenam, Tidak Mengenakan Jilbab atau Kerudung yang Syar’i. Sebagian wanita mengenakan kerudung yang hanya menutupi sebagian kepala, dengan bagian leher dan dada terbuka. Padahal jilbab dalam Qs. Al-Ahzab: 59 harus menjulur ke seluruh tubuh dan tidak menampakkan bentuk dada. Secara simbolik, jilbab adalah identitas kehormatan dan kemuliaan wanita muslimah.

Ketujuh, Menggunakan Parfum di Luar Rumah. Wanita yang memakai parfum di luar rumah termasuk dalam peringatan keras Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Wanita yang memakai wangi-wangian lalu keluar, maka ia seperti pezina.” (HR. Abu Dawud). Parfum dapat membangkitkan syahwat laki-laki dan menjadi bentuk tabarruj yang samar. Ilmu psikologi modern menunjukkan pengaruh besar aroma terhadap ketertarikan seksual.

Baca Juga: 10 Tips Menjadi Muslimah yang Dicintai Allah dan Rasul-Nya

Kedelapan, Memakai Pakaian Menyerupai Laki-Laki. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat wanita yang menyerupai laki-laki dalam berpakaian (HR. Abu Dawud). Gaya busana maskulin seperti celana jeans ketat, jaket pria, atau sepatu boot berat telah melunturkan fitrah keperempuanan. Dari perspektif gender dalam Islam, perbedaan penampilan mencerminkan tugas dan kedudukan masing-masing jenis kelamin.

Kesembilan, Pakaian yang Menyerupai Wanita Non-Muslim atau Fasiq. Imitasi terhadap gaya hidup dan penampilan wanita kafir atau fasiq termasuk tasyabbuh yang dilarang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk dari mereka.” (HR. Abu Dawud). Secara sosiologis, budaya busana barat sering dikaitkan dengan kebebasan tanpa batas dan merusak batasan moral Islam.

Kesepuluh, Tidak Menyesuaikan Pakaian dengan Tempat dan Waktu. Islam sangat memperhatikan adab dalam berpakaian, termasuk sesuai situasi dan tempat. Contohnya, mengenakan pakaian pesta ke masjid, atau pakaian rumah ke pasar. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sangat menjaga penampilan yang sopan dan proporsional, sebagaimana dicontohkan dalam banyak riwayat. Kesesuaian ini menunjukkan kedewasaan dan adab seorang muslimah.

Kesebelas, Tidak Mengutamakan Kebersihan dan Kerapian Pakaian. Kebersihan adalah bagian dari iman. Sebagian muslimah lalai dalam menjaga kebersihan pakaian, termasuk dari najis, bau tak sedap, atau robekan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sangat memperhatikan kebersihan pakaian sebagai bagian dari dakwah visual Islam. Secara ilmiah, kebersihan pakaian mencegah penyakit kulit dan infeksi bakteri.

Baca Juga: Rahasia Muslimah Sukses dalam Mengelola Waktu

Keduabelas, Mengenakan Pakaian Bermerek untuk Pamer. Memakai pakaian mahal dan bermerek untuk pamer termasuk dalam kategori riya dan israf. Allah melarang berlebih-lebihan dalam berpakaian, sebagaimana Qs. Al-A’raf: 31, “Makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan.” Pamer dalam berpakaian dapat menimbulkan iri, dengki, dan ketimpangan sosial.

Ketigabelas, Pakaian Berisi Simbol atau Tulisan yang Tidak Islami. Banyak muslimah mengenakan kaus bertuliskan kata-kata asing, simbol liberal, atau gambar makhluk bernyawa tanpa sadar. Ini bertentangan dengan prinsip thayyib dan barakah dalam berpakaian. Syariat melarang gambar makhluk bernyawa, dan simbol asing bisa membawa ideologi yang merusak aqidah.

Keempatbelas, Merasa Malu atau Minder Berpakaian Syar’i. Sebagian muslimah merasa rendah diri ketika mengenakan pakaian syar’i di lingkungan sekuler. Ini adalah bentuk kelemahan iman dan identitas. Allah berfirman dalam Qs. At-Taubah:33 bahwa Islam adalah agama yang tinggi dan tidak akan direndahkan. Berpakaian syar’i adalah bentuk keberanian menjaga kehormatan dan dakwah yang paling tampak.

Kelimabelas, Tidak Menanamkan Niat Berpakaian untuk Ibadah. Berpakaian dalam Islam bukan sekadar estetika, tapi ibadah. Kesalahan fatal terjadi ketika niat berpakaian hanya untuk tren, pujian, atau kompetisi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya…” (HR. Bukhari-Muslim). Menanamkan niat karena Allah menjadikan aktivitas berpakaian bernilai pahala dan menjaga dari kemaksiatan.

Baca Juga: Menjadi Muslimah Hebat: Dari Rumah Menuju Surga

Wahai saudariku, dunia ini hanyalah tempat singgah, dan pakaian yang kita kenakan akan ditanya kelak di hadapan Rabb kita. Jangan biarkan gaya menenggelamkan iman, atau tren menodai kehormatan. Jadikan setiap langkah dan pilihan sebagai bentuk ibadah yang mendekatkan diri kepada surga. Semoga Allah senantiasa menjaga hati dan pakaian kita agar tetap dalam lindungan syariat dan ridha-Nya.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Muslimah Produktif: Antara Ibadah dan Karya Nyata

Rekomendasi untuk Anda

Khadijah
Khadijah
Khadijah
Khadijah
Kolom