Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

173 Santri Tahfiz Quran Indonesia Belajar di Beberapa Kota Turki

Rana Setiawan - Sabtu, 6 Agustus 2016 - 20:31 WIB

Sabtu, 6 Agustus 2016 - 20:31 WIB

868 Views

Tim Kemenag dan Santri Indonesia foto bersama di halaman Gedung Pesantren Sulaimaniyah Istambul. (Syafrizal/Kemenag)

Istanbul, 3 Dzulqo’dah 1437/6 Agustus 2016 (MINA) – Sebanyak 173 santri penghafal (tahfizh) Al-Quran Indonesia telah diberangkatkan ke Istanbul, Turki untuk melanjutkan pendidikan di Pesantren Sulaimaniyah.

Kepala Biro Umum Setjen Kemenag Syafrizal menjelaskan, para santri nantinya tidak hanya ditempatkan di Pesantren Pusat Sulaimaniyah di Umraniye Istanbul, tapi juga di beberapa cabang Sulaimaniyah yang tersebar di beberapa kota di Turki.

Santri Indonesia dibagi ke beberapa kota besar di Turki, seperti Istanbul, Bursa, Izmir, Samsun, dan Ankara. Ustaz-ustaz Sulaimaniyah telah menjemput santri Indonesia di Pesantren Sulaimaniyah Pusat, demikian keterangan Syarizal melalui pesan singkat kepada Pinmas, Sabtu (6/8), yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Menurutnya, tim Kementerian Agama telah melakukan pertemuan dengan pihak yayasan dan jajaran pengajar di Pesantren Pusat Sulaimaniyah, Umraniye Istanbul, pada hari Jumat. Selain silaturahim, pertemuan itu juga dalam rangka penempatan para santri di pondok-pondok Sulaimaniyah yang tersebar di beberapa wilayahTurki.

Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru

Dalam kesempatan itu, lanjut Syafrizal, Ketua Yayasan Sulaimaniyah Turki Ahmet Arif Denizolgun mengibaratkan para santri dari Indonesia sebagai kaum Muhajirin, sedangkan pimpinan dan warga santri Sulaimaniah sebagai Anshar yang berkewajiban melayani dan mensukseskan pendidikan mereka.

Untuk itu, Ahmet menyambut baik kehadiran para santri dan bahkan berharap agar jumlah santri dari Indonesia yang menuntut ilmu di Pesantren Sulemaniah Turki terus meningkat. “Santri dibiayai oleh para donatur Sulaimaniah melalui IFA (International Fraternity Asosiation) atau yayasan persaudaraan Internasional,” tuturnya

Yayasan Pesantren Sulaimaniyah Tukri menyelenggarakan layanan pendidikan formal dan nonformal. Khusus untuk pesantren, pola pendidikannya berupa Dirasah Islamiyah dengan faham keagamaan Ahlulsunah wal Jamaah.

Santri Indonesia akan belajar selama dua tahun di Turki, setingkat SLTA. Tamat dari Sulaimaniyah, mereka bisa masuk Perguruan tinggi, baik di Turki maupun Indonesia, terang sosok yang saat ini juga dipercaya oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin sebagai Pgs. Kepala Pusat Informasi dan Humas (Pinmas).

Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia

Syafrizal mengaku terkesan dengan pengelolaan pendidikan di Sulaimaniyah. Menurutnya, tenaga pengajarnya sangat ramah, dan fasilitasnya juga sangat baik. Bangunan Ponpes Ulu Jami Sulaimaniah di Istambul berupa gedung tingkat 7 dengan sarana prasarana yang setara dengan hotel bintang tiga.

Hari ini, Sabtu (6/8), lanjut Syafrizal, tim Kementerian Agama menuju Kota Bursa untuk meninjau salah satu cabang pesantren Sulaimaniah yang juga menjadi tempat santri Indonesia.

“Kota Bursa kurang lebih berjarak 3 jam perjalanan darat dari Kota Istambul. Kami mengecek fasilitas pesantren Sulemaniah Cabang Bursa yang terletak sekitar 130 km dari Istambul karena ada 9 orang sntri kita di sana,” jelasnya.

Syarizal menambahkan bahwa pengiriman santri penghafal Al-Quran dari Indonesia ke Sulaimaniyah sudah berlangsung sejak tahun 2011. Saat itu, santri yang dikirim hanya 18 orang. Setelah itu, jumlah santri yang dikirim setiap tahun terus meningkat, yaitu: 30 orang (2012), 46 orang (2013), 70 orang (2014), dan 100 orang (2015). Tahun ini, sebanyak 173 santri telah dikirim untuk belajar di Ponpes Sulaimaniyah Turki. (T/R05/P4)

Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Indonesia
MINA Health
Asia
MINA Millenia
Khadijah