Kuala Lumpur, MINA – Lebih dari 20.000 orang, sebagian besar berusia di bawah 18 tahun, hilang di Malaysia selama dekade terakhir, menurut statistik kepolisian.
Hampir 60% dari total orang hilang adalah perempuan, menimbulkan kekhawatiran serius tentang keselamatan pemuda negara ini.
“Sebanyak 21.722 orang dilaporkan hilang di seluruh negeri dari tahun 2014 hingga 2024. Dari jumlah tersebut, 13.969, atau 64,3%, berusia di bawah 18 tahun. Mayoritas yang hilang adalah perempuan (12.882),” kata Wakil Direktur Departemen Investigasi Kriminal (CID) Bukit Aman, Wakil Komisaris Datuk Fadil Marsus kepada The Star.
Fadil mengatakan, yang lebih mengkhawatirkan, di antara mereka yang berusia di bawah 18 tahun, kelompok terbesar orang hilang selama periode ini adalah kategori usia 13 hingga 15 tahun, yang jumlahnya mencapai 7.426 anak.
Baca Juga: Usai Gempa, Pemerintah Myanmar Tetapkan Status Darurat di 6 Wilayah
“Kelompok usia 16-17 tahun menempati urutan kedua (5.561); diikuti kelompok usia 7-12 tahun (785); dan kelompok usia di bawah tujuh tahun (197),” kata DCP Fadil.
Pada kategori usia 18 tahun ke atas, jumlah orang hilang tertinggi terdapat pada kelompok usia 21-25 tahun (1.219); diikuti oleh kelompok usia 18-20 tahun (1.195); dan kelompok usia 61 tahun ke atas (1.015).
Menurut polisi, negara bagian dengan kasus anak hilang terbanyak yang dilaporkan dalam 10 tahun terakhir adalah Selangor (2.101); diikuti oleh Johor (1.952); dan Kedah (1.493).
Namun, ada kabar baik, Fadil mengatakan bahwa 98% kasus yang melibatkan individu di bawah 18 tahun telah diselesaikan.
Baca Juga: Gempa Dahsyat Terjadi di Myanmar, Getarannya Hingga Negara Tetangga
“Dari 13.779 kasus, 13.726 ditemukan hidup dan sisanya meninggal dunia. Untuk yang berusia 18 tahun ke atas, sebanyak 6.653 kasus atau 85,8% telah terselesaikan, dengan 6.025 orang (90,6%) ditemukan hidup,” imbuhnya.
Ia mengatakan alasan anak-anak hilang antara lain melarikan diri dari rumah untuk mencari kebebasan, masalah keluarga, kecelakaan, atau menjadi korban kejahatan.
“Kesalahpahaman antara anggota keluarga telah diidentifikasi sebagai salah satu faktor utama yang menyebabkan individu melarikan diri. Faktor-faktor lainnya termasuk melarikan diri dari pemberi pinjaman uang, masalah kesehatan mental, dan kecelakaan,” kata Fadil.
Fadil juga menunjukkan bahwa solusi teknologi, seperti kampanye kesadaran media sosial, aplikasi pelacakan, dan sistem peringatan darurat, adalah beberapa cara untuk menangani kasus orang hilang di negara ini.
Baca Juga: Amnesty International Desak Pakistan Akhiri Penyiksaan dan Pengusiran Pengungsi Afghanistan
“Menyediakan program konseling, rehabilitasi, dan reintegrasi bagi individu yang berisiko juga penting,” pungkasnya.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Korsel Hadapi Kebakaran Hutan Terburuk dalam Sejarah