NABI Adam alaihi salam adalah manusia pertama dan bapak seluruh umat manusia. Dari beliau, sejarah kehidupan manusia bermula. Kehidupan yang kita jalani saat ini adalah kelanjutan dari perjalanan panjang yang dimulainya.
Sebagai manusia pertama yang diutus Allah Ta’ala di muka bumi, kisah Nabi Adam alaihi salam bukan sekadar cerita sejarah, tetapi juga sarat dengan hikmah untuk kehidupan umat manusia di setiap zaman.
Sebagai bapaknya manusia, Nabi Adam alaihi salam mewariskan kepada kita pelajaran berharga yang tak lekang oleh tempat dan masa. Warisan ini bukan berupa harta, tahta, atau peninggalan fisik berupa harta benda, tetapi nilai-nilai yang membentuk jati diri manusia.
Memahami dan menjalankan warisan Nabi Adam alaihi salam menjadi kunci bagi kita agar tetap berada di jalan yang benar, sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya, serta mampu menghadapi berbagai tantangan hidup yang terus berkembang.
Baca Juga: Kaljasadil Wahid Katanya, Atau Hanya Omdo?
Mengapa kita perlu mengetahui warisan Nabi Adam alaihi salam? Karena beliau adalah manusia pertama yang diuji langsung oleh Allah Ta’ala dan diberi bimbingan wahyu secara langsung agar selamat dari berbagai ujian. Kehidupan beliau memuat pola-pola yang akan terus berulang dalam kehidupan anak cucunya.
Dengan memahami pelajaran dari Nabi Adam alaihi salam, kita dapat menghindari kesalahan yang pernah terjadi, memperbaiki diri, dan mempersiapkan diri menghadapi berbagai ujian dalam kehidupan dunia ini. Warisan Nabi Adam alaihi salam adalah fondasi spiritual yang akan menjaga umat manusia dari berbagai penyelewengan dan penyimpangan agama.
Dengan memahami dan mengamalkan warisan ini, kita akan menemukan pijakan yang kokoh, sehingga tidak mudah tergelincir oleh godaan hawa nafsu maupun tipu daya setan yang sejak awal menjadi musuh manusia.
Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an,
Baca Juga: 12 Efek Buruk Drakor bagi Akidah Generasi Muslim
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً،… (البقرة [٢]: ٣٠)
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 30)
Ayat ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia di bumi memiliki misi besar. Nabi Adam alaihi salam sebagai manusia pertama diutus dengan amanah sebagai khalifah. Maka warisan yang beliau tinggalkan adalah untuk seluruh umat manusia keturunannya yang memikul tanggung jawab yang sama.
Dari berbagai pelajaran dalam kehidupan Nabi Adam, terdapat tiga warisan utama yang sangat relevan bagi kehidupan kita hingga hari ini: taubat, masjid dan perjuangan membebaskan Baitul Maqdis, serta keteguhan menghadapi ujian hidup.
Pertama, Taubat, Jalan Kembali kepada Allah
Baca Juga: Serangan Drone Menghajar, Global Sumud Flotilla Tetap Berlayar
Salah satu pelajaran terbesar dari Nabi Adam alaihi salam adalah taubat. Ketika beliau melakukan kesalahan dengan mendekati pohon terlarang, Allah Ta’ala tidak langsung menghukumnya dengan kebinasaan, tetapi memberinya kesempatan untuk bertaubat.
Nabi Adam alaihi salam pun menerima kalimat-kalimat dari Allah Ta’ala dan memohon ampunan dengan penuh kerendahan hati. Allah Ta’ala berfirman,
فَتَلَقَّى آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (البقرة [٢]: ٣٧)
“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sungguh, Dia Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 37)
Imam Ibn Katsir menjelaskan dalam tafsirnya bahwa ayat ini menunjukkan pentingnya bertaubat segera setelah melakukan kesalahan. Nabi Adam alaihi salam menjadi teladan dalam hal ini, karena beliau tidak membiarkan dirinya terjerumus lebih jauh, tetapi segera kembali kepada Allah Ta’ala dengan penuh penyesalan dan perbaikan diri.
Baca Juga: Pembelaan Sultan Abdul Hamid II terhadap Palestina
Warisan taubat ini sangat penting bagi umat manusia. Dalam kehidupan modern yang penuh godaan dan dosa, manusia sering kali terjatuh. Melalui taubat, setiap manusia diberi kesempatan untuk memulai lembaran baru. Tanpa warisan taubat ini, manusia akan hidup dalam keputusasaan dan merasa tidak ada jalan kembali kepada Allah Ta’ala.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda,
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ (رواه الترمذى)
“Setiap anak Adam pasti pernah berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang bertaubat.” (HR. At-Tirmidzi)
Kita pun diajarkan doa taubat oleh Allah, sebagaimana diucapkan Nabi Adam Alaihis Salam, yang diabadikan dalam Al-Quran:
Baca Juga: Sam’i wa Thaat: Kultur Mulia dalam Kehidupan Al-Jama’ah
رَبَّنَا ظَلَمْنَآ اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ (الاعراف [٧]: ٢٣)
Keduanya (Adam dan Hawa) berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak merahmati kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” (Q.S. Al-A’raf [7]: 23).
Kedua, Masjidil Haram, Masjidil Aqsa, dan Perjuangan Membebaskannya
Warisan kedua yang ditinggalkan Nabi Adam alaihi salam adalah pentingnya masjid. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan, Rasulullah SAW bersabda,
Baca Juga: Menemukan Makna Hidup di Usia Senja
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ مَسْجِدٍ وُضِعَ فِي الْأَرْضِ أَوَّلُ؟ قَالَ: الْمَسْجِدُ الْحَرَامُ، قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: الْمَسْجِدُ الأَقْصَى، قُلْتُ: كَمْ بَيْنَهُمَا؟ قَالَ: أَرْبَعُونَ سَنَةً (متفق عليه)
“Dari Abu Dzar ia berkata: Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, masjid mana yang pertama kali dibangun di muka bumi?’ Beliau bersabda, ‘Masjidil Haram.’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian yang mana?’ Beliau bersabda, ‘Masjidil Aqsa.’ Aku bertanya, ‘Berapa lama jarak antara keduanya?’ Beliau bersabda, ‘Empat puluh tahun.'” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadits di atas menunjukkan bahwa sejak awal sejarah manusia, rumah ibadah memiliki kedudukan yang sangat penting. Masjid menjadi pusat spiritual, tempat sujud kepada Allah Ta’ala, dan pusat pembinaan umat.
Rasulullah SAW juga menekankan pentingnya membebaskan Masjidil Aqsa dari penjajahan dan penindasan. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, beliau bersabda:
“Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang berjuang di atas kebenaran, mereka menang atas musuh-musuh mereka, dan tidak membahayakan mereka orang yang menyelisihi mereka, hingga datang ketentuan Allah.” Para sahabat bertanya, “Di mana mereka itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Di sekitar Baitul Maqdis dan di sekitar Baitul Maqdis.” (HR Ahmad)
Ibnu Taimiyyah menjelaskan, hadits di atas adalah dorongan bagi umat Islam untuk selalu peduli dengan kondisi Baitul Maqdis dan tidak tinggal diam ketika masjid ini berada dalam cengkeraman penjajah. Perjuangan membebaskan Baitul Maqdis bukan sekadar masalah politik, tetapi bagian dari warisan spiritual sejak Nabi Adam alaihi salam dan para nabi setelahnya.
Baca Juga: Black Agenda Drakor: Misi Tersembunyi di Balik Layar
Warisan ini mengingatkan kita bahwa masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat peradaban dan simbol kedaulatan umat Islam. Dengan memahami hal ini, setiap muslim di mana pun berada harus memiliki kepedulian terhadap Masjidil Aqsa dan Palestina, serta berjuang sesuai kapasitasnya untuk membebaskannya dari segala bentuk penjajahan.
Ketiga, Keteguhan Menghadapi Ujian Hidup
Warisan ketiga dari Nabi Adam alaihi salam adalah pelajaran tentang ujian hidup. Sejak awal penciptaannya, manusia diuji dengan berbagai bentuk cobaan. Nabi Adam alaihi salam diuji dengan godaan setan di surga, kemudian diturunkan ke bumi sebagai tempat ujian. Dari sinilah sejarah panjang umat manusia dimulai.
Allah Ta’ala berfirman,
Baca Juga: Jejak Awal Kelahiran Drakor, Industri Hiburan atau Propaganda?
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمْوَالِ وَالأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (البقرة [٢]: ١٥٥)
“Dan sungguh, Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 155)
Rasulullah SAW bersabda,
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ، وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ (رواه الترمذى)
“Sesungguhnya besarnya pahala sebanding dengan besarnya ujian. Dan sesungguhnya Allah, jika mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka.” (HR. Tirmidzi)
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa ujian hidup adalah sarana Allah Ta’ala untuk membersihkan hati manusia dan meningkatkan derajat mereka di sisi-Nya. Tanpa ujian, manusia akan terjebak dalam kesombongan dan lupa pada tujuan hidup yang sebenarnya.
Baca Juga: Khutbah Gerhana Bulan: Memperkuat Kesatuan Umat dan Bangsa, serta Doakan Palestina
Ujian dari Allah Ta’ala itu sebenarnya mengajarkan bahwa kehidupan bukanlah tempat bersenang-senang semata. Keteguhan dalam menghadapi ujian menjadi kunci untuk meraih kebahagiaan sejati.
Setiap kesulitan yang dihadapi manusia adalah bagian dari rencana Allah Ta’ala untuk menguatkan jiwa dan menyiapkan manusia menuju kehidupan abadi di akhirat.
Hari ini, ketika kita menyaksikan penderitaan umat Islam di berbagai belahan dunia, khususnya di Palestina, hati kita seakan teriris melihat darah yang tertumpah, tangisan anak-anak yang kehilangan orang tua, dan rumah-rumah yang hancur lebur akibat penjajahan dan penindasan.
Kezaliman itu bukan hanya masalah satu bangsa, tetapi masalah seluruh umat Islam, karena Rasulullah SAW mengajarkan bahwa umat ini bagaikan satu tubuh: jika satu bagian sakit, seluruh tubuh merasakan perih dan gelisah.
Baca Juga: Tata Cara Shalat Gerhana
Maka, penderitaan saudara-saudara kita adalah panggilan iman bagi kita semua untuk peduli, bersatu, dan berjuang sesuai kemampuan masing-masing, baik dengan doa, dukungan materi, maupun peran nyata dalam membela mereka.
Saat seperti inilah warisan Nabi Adam alaihi salam berupa keteguhan, taubat, dan semangat menjaga rumah Allah Ta’ala, termasuk Masjidil Aqsa, benar-benar diuji dalam diri kita, apakah kita hanya menjadi penonton yang diam atau menjadi bagian dari umat yang bergerak membela kebenaran.
Dengan menjaga ketiga warisan di atas, kita tidak hanya menguatkan diri sendiri, tetapi juga berkontribusi dalam mewujudkan dunia yang penuh keadilan, kedamaian, dan keberkahan.
Tiga warisan ini: taubat, masjid dan perjuangan, serta keteguhan dalam ujian adalah fondasi yang diwariskan Nabi Adam alaihi salam kepada seluruh keturunannya. Di tengah dunia modern yang penuh fitnah dan ujian, warisan ini menjadi cahaya penuntun agar manusia tidak tersesat dalam kegelapan. []
Mi’raj News Agency (MINA)