Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hutan di Aceh Berkurang 15.140 Hektar Sepanjang 2019

Rana Setiawan - Sabtu, 29 Februari 2020 - 05:11 WIB

Sabtu, 29 Februari 2020 - 05:11 WIB

8 Views

Aceh Timur, MINA – Hutan di Provinsi Aceh berkurang 15.140 hektar sepanjang tahun 2019 setelah tahun sebelumnya kehilangan 15.071 hektar.

Penyusutan tertinggi terjadi di Kabupaten Aceh Tengah, kemudian disusul Aceh Utara dan di posisi ke tiga Aceh Timur.

Hal tersebut disampaikan oleh Manager Geografis Informasi Sistem (GIS) Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) Agung Dwi Nurcahya saat berbicara pada Forum Diskusi Jurnalis Konservasi di Kantor Sekretariat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Aceh Timur di Idi, Jumat (28/2)

Menurut Agung, penyusutan hutan akibat dari pembukaan lahan, penebangan liar dan pembangunan jalan.

Baca Juga: Mendikti Sampaikan Tiga Arah Kebijakan Pendidikan Tinggi Indonesia

Deforestasi tertinggi terjadi di Kabupaten Aceh Tengah mencapai 1.924 hektar. Lalu disusul Kabupaten Aceh Utara mencapai 1.851 hektar, posisi ketiga diduduki Aceh Timur, dan Gayo Lues serta Bener Meriah menempati posisi keempat dan kelima.

“Jika dibagi dari total penyusutan hutan dari tahun ke tahun, maka deforestasi di Aceh mencapai 14 hektar per hari,” ujarnya.

Luas tutupan hutan tahun 2017 masih di angka 3,19 juta hektar. Akibat deforestasi disejumlah titik, maka saat ini luas tutupan hutan di Propinsi Aceh tersisa 2,9 juta hektar.

Data penyusutan hutan disurvey dari berbagai sumber seperti citra satelit dan pengecekan lapangan.

Baca Juga: Kedutaan Besar Sudan Sediakan Pengajar Bahasa Arab untuk Pondok Pesantren

“Setelah mendapat data satelit, kita lalu cocokkan dengan hasil pengecekan ranger di lapangan,” katanya.

Meskipun penyusutan hutan di Aceh menurun setiap tahunnya, tetapi luas kerusakan hutan masih tetap tinggi.

“Kita berharap deforestasi tidak lagi terjadi, karena kerusakan hutan atau alam akan menjadi potensi bencana alam seperti longsor dan banjir,” ujarnya.

Ketua PWI Aceh Timur, Musyawir, mengatakan, forum diskusi konservasi tersebut merupakan diskusi konservasi kedua yang dilaksanakan PWI bekerjasama dengan HAKA dan Forum Konservasi Leuser (FKL).

Baca Juga: Konferensi Internasional Muslimah Angkat Peran Perempuan dalam Pembangunan Berkelanjutan

“Kami berharap diskusi lingkungan ini agenda rutin HAKA dan FKL bersama PWI Aceh Timur, minimal empat bulan sekali, sehingga teman-teman jurnalis mengetahui perkembangan hutan di Aceh,” ujarnya.(L/B07/R1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Tingkatkan Literasi Al-Aqsa, AWG Gelar Sosialisasi di PPTQ Khadijah Pesawaran Lampung

Rekomendasi untuk Anda

MINA Millenia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia