DI TENGAH langit biru Yordania yang menyimpan duka Palestina, dua pesawat Super Hercules TNI Angkatan Udara kembali mengudara dengan misi yang tak biasa. Bukan untuk perang, bukan untuk kekuasaan, melainkan untuk menebar harapan. Sebanyak 68 bundle bantuan diturunkan melalui metode airdrop, menjatuhkan bukan hanya logistik, tetapi juga cinta dari bangsa Indonesia untuk rakyat Gaza.
Misi itu berlangsung pada Selasa (19/8). Pukul 10.30 waktu setempat, deru mesin pesawat pecah di udara, membawa beban yang lebih berat dari sekadar tonase: harapan akan kehidupan yang lebih layak bagi rakyat Palestina. Setelah dua jam melintasi jalur penerbangan penuh risiko, kedua pesawat itu berhasil kembali dengan selamat.
Kolonel Pnb Puguh Yulianto, Komandan Satgas Garuda Merah Putih II, menegaskan bahwa hingga hari ketiga misi ini, total bantuan yang berhasil disalurkan mencapai 39,2 ton. “Hari ini kita menerbangkan dua pesawat dengan berat masing-masing 11,3 ton. Sehingga total sampai dengan hari ini kita bisa menyalurkan 39,2 ton,” ungkapnya penuh syukur.
Bagi Puguh dan seluruh prajurit, misi ini bukan sekadar angka. Setiap paket yang dijatuhkan adalah doa, adalah amanah rakyat Indonesia yang peduli pada penderitaan saudaranya di Gaza. Ia menambahkan, semua personel dalam keadaan sehat dan tetap semangat untuk melanjutkan misi. Targetnya jelas: 80 ton bantuan harus tiba.
Baca Juga: Dari Kijang Inova hingga Kopi yang Mengubah Hidup
Metode airdrop dipilih karena jalur darat menuju Gaza hampir mustahil ditembus akibat blokade Israel. Inilah satu-satunya cara agar bantuan bisa langsung menyentuh tanah Gaza yang kini penuh luka. PBB sendiri menyebut Gaza sebagai salah satu wilayah dengan kondisi kemanusiaan terburuk di dunia, dengan lebih dari dua juta penduduk hidup dalam kepungan.
Di balik angka tonase, ada kisah getir rakyat Gaza. Sejak agresi militer terbaru Israel, ribuan warga sipil meninggal dunia. Rumah-rumah hancur, rumah sakit penuh sesak, sementara air bersih dan makanan menjadi barang langka. Di antara reruntuhan, anak-anak masih mencari secercah harapan. Dan bagi mereka, paket berisi makanan, obat-obatan, atau tenda darurat dari Indonesia adalah tanda bahwa dunia belum sepenuhnya membisu.
Fakta menarik, sejak tahap pertama, Indonesia sudah mengirimkan puluhan ton bantuan untuk Gaza. Tak hanya melalui jalur udara, tetapi juga via diplomasi. Indonesia aktif dalam forum PBB, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), hingga G20 untuk menegaskan bahwa kemerdekaan Palestina adalah harga mati. Sikap ini membuat Indonesia konsisten menjadi salah satu negara paling vokal membela Palestina di kancah internasional.
Bantuan yang dikirim bukan sembarangan. Dalam paket airdrop itu terdapat bahan pangan pokok, obat-obatan esensial, perlengkapan medis, hingga tenda darurat. Semua dirancang agar bisa langsung digunakan oleh warga Gaza yang kehilangan tempat tinggal dan kebutuhan dasar.
Baca Juga: Santri AGA Nurul Bayan Kibarkan Merah Putih dan Palestina di Puncak Cakra
Di balik layar, ratusan personel TNI dan relawan bekerja tanpa lelah mempersiapkan setiap paket. Mulai dari pengemasan hingga penghitungan bobot, semua dilakukan dengan presisi tinggi. Kesalahan sekecil apa pun bisa berakibat fatal, baik bagi penerbangan maupun bagi distribusi di Gaza.
Meski penuh risiko, semangat solidaritas tak pernah surut. Puguh menegaskan, “Besok pun kita akan lakukan hal yang sama. Dua pesawat, dengan bobot serupa, dan sekitar 68 bundle. Ini akan terus berjalan hingga target tercapai.” Baginya, misi ini adalah bagian dari ibadah, bukan sekadar tugas militer.
Sejarah panjang dukungan Indonesia untuk Palestina juga menjadi latar belakang misi ini. Sejak era Presiden Soekarno, Indonesia tegas menolak pengakuan Israel. Dukungan itu berlanjut hingga kini, tidak hanya berupa pernyataan politik, tetapi juga aksi nyata seperti bantuan kemanusiaan yang terus mengalir.
Tak banyak negara di dunia yang mau mengambil risiko besar seperti Indonesia. Mengirim pesawat militer ke zona konflik bukanlah hal mudah. Namun, di mata rakyat Indonesia, risiko itu sebanding dengan nilai persaudaraan dan kemanusiaan yang dipegang teguh.
Baca Juga: Sejarah, Islam dan Budaya Masyarakat Kazakhstan: Abai sebagai Inspirasi Bangsa
Rakyat Palestina pun menyambut hangat setiap bantuan yang tiba. Meski tak bisa berteriak lantang di forum dunia, mereka merasakan bahwa di ujung lain bumi ini, ada bangsa yang peduli. Setiap paket yang jatuh dari langit menjadi simbol kasih sayang yang menembus sekat politik dan militer.
Misi Garuda Merah Putih II ini menjadi cermin dari sebuah pesan penting: bahwa kemanusiaan tak boleh dikalahkan oleh tirani. Bahwa meski jarak ribuan kilometer memisahkan Indonesia dan Gaza, hati tetap terpaut erat oleh nilai kemanusiaan universal.
Kini, angka 39,2 ton itu bukan sekadar statistik. Ia adalah bukti nyata solidaritas bangsa Indonesia. Dan perjalanan belum selesai—masih ada puluhan ton harapan lain yang siap dijatuhkan dari langit, membawa pesan sederhana namun kuat: “Kami bersama kalian, Palestina.”[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Selat Hormuz: Urat Nadi Energi Dunia dari Jantung Teluk Persia
Baca Juga: [POPULER MINA] Perang Iran-Israel Memanas dan Masjid Al-Aqsa di Tutup