Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

4 Pulau Nyaris Hilang, 40 Pemuda Dayah Bangun Masjid dan Website di Wilayah Strategis Aceh

Rudi Hendrik Editor : Widi Kusnadi - 56 detik yang lalu

56 detik yang lalu

0 Views

Sebanyak 40 pemuda Aceh mengikuti Diklat Teknis Website dan Media Sosial pada 16–20 Juni 2025 di Balai Diklat Kementerian Agama Aceh, Kampus UIN Ar-Raniry, Banda Aceh. (Foto: MINA)

Banda Aceh, MINA – Sebanyak 40 pemuda Aceh yang terdiri dari pengurus masjid dan perwakilan Dayah mengikuti Diklat Teknis Website dan Media Sosial.

Pelatihan yang diselenggarakan pada 16–20 Juni 2025 itu bertempat di Balai Diklat Kementerian Agama Aceh, Kampus UIN Ar-Raniry, Banda Aceh.

Pelatihan tersebut menghadirkan narasumber dari Masyarakat Informasi Teknologi (MIT) Aceh, antara lain praktisi IT senior Teuku Farhan, S.Kom, ACA, GCP-CDL, serta pakar literasi digital dan akademisi Dr. Nazaruddin Musa, M.LIS.

Salah satu program unggulan dalam diklat ini adalah simulasi pembangunan masjid dan pengembangan website resmi masjid di empat pulau strategis Aceh: Pulau Lipan, Pulau Mangkir Ketek, Pulau Mangkir Besar, dan Pulau Panjang, wilayah yang sebelumnya sempat dipertanyakan statusnya. Mamun, kini telah kembali berada dalam otoritas kepangkuan Provinsi Aceh.

Baca Juga: Gus Yahya kepada Dubes Iran: NU Komitmen Perjuangkan Nilai-nilai Kemanusiaan

Program ini bertujuan memperkuat kapasitas digital pengelola masjid dan dayah serta mendorong pemanfaatan teknologi dan media sosial sebagai sarana dakwah dan komunikasi strategis, terutama di kawasan perbatasan dan terpencil.

Ketua MIT Aceh, Teuku Farhan, menegaskan urgensi transformasi digital di wilayah kepulauan.

Digitalisasi masjid dan dayah adalah kunci untuk memperkuat komunikasi, dakwah, dan pengelolaan informasi keagamaan di era digital,” katanya.

Sementara itu, budayawan Aceh Tarmizi A. Hamid (Cek Midi) menyampaikan apresiasi terhadap inisiatif ini dan menekankan pentingnya menjaga narasi budaya secara akurat.

Baca Juga: Lebih dari 53 Ribu Jamaah Haji Kembali ke Tanah Air, Pemerintah Jamin Kelancaran Proses

“Informasi budaya sangat rawan dimanipulasi. Digitalisasi memberi pembanding yang kuat terhadap narasi administratif maupun geopolitik,” kata Cek Midi.

Menurutnya, diklat tersebut menjadi langkah nyata dan strategis dari generasi muda Aceh dalam menjaga jati diri keislaman dan kebudayaan daerah, sekaligus meneguhkan eksistensi wilayah perbatasan melalui pendekatan teknologi dan dakwah. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: KBRI Teheran Mulai Evakuasi WNI, Proses dengan Jalur Darat

Rekomendasi untuk Anda