Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

5 Langkah Tumbuhkan Literasi Anak, Inspirasi dari Surat Al-‘Alaq

shibgotulhaq Editor : Widi Kusnadi - 47 detik yang lalu

47 detik yang lalu

0 Views ㅤ

Ilustrasi Upaya Orang Tua Meningkatkan Literasi Anak.

DI TENGAH derasnya arus informasi dan kemajuan teknologi, kemampuan literasi menjadi semakin penting bagi anak-anak. Kemampuan literasi tidak sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup kemampuan memahami, menafsirkan, serta menggunakan informasi secara bijak.

Literasi menjadi fondasi bagi anak untuk berpikir kritis, berkomunikasi efektif, dan beradaptasi dengan perubahan zaman. Anak yang memiliki literasi kuat akan tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, reflektif, dan berdaya dalam kehidupan sosialnya.

Dalam perspektif Islam, pentingnya literasi telah ditegaskan sejak wahyu pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu Surat Al-‘Alaq ayat 1–5. Allah berfirman,

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq: 1–5)

Baca Juga: Pendidikan Ash-Shuffah, Jawaban atas Krisis Karakter Generasi Z

Perintah pertama dalam Islam adalah “Iqra” (bacalah) — sebuah penegasan bahwa peradaban Islam lahir melalui seruan untuk belajar dan memahami.

Menurut Imam Ibnu Katsir Rahimahullah, ayat ini menunjukkan kemuliaan ilmu dan anjuran untuk membaca tidak hanya teks, tetapi juga tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala di alam semesta. Sementara Imam Al-Qurthubi Rahimahullah menafsirkan pengulangan kata “Iqra” sebagai penekanan pentingnya pembelajaran berulang dan mendalam, serta menjelaskan bahwa pena (al-qalam) adalah simbol kemajuan peradaban.

Pakar tafsir Indonesia, Prof  M. Quraish Shihab menekankan bahwa ayat ini menunjukkan bagaimana Islam menempatkan membaca sebagai kunci pertama untuk mengenal Tuhan, diri, dan masyarakat. Dengan demikian, literasi dalam Islam bukan sekadar aktivitas intelektual, melainkan juga ibadah dan jalan menuju pemahaman spiritual.

Untuk menumbuhkan kemampuan literasi anak sejak dini, orang tua memegang peran penting. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan:

Baca Juga: Digitalisasi Sekolah: Peluang dan Tantangan di Era 5.0

  • Ciptakan lingkungan kaya literasi

Lingkungan literasi tidak selalu berarti harus penuh dengan buku baru. Orang tua dapat memanfaatkan bahan sederhana seperti koran bekas, majalah lama, atau bahkan tulisan di papan dan kemasan untuk melatih anak membaca. Cerita rakyat, lagu anak, atau kisah dari Al-Qur’an juga bisa menjadi sumber literasi yang murah namun bermakna.

  • Jadilah teladan

Anak meniru lebih cepat daripada mereka mendengar nasihat. Ketika orang tua tampak menikmati membaca atau bercerita, anak akan menilai bahwa literasi adalah kegiatan yang menyenangkan dan penting. Keteladanan ini jauh lebih efektif daripada sekadar perintah.

  • Biasakan membaca bersama

Aktivitas membaca bersama bukan hanya meningkatkan kemampuan bahasa anak, tetapi juga memperkuat ikatan emosional keluarga. Setelah membaca, ajak anak berdiskusi tentang isi cerita atau pesan moralnya agar mereka terbiasa berpikir kritis dan mengekspresikan pendapat.

  • Dorong rasa ingin tahu

Rasa ingin tahu adalah bahan bakar utama literasi. Di era digital, rasa ingin tahu anak sering diarahkan pada gawai. Orang tua dapat mengalihkan rasa ingin tahu itu pada hal-hal nyata di sekitar mereka—seperti alam, hewan, atau peristiwa sehari-hari—sehingga literasi tumbuh dari pengalaman langsung.

Baca Juga: Guru Sebagai Inspirator: Mendidik dengan Cinta dan Keteladanan

  • Utamakan kegiatan literasi dan batasi paparan gawai

Orang tua perlu lebih menghargai kegiatan anak yang melibatkan membaca, menulis, bercerita, atau berdialog dibanding membiarkan mereka terlalu lama bermain gawai. Batasi waktu layar agar anak memiliki ruang untuk berimajinasi dan berinteraksi secara langsung dengan lingkungan sekitarnya.

Pada akhirnya, orang tua adalah guru pertama dan utama bagi anak-anaknya. Dengan menanamkan kebiasaan membaca, berdiskusi, dan mencari ilmu, orang tua sejatinya sedang meneladani semangat wahyu pertama — Iqra. Dari keluarga yang mencintai literasi, akan lahir generasi berilmu, beriman, dan beradab yang tumbuh menerangi peradaban. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Pendidikan Holistik: Memadukan Ilmu dan Iman

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Khadijah
MINA Edu
MINA Edu