Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

5 Penyebab Utama Kesombongan dan Cara Menghindarinya

Bahron Ansori Editor : Rudi Hendrik - Kamis, 6 Maret 2025 - 19:18 WIB

Kamis, 6 Maret 2025 - 19:18 WIB

42 Views

Ilustrasi

ALLAH menciptakan manusia dengan berbagai kelebihan dan kekurangan sebagai ujian bagi mereka. Sebagian orang diberi harta, ilmu, atau kedudukan yang tinggi, sementara yang lain diuji dengan kekurangan. Sayangnya, banyak orang yang lupa bahwa semua yang mereka miliki hanyalah titipan. Mereka merasa lebih baik dari yang lain dan memandang rendah sesama.

Padahal, kemuliaan di sisi Allah bukanlah karena duniawi, melainkan karena ketakwaan. Kesombongan hanya akan menjauhkan seseorang dari rahmat Allah dan membuatnya terperosok dalam kebinasaan. Berikut 5 penyebab utama orang menjadi sombong.

Pertama, Kesombongan karena Harta

Salah satu faktor utama yang membuat seseorang menjadi sombong adalah harta. Ketika seseorang merasa memiliki kekayaan yang melimpah, ia cenderung memandang rendah orang lain yang kurang beruntung. Ia merasa lebih tinggi karena kemewahan yang dimilikinya, lupa bahwa semua itu hanyalah titipan dari Allah. Dalam Al-Qur’an, Allah mengisahkan Qarun yang sombong karena hartanya, hingga akhirnya ditenggelamkan bersama kekayaannya Allah Ta’ala berfirman,

فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ ٱلْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُۥ مِن فِئَةٍ يَنصُرُونَهُۥ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلْمُنتَصِرِينَ

Baca Juga: Keistimewaan Puasa Enam Hari Bulan Syawal Seperti Berpuasa Setahun

“Maka Kami benamkan dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya dari azab Allah, dan tiadalah ia termasuk orang-orang yang dapat membela diri.” (QS. Al-Qashash: 81)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kaya hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Baca Juga: Syawalan di Semarang, Potret Harmoni Budaya dan Peningkatan Ekonomi Rakyat

Cara terbaik untuk menghindari kesombongan karena harta adalah dengan selalu menyadari bahwa semua rezeki berasal dari Allah dan menggunakannya untuk kebaikan.

Kedua, Kesombongan karena Ilmu

Ilmu adalah cahaya yang seharusnya membawa seseorang kepada ketawadhuan (kerendahan hati). Namun, tidak jarang seseorang justru menjadi sombong setelah memperoleh ilmu. Ia merasa lebih pintar, meremehkan orang lain, dan enggan menerima pendapat. Padahal, semakin luas ilmu seseorang, seharusnya ia semakin sadar betapa kecilnya dirinya dibandingkan ilmu Allah.

Imam Asy-Syafi’i berkata,

كُلَّمَا ازْدَدْتُ عِلْمًا، زَادَنِي عِلْمًا بِجَهْلِي

Baca Juga: Sungkeman, Tradisi Penuh Makna dalam Momen Idul Fitri

“Semakin bertambah ilmuku, semakin aku menyadari kebodohanku.”

Kesombongan karena ilmu dapat dihindari dengan terus belajar, berdiskusi dengan rendah hati, serta mengamalkan ilmu dengan ikhlas untuk Allah, bukan untuk mencari pujian manusia.

Ketiga, Kesombongan karena Jabatan dan Kekuasaan

Jabatan dan kekuasaan adalah amanah, bukan alat untuk menyombongkan diri. Seseorang yang memiliki kedudukan tinggi sering kali tergoda untuk merasa lebih hebat, sehingga ia meremehkan bawahannya atau bertindak semena-mena.

Allah berfirman tentang Fir’aun,

Baca Juga: Kerasnya Hati Orang Yahudi

وَٱسْتَكْبَرَ هُوَ وَجُنُودُهُۥ فِى ٱلْأَرْضِ بِغَيْرِ ٱلْحَقِّ وَظَنُّوٓا۟ أَنَّهُمْ إِلَيْنَا لَا يُرْجَعُونَ فَأَخَذْنَٰهُ وَجُنُودَهُۥ فَنَبَذْنَٰهُمْ فِى ٱلْيَمِّ فَٱنظُرْ كَيْفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلظَّٰلِمِينَ

“Dan dia (Fir’aun) beserta bala tentaranya berlaku sombong di bumi tanpa alasan yang benar, dan mereka mengira bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami. Maka Kami siksa dia dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang zalim.” (Qs. Al-Qashash: 39-40)

Untuk menghindari kesombongan karena jabatan, seorang pemimpin harus selalu ingat bahwa kekuasaan hanyalah ujian, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Baca Juga: Wae Rebo: Desa di Atas Awan dengan Rumah Adat Unik

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Keempat, Kesombongan karena Keturunan atau Status Sosial

Sebagian orang merasa lebih mulia karena berasal dari keturunan tertentu atau memiliki status sosial yang tinggi. Mereka memandang rendah orang lain yang berasal dari keluarga biasa. Padahal, kemuliaan di sisi Allah bukanlah karena keturunan, melainkan karena ketakwaan.

Allah berfirman,

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ

Baca Juga: 15 Tips Menjadi Ayah yang Baik: Panduan untuk Ayah Milenial

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.” (Qs. Al-Hujurat: 13)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى عَجَمِيٍّ إِلَّا بِالتَّقْوَى

“Tidak ada keutamaan bagi orang Arab atas non-Arab, kecuali dengan ketakwaan.” (HR. Ahmad)

Baca Juga: Ahlul Qur’an: Mencintai, Menghafal, dan Mengamalkan

Kelima, Kesombongan karena Fisik dan Penampilan

Banyak orang yang merasa lebih baik hanya karena memiliki wajah rupawan atau tubuh yang ideal. Mereka merendahkan orang lain yang dianggap kurang menarik, padahal kecantikan dan ketampanan hanyalah karunia Allah yang bersifat sementara.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)

Baca Juga: Meniti Jalan Ahlul Qur’an: Menggapai Derajat Mulia

Kesombongan bukanlah hal yang bisa dianggap remeh. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَا يَدْخُلُ ٱلْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun sebesar biji sawi.” (HR. Muslim)

Karena itu, mengingat kematian adalah obat paling ampuh untuk mengobati kesombongan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

Baca Juga: Menggapai Keutamaan Ahlul Qur’an di Era Modern

أَكْثِرُوا مِنْ ذِكْرِ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ، يَعْنِي الْمَوْتَ

“Perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan, yaitu kematian.” (HR. Tirmidzi)

Mari Menjadi Hamba yang Tawadhu

Allah menjanjikan kemuliaan bagi mereka yang bersikap rendah hati. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وَمَنْ تَوَاضَعَ لِلَّهِ رَفَعَهُ اللَّهُ

Baca Juga: Ayah sebagai Teladan: Menginspirasi Generasi Berikutnya

“Barang siapa merendahkan diri karena Allah, maka Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim)

Semoga kita semua dijauhkan dari sifat sombong dan diberi hati yang lapang untuk selalu merendah. Aamiin.

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Rekomendasi untuk Anda

Kolom