Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

5 Tips Menjadi Muslimah di Zaman Fitnah 

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 9 menit yang lalu

9 menit yang lalu

1 Views

Muslimah, tetap waspada di jaman penuh fitnah.(Foto: ig)

DI TENGAH derasnya arus informasi, pergeseran moral, dan gempuran ideologi yang merusak, menjadi seorang muslimah yang tetap kokoh adalah tantangan berat sekaligus kesempatan mulia. Zaman ini bukan hanya menguji kecerdasan, tapi juga keteguhan hati. Masyarakat dijejali berita palsu, konten hedonisme, dan nilai-nilai yang bertentangan dengan fitrah. Namun, di balik semua hiruk-pikuk itu, masih ada ruang bagi muslimah untuk menjadi cahaya—bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi keluarga, lingkungan, bahkan bangsa.
Berikut 5 tips penting untuk menjadi muslimah yang kuat di tengah fitnah zaman yang mengguncang.

1. Perkuat Fondasi Iman: Seimbang Antara Ilmu dan Amalan

Zaman fitnah bukan hanya soal banyaknya keburukan, tetapi juga makin kaburnya batas benar dan salah. Karena itu, seorang muslimah perlu memperkuat iman bukan sekadar dari sisi emosional, tapi juga intelektual. Iman yang kokoh tidak lahir dari ikut-ikutan, melainkan dari kesadaran bahwa hidup adalah amanah.

Maka, mulailah dengan hal yang paling mendasar: pelajari Al-Qur’an, pahami maknanya, dan amalkan perlahan dalam keseharian. Pelajari pula hadis-hadis utama tentang adab, akhlak, dan ibadah. Ilmu akan melindungi dari syubhat (kerancuan), sedangkan amalan melindungi dari syahwat (godaan). Kombinasi keduanya membuat hati menjadi stabil meski dunia berguncang.

Baca Juga: Hijabmu Bukan Beban, Tapi Kemuliaan

2. Kelola Media Sosial dengan Bijak: Pilah Bukan Tinggal

Media sosial adalah medan perang terbesar hari ini. Banyak muslimah kehilangan waktu, ketenangan, bahkan jati diri hanya karena terlalu larut dalam scroll tanpa arah. Fitnah di medsos bukan hanya dalam bentuk konten vulgar, tetapi juga pemikiran yang samar, standar kecantikan palsu, gaya hidup konsumtif, hingga perdebatan yang tak membawa manfaat.

Menjadi muslimah cerdas artinya mampu menetapkan batas. Ikuti akun-akun yang memberi nilai: kajian, parenting, motivasi, bisnis halal, kesehatan, atau keterampilan. Hindari konten-konten yang menguras mental dan merusak akhlak. Set waktu untuk bermedsos—misalnya 30 menit pagi, 30 menit malam. Ingat, medsos seharusnya melayani kita, bukan mengendalikan kita.

3. Jaga Lingkar Pergaulan: Teman yang Baik Itu Penolong di Dunia dan Penyelamat di Akhirat

Baca Juga: Peran Ibu Rumah Tangga dalam Menanamkan Narasi Perjuangan Palestina

Kualitas hidup seorang muslimah sangat dipengaruhi oleh lingkaran terdekatnya. Di zaman fitnah, pertemanan bisa mengangkat, bisa pula menjatuhkan. Banyak perempuan berubah bukan karena hati mereka buruk, tetapi karena lingkungannya tidak sehat: teman ghibah, teman toxic, teman yang hobi pamer, atau teman yang menormalisasi dosa.

Carilah sahabat yang mengajak pada kebaikan, yang mengingatkan ketika kita jatuh, dan yang mendukung ketika kita ingin memperbaiki diri. Jika tidak ditemukan di dunia nyata, cari di komunitas virtual yang positif—kelas online, grup kajian, komunitas bisnis syariah, atau komunitas muslimah belajar. Lingkungan baik itu bukan hanya membantu kita istiqamah, tapi juga menjaga kesehatan mental.

4. Bangun Kemandirian Emosional dan Ekonomi

Zaman fitnah menuntut muslimah untuk kuat tidak hanya secara spiritual, tetapi juga secara mental dan ekonomi. Muslimah yang mandiri secara emosional tidak mudah goyah oleh komentar buruk, standar kecantikan yang tidak realistis, atau ekspektasi sosial yang melelahkan. Ia mengenal dirinya, tahu prioritasnya, dan memiliki batas yang sehat.

Baca Juga: Saat Ilmu Ditinggalkan, Hati Ibu Menjadi Bisu

Kemandirian ekonomi pun penting. Bukan untuk menyaingi suami atau orang lain, tetapi untuk menjaga martabat dan membantu banyak orang. Banyak peluang halal yang bisa ditekuni: UMKM rumahan, menulis konten, desain, menjahit, memasak, atau jualan online. Penghasilan yang halal akan menjadi benteng kehormatan, sekaligus sarana berbagi. Ingat, muslimah kuat bukan yang tak pernah menangis, tetapi yang mampu bangkit setelah diuji.

5. Jadikan Rumah sebagai Markas Keberkahan, Bukan Arena Kekacauan

Fitnah terbesar seringkali bukan datang dari luar, tetapi dari ketidakharmonisan di rumah. Sebagai muslimah, menjadikan rumah sebagai tempat yang penuh keberkahan adalah amal besar yang sering diremehkan. Mulai dari hal sederhana, misalnya antara lain:

  • perbanyak doa setiap pagi,

    Baca Juga: Ibu Akhir Zaman: Sibuk di Dunia, Lupa Mendidik Jiwa

  • jaga adab saat berbicara,

  • atur rumah agar rapi dan tenang,

  • buat rutinitas ibadah yang mudah diikuti anggota keluarga,

  • biasakan musyawarah dalam mengambil keputusan.
    Rumah yang penuh keberkahan akan mencetak anak-anak yang berakhlak, memperkuat hubungan suami-istri, dan melahirkan generasi yang tahan badai. Zaman boleh rusak, tapi rumah seorang muslimah tidak boleh ikut rusak.

    Baca Juga: Istri Salehah, Suami Lalai

Zaman fitnah memang mengguncang, tetapi bukan alasan untuk menyerah. Justru di masa inilah pahala menjadi lebih besar, karena menjaga diri menjadi lebih sulit. Muslimah hari ini punya peran besar: sebagai pendidik generasi, penjaga moral keluarga, dan agen perubahan di masyarakat.

Jika iman diperkuat, medsos dikelola, pergaulan dijaga, kemandirian dibangun, dan rumah diberkahi, maka seorang muslimah akan menjadi cahaya yang tak mudah padam. Bahkan ketika dunia terus bergolak, ia tetap berdiri tegak—tenang, cerdas, dan penuh manfaat.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Sahabat Muslimah, Ini yang Wajib Kamu Persiapkan Saat Ta’aruf

Rekomendasi untuk Anda

Khadijah
Khadijah
Tausiyah
Khadijah
Kolom