Ramallah, MINA – 50 tahanan Palestina telah melakukan mogok makan untuk periode yang berbeda, sebagai protes atas kebijakan penahanan administratif Israel.
19 hari yang lalu, 30 tahanan Palestina yang ditahan secara administratif di penjara-penjara Israel memulai mogok makan tanpa akhir, untuk menuntut pembebasan mereka dan diakhirinya kebijakan penahanan administratif, Palinfo melaporkan.
Pekan lalu, 20 tahanan lainnya, beberapa dari mereka ditahan secara administratif atau dalam tahanan dan yang lainnya menjalani hukuman, memutuskan bergabung dalam aksi mogok makan sebagai solidaritas dengan para tahanan administratif yang mogok makan.
Pada awal Januari, para tahanan administratif mengumumkan boikot penuh terhadap semua prosedur peradilan yang terkait dengan penahanan administratif mereka.
Baca Juga: Hamas Ungkap Borok Israel, Gemar Serang Rumah Sakit di Gaza
Para tahanan administratif ditahan di penjara Israel yang berbeda, kebanyakan di penjara Negev dan Ofer.
April lalu, Amnesty International mengatakan boikot pengadilan militer Israel oleh ratusan tahanan administratif Palestina, “menggarisbawahi perlunya mengakhiri praktik kejam dan tidak adil ini yang membantu mempertahankan sistem apartheid Israel terhadap warga Palestina.”
“Hampir semua 490 tahanan administratif Palestina yang saat ini ditahan oleh Israel memulai boikot kolektif pada 1 Januari 2022, dengan menolak untuk berpartisipasi dalam prosedur pengadilan militer yang tidak memiliki proses hukum dan digunakan hanya untuk penahanan sewenang-wenang,” kata Amnesty di situs webnya.
“Tindakan pembangkangan mereka menyoroti keterlibatan lama pengadilan militer dalam penggunaan penahanan administratif terhadap warga Palestina, di mana individu ditahan selama berbulan-bulan tanpa tuduhan atau pengadilan, seringkali atas kemauan pejabat militer atau menteri pertahanan dan hanya berdasarkan informasi rahasia yang diberikan oleh badan keamanan Israel,” tambah kelompok hak asasi itu.
Baca Juga: Semua Rumah Sakit di Gaza Terpaksa Hentikan Layanan dalam 48 Jam
“Pembela hak asasi manusia Palestina, jurnalis, akademisi, dan lainnya telah menderita dari praktik kejam dan tidak manusiawi ini dan telah memprotesnya selama beberapa dekade termasuk melalui mogok makan. Boikot ini adalah seruan kolektif baru yang mengatakan cukup sudah,” ujar Saleh Higazi, Wakil Direktur Amnesty International untuk Timur Tengah dan Afrika Utara. (T/R7/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas Kecam Penyerbuan Ben-Gvir ke Masjid Ibrahimi