Serang, MINA – Di tengah peringatan lima abad Kesultanan Banten, sebuah pesan penting menggema dari salah satu jantung sejarah Islam di Nusantara. Sultan Syarif Muhammad Ash-Shafiuddin, pemimpin Kesultanan Banten ke-18 yang bernama lengkap RTB. Hendra Bambang Wisanggeni, menyerukan kebangkitan akidah dan akhlak sebagai fondasi utama pembangunan Banten masa depan.
Berbicara dari kediamannya di kawasan bersejarah Keraton Sorosowan dan Masjid Agung Banten, Kawasan Kesultanan Banten, Kota Serang, Provinis Banten, RTB. Hendra Bambang menegaskan bahwa tugas utamanya sebagai Sultan adalah mengembalikan jati diri spiritual masyarakat Banten.
“Pesan saya jelas, pertama, kuatkan akidah. Kedua, tegakkan budaya beradab. Ini jalan agar Banten kembali bermartabat sebagai negeri berperadaban Islam,” ujar Sultan Syarif, Senin (7/4).
Ia juga menyampaikan keprihatinan atas kondisi moral dan sosial masyarakat Banten yang menurutnya tengah mengalami degradasi serius. “Korupsi dan kemaksiatan makin merajalela, nilai-nilai Islam mulai dikaburkan. Padahal Banten dahulu dikenal sebagai mercusuar peradaban Islam di barat Jawa,” tegasnya.
Baca Juga: OKI Kutuk Keras Israel yang Sengaja Targetkan Tenda Jurnalis di Gaza
Pernyataan itu disampaikan saat menerima kunjungan delegasi Jama’ah Muslimin (Hizbullah) yang dipimpin oleh Ketua Majelis Ukhuwah Pusat (MUP) H. Sakuri, SH. Turut dalam rombongan, Ketua Majelis Dakwah Ustaz Deni Rahman, Ketua Umum Ukhuwah Al-Fatah Rescue (UAR) Endang Sudrajat, Sekjen Aqsa Working Group (AWG) Yusuf Maulana, serta sejumlah pimpinan pondok pesantren Al-Fatah cabang Banten.
Delegasi menyampaikan salam dan pesan dari Imaamul Muslimin, Yakhsyallah Mansur, yang mengucapkan selamat atas peringatan 500 tahun Kesultanan Banten dan mengajak Kesultanan turut mendukung misi-misi kemanusiaan global, termasuk pembangunan Rumah Sakit Ibu dan Anak di Gaza, Palestina.
Ratu Bagus Hendra Bambang Wisanggeni Soerajaatmadja resmi dinobatkan menjadi Sultan Banten ke XVIII dengan gelar Sultan Syarif Muhammad ash-Shafiuddin, pada saat perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Agung Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten, pada Ahad 11 Desember 2016.
Dia kemudian memperoleh pengakuan dari para Raja dan Sultan se-Nusantara yang tergabung dalam Yayasan Raja dan Sultan Nusantara (Yarasutra). Acara tersebut bertempat di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang digelar pada Senin, 10 September 2018.
Baca Juga: Suriah Sediakan Layanan Kesehatan Gratis di Berbagai Provinsi
Selain pengukuhan sebagai Sultan Banten ke XVIII, melalui pembacaan Watikah yang dilakukan oleh Sekjen Yarasutra Pangeran Nata Adiguna Masud Thoyib Jayakarta Adiningrat, dalam kesempatan yang sama, Ratu Bagus Hendra Bambang Wisanggeni Soerjaatmadja, juga dilantik sebagai Panglima Daerah Barisan Adat Raja Nusantara (Baranusa) dan sebagai Dewan Pembina Majelis Cendekiawan Keraton Nusantara (MCKN).
Sebelumnya, pada tahun 2010 oleh KH TB Fathul Adzim putra Residen Banten KH Tb Achmad Chotib, menyerahkan kembali mandat dari kakek Sultan Bambang kepada keluarga TB Achmad Chotib terkait kepengurusan Masjid Agung Banten Lama dan Makam Sultan Banten kepada Pewaris Kesultanan Banten, namun dikarenakan satu dan lain hal kepengurusan Masjid dan Makam Sultan Banten saat ini masih di bawah otoritas BWI (Badan Wakaf Indonesia).
Peringatan 500 tahun Kesultanan Banten yang digelar pada 6–14 April 2025 mengusung tema “Banten Bangkit Benahi Diri: Menuju Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur (Indonesia Emas 2045)”. Selama sembilan hari penuh, kawasan Kesultanan Banten menjadi pusat perayaan dengan berbagai agenda keagamaan, sosial, dan budaya.
Acara yang diharapkan dihadiri langsung oleh Presiden Republik Indonesia H. Prabowo Subianto ini juga melibatkan tokoh-tokoh penting nasional seperti Gubernur Banten Andra Soni, dai kondang Ustaz Dr. Adi Hidayat, Abuya Muhtadi Cidahu, dan KH. Tb. Fathul Adzim Chotib, yang turut menjadi penasihat Kesultanan.
Baca Juga: Warga Kashmir di Inggris Protes Tindakan Represif India
Beragam kegiatan turut meramaikan peringatan ini, mulai dari bazar rakyat, festival budaya, hingga lomba-lomba bernuansa Islami seperti tahfidzul Qur’an, adzan, khutbah Jumat, dan panahan. Tak kalah penting, terdapat pula seminar geopolitik dan kebangsaan, pelayanan kesehatan gratis, donor darah, serta pameran artefak sejarah Kesultanan.
KH. Tb. Fathul Adzim Chotib menegaskan bahwa peringatan tersebut bukan semata seremoni, melainkan ikhtiar strategis untuk meneguhkan kembali semangat religius, kemandirian, dan keluhuran budaya Banten dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Momentum lima abad ini adalah refleksi, bukan nostalgia. Kita harus merajut kembali tali sejarah dan peradaban agar Banten menjadi cahaya bagi Indonesia dan dunia,” ujarnya.
Dalam konteks global, seruan Sultan Banten relevan dengan tantangan yang dihadapi umat Islam di berbagai belahan dunia. Ketika arus modernitas melanda dan nilai-nilai luhur mulai terpinggirkan, Banten memberikan teladan penting tentang pentingnya menjaga tradisi, akidah, dan peradaban lokal.
Baca Juga: Badan Muslim India Tolak RUU Kontroversial Wakaf
Dengan spirit sinergi lintas elemen—Kesultanan, pemerintah, ulama, dan rakyat—peringatan ini menjadi titik tolak untuk menguatkan peran Indonesia sebagai pusat kebangkitan Islam moderat dan berkemajuan di abad ke-21.
Kesultanan Banten didirikan oleh Sultan Maulana Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati, sekitar tahun 1525. Sejak saat itu, Banten berkembang menjadi pusat perdagangan maritim yang disegani di Asia Tenggara.
Memiliki pelabuhan yang ramai dan sistem pemerintahan yang kuat, Kesultanan Banten tidak hanya menjadi pusat ekonomi tetapi juga pusat penyebaran Islam di Nusantara.
Pada puncak kejayaannya di abad ke-17, Banten memiliki hubungan diplomatik dengan berbagai negara, termasuk Belanda, Inggris, dan Turki Utsmani.[]
Baca Juga: Puluhan Ribu Warga Maroko Demo Menentang Israel
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Menlu Mesir dan Saudi Bahas Situasi Gaza