Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

53 Tahun Pembakaran Al-Aqsa, Api Perjuangan Terus Menyala (Oleh Ali Farkhan Tsani, Duta Al-Quds)

Ali Farkhan Tsani - Ahad, 21 Agustus 2022 - 05:46 WIB

Ahad, 21 Agustus 2022 - 05:46 WIB

17 Views

Oleh : Ali Farkhan Tsani, Duta Al-Quds, Redaktur Senior MINA (Mi’raj News Agency)

Hari ini Ahad, 21 Agustus 2022, menandai peringatan pembakaran Masjid Al-Aqsa pada tanggal 21 Agustus 1969, 53 tahun silam.

Upaya jahat penodaan melalui Yahudisasi dan penguasaan Masjid Al-Aqsa itu hingga kinipun masih terus berlangsung.

Pakar urusan Yerusalem, Dr. Ali Abu Ras, mengatakan berlalunya peringatan 53 tahun pembakaran Masjid Al-Aqsa terjadi dalam serangkaian serangan yang dimulai sejak tragedy Nakbah (1948) hingga pendudukan wilayah Yerusalem (1967).

Baca Juga: Kepastian Kehancuran Negara Zionis Israel

Abu Ras, mengatakan, “Masjid Al-Aqsa dan Kota Al-Quds telah menjadi sasaran sejak Nakbah, dan di antara target-target itu adalah pembakaran Al-Aqsa, termasuk mimbar Shalahuddin Al-Ayyubi, yang merupakan nilai simbolis dan sejarah yang penting bagi umat Islam.” Dikutip dari Palestine Today, Sabtu, 20/8/2022.

“Pendudukan Israel dan kelompok pemukim Yahudi memang berencana menghancurkan bangunan Masjid Al-Aqsa untuk membangun kuil yang mereka klaim di bawahnya. Mereka mengambil kesempatan itu untuk terus menyerang Al-Aqsa,” ujarnya.

Imam Masjid Al-Aqsa, Syaikh Ikrima Sabri, menegaskan kebakaran di Al-Aqsa belum berakhir.

Dia memperingatkan Yerusalem dan masjidnya justru sedang melalui tahapan yang sangat berbahaya dan paling sulit saat ini.

Baca Juga: Iming-Iming Israel kepada Pencari Suaka Afrika yang Ikut Perang

“Operasi penyerangan, penyitaan properti Yerusalem, Yahudisasi, permpasan tanah, pemenjaraan, deportasi dan apartheid masih berlanjut dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ujarnya.

Syaikh Sabri menekankan bahwa membela, melindungi dan mendukung Masjid Al-Aqsa dan Wilayah Al-Quds adalah kewajiban setiap Muslim sampai pembebasannya.

“Al-Aqsa tidak akan dibebaskan, dan hak-hak yang dirampas tidak akan dipulihkan kecuali dengan kerja dan jihad di jalan Allah,” tegasnya.

Peringatan pembakaran Al-Aqsa lanjutnya, hendaknya dapat memperbarui tekad dan harapan bagi bangsa Palestina dan dunia Islam untuk terus berkontribusi dalam pembebasannya.

Baca Juga: Israel Rekrut Ratusan Pekerja Asal India

Pembakaran Oleh Warga Yahudi

Kilas balik peristiwa pembakaran Masjid Al-Aqsa, akan tertuju pada sosok jahat Dennis Michael William Rohan (28 tahun).

Dia adalah seorang Yahudi berkewarganegaraan Australia, yang melakukan aksi pembakaran situs tersuci ketiga umat Islam, Masjid Al-Aqsa, pada hari Kamis, 21 Agustus 1969.

Itu merupakan aksi kedua, setelah sebelumnya pernah hendak mencoba upaya pertamanya membakar masjid tersebut, tapi gagal.

Baca Juga: Hamas: Rekrut Pencari Suaka Afrika untuk Berperang Tegaskan Krisis Moral Israel

Pada aksi keduanya, kobaran api menghanguskan sebagian bangunan Masjid Al-Aqsa, mulai dari langit-langitnya, permadani, dekorasi langka dan segala isinya. Termasuk kitab suci Al-Quran, perabotan, serta bangunannya yang rusak parah.

Kebakaran saat itu mencakup sepertiga dari total luas Al-Aqsa, dengan pembakaran lebih dari 1.500 meter persegi dari luas semula 4.400 meter persegi.

Kerusakan parah berupa atap masjid yang jatuh ke tanah, dua kolom utama roboh bersama lengkungan penyangga kubah, serta bagian dalam kubah berornamen, mihrab dan dinding selatan rusak. Sementara 48 jendela masjid hancur.

Mimbar Shalahuddin Al-Ayyubi, yang merupakan potongan langka dari bahan-bahan kayu, saling bertautan tanpa menggunakan paku, sekrup atau perekat, juga terbakar hangus.

Baca Juga: Maulid Nabi dalam Perspektif Rumi dan Interaksionisme Simbolik

Kerangka mimbar tersebut awalnya dibuat oleh Nuruddin Zanki, dan dibawa saat perjalanan untuk ditempatkan di dalam masjid setelah pembebasan. Ketika Zanki meninggal sebelum pembebasannya, Shalahuddin memindahkannya dan menempatkannya di tempatnya, saat ia membebaskan Al-Aqsa dari Tentara Salib.

Masjid Umar, yang atapnya terbuat dari tanah liat dan jembatan kayu, juga ikut rusak terbakar. Di sebelahnya ikut hangus Mihrab Zakaria dan Arba’in.

Skenario Pendudukan Israel

Saat malam pembakaran Al-Aqsa tahun 1969, pengurus Masjid Al-Aqsa dan warga yang tahu pun, segera hendak melakukan pertolongan pertama memadamkan kobaran api. Namun otoritas pendudukan Israel ternyata telah memutus aliran air ke lingkungan Al-Aqsa dan sekitarnya.

Baca Juga: Setelah 42 Tahun Sabra Shatila, Energi Perlawanan Semakin Kuat

Pengiriman mobil pemadam kebakaran pun dihambat, sehingga terlambat datang. Warga pun berinisiatif memadamkan api dengan alat apa saja yang bisa dilakukan.

Bersamaan waktu dengan kejadian itu, Perdana Menteri Israel saat itu, Golda Meir terkaget sebentar, dan menampar mukanya sendiri.

Sejenak terhenyak Golda Meir (perdana menteri keempat periode 1969-1974), berjuluk “wanita besi” (iron lady) karena kemauan kuatnya dan sikap kerasnya, berseru, “Ketika Al-Aqsa terbakar, saya tidak bisa tidur malam itu. Saya pikir Israel akan dihancurkan. Namun ketika pagi tiba, saya menyadari bahwa orang-orang Arab sedang tidur nyenyak.”

Menteri Kehakiman dan Urusan Agama Israel saat ini, Yossi Beilin, mengomentari apa yang pernah dikatakan Meir. Bahwa saat ini apa yang dilakukan Israel mengarah ke pembangunan Temple Mount.

Baca Juga: Pengungsi Palestina di Lebanon Peringati 42 Tahun Sabra Shatila

Ini menunjukkan bahwa pembakaran itu memang skenario pendudukan Israel.

Menurut Beilin, yang juga lama bertugas di berbagai posisi di parlemen Israel Knesset dan di pos-pos pemerintah, adanya peristiwa pembakaran Al-Aqsa tahun 1969 yang selalu diperingati orang-orang Yahudi, adalah untuk mengingatkan organisasi Yahudi pada salah satu tujuannya yakni pembongkaran semua bangunan Islam di Bukit Bait Suci.

Klaim Kuil Solomon

Jika ditelusuri, aksi itu jelas mengarah ke langkah untuk mempercepat pembangunan Kuil Solomon III. Ini seperti terungkap dalam sumber di Israel Today.

Baca Juga: Oposisi: Pemerintahan Netanyahu Seret Israel ke Perang Tanpa Akhir

Api yang membakar Masjid Al-Aqsa lebih setengah abad lalu itu adalah insiden yang disengaja, dibuat dan direncanakan oleh pelaku yang disiapkan sesuai rencana Zionis.

Jika ditelusuri lagi ke belakang, aksi itu merupakan rangkaian tak terpisahkan dari upaya pertama adanya Deklarasi Balfour tahun 1917. Konsekwensi dari deklarasi itu adalah adanya orang-orang Yahudi yang mulai mengambil alih posisi Tembok Al-Buraq sebagai tempat untuk ritual mereka.

Upaya itu langsung mendapatkan respon tentangan dari umat Islam di Palestina yang kemudian melahirkan Revolusi Al-Buraq pada tanggal 23 Agustus 1929. Puluhan umat Islam gugur sebagai syuhada dan sejumlah besar orang Yahudi pun terbunuh.

Setelah pendudukan Yerusalem Timur pada tahun 1967, ambisi Israel di Al-Aqsa diperbarui dan dikonsolidasikan dengan api yang dinyalakan di dalamnya pada tanggal 21 Agustus 1969 tersebut.

Baca Juga: Al-Qassam dan Jihad Islam Puji Serangan Rudal Houthi ke Tel Aviv 

Upaya berikutnya, pembongkaran lingkungan di sekitar Gerbang al-Maghariba, yang berdekatan dengan tembok barat Masjid Al-Aqsa, termasuk monumen, dan madrasah.

Pasukan Zionis Israel juga meledakkan rumah-rumah yang mengelilingi tembok dan menggusur penghuninya, mengklaim bahwa area tembok itu milik orang Yahudi selama tiga ribu tahun.

Setelah merebut lingkungan al-Maghariba dan menghapus monumen dan bangunannya, penjajah Israel mendirikan alun-alun beraspal besar di depan Tembok Al-Buraq, untuk tempat mereka berkumpul  melakukan ritual di depannya.

Di alun-alun ini terdapat pintu pertama terowongan yang digali otoritas pendudukan sejajar dengan dinding barat Al-Aqsa, sepanjang sekitar 488 meter.

Baca Juga: Israel Rekrut Pencari Suaka Asal Afrika untuk Berperang di Gaza

Yahudisasi Al-Aqsa

Proyek pendudukan pasca pembakaran Al-Aqsha tahun 1969, hingga kini masih terus berlangsung melalui operasi penggalian di sembilan area di bawah Kota Tua, termasuk tiga titik penggalian persis di bawah Masjid Al-Aqsa.

Selanjutnya, sebagai bagian dari penyitaan kawasan Masjid Al-Aqsa, kota Yerusalem secara sistematis dikosongkan dari penduduk asli Yerusalem dan digantikan oleh orang-orang Yahudi pendatang, dengan menyita tanah dan harta benda dari penduduknya.

Maka kemudian dengan alasan adminsitrasi tanah, tidak ada izin mendidikan bangunan, dan berbagai alasan, warga Palestina diusik untuk diusir dari beberapa kawasan, seperti Sheikh Jarah, sekitar Masjid Ibrahimi, dan Yerusalem Timur.

Pendudukan melakukan tidak kurang dari 300 titik pembongkaran di Yerusalem dari 686 pembongkaran yang terjadi di tanah Tepi Barat sepanjang tahun 2019. Demikian laporan Quds Press.

Sementara 313 fasilitas Palestina dihancurkan selama paruh pertama tahun 2020, 54 persen di antaranya di Yerusalem dan Hebron.

Di antara rencananya untuk mengosongkan kota Yerusalem dari orang-orang Yerusalem adalah mengisolasi lingkungan Yerusalem melalui pembangunan tembok apartheid, di beberapa titik wilayah, seperti Al-Eizariya, Abu Dis, Al-Ram, dan Dahiyat Al-Bareed.

Selain itu juga dengan membangun permukiman Yahudi di sekitar kota Yerusalem yang diduduki secara melingkar, dan mencaploknya ke kota untuk mengintensifkan kehadiran Yahudi dan memberikan karakter Yahudi ke daerah tersebut.

Itu semua adalah untuk menerapkan rencana Yahudisasi Yerusalem Besar.

Api Perjuangan

Menghadapi semua proyek yahudisasi itu, rakyat dan para pejuang Palestina selalu berusaha menggagalkannya dengan berbagai cara. Warga Palestina tetap saja berkunjung ke Al-Aqsa untuk mempertahankan masjid walau harus menghadapi barikade tentara pendudukan. Mereka berbondong-bondong turun ke gerbang pintu Al-Aqsa untuk memaksa pasukan pendudukan membuka pintunya dan menarik diri darinya dan sekitarnya.

Pergerakan demi pergerakan terus membara. Mulai dari Intifada Al-Aqsa (2000-2004), Global March to Jerusalem (2012), Jerusalem Uprising (2015-2017). Hingga Great March of Return (2019) dan Black Lives Matter Palestine (2020).

Pendudukan Israel tampaknya tidak dapat memberangus perjuangan rakyat dan bangsa Palestina, walaupun sudah mencoba membakar simbol suci perjuangan, Masjid Al-Aqsa.

Rakyat Palestina dengan gagah berani, maju tak gentar, mampu mengatasi tantangan dan mengirim pesan kepada pendudukan bahwa Al-Aqsa dan Yerusalem adalah garis merah yang tidak dapat dilintasi.

Kini, semangat pergerakan perjuangan Al-Aqsa dan Palestina masih terus menyala, selama api pendudukan masih berlangsung. Bahkan dukungannya terus mengalir dari berbagai penjuru, baik dari kaum Muslimin khususnya maupun dunia pada umumnya.

Ya, api perjuangan itu masih terus menyala hingga hari ini. Api perjuangan itu tidak akan padam selama masih ada kaum Muslimin yang memiliki kepedulian terhadap Masjid Al-Aqsa.

Dorongan keutamaan Masjid Al-Aqsa di dalam Al-Quran dan Al-Hadits, sejarah perjuangan Al-Aqsa dan Palestina dari dahulunhingga kini, semakin menguatkan jiwa keimanan individu Muslim untuk memuliakannya, mensucikannya dan membelanya dari segala bentuk penjajahan.

Untuk itu, berbagai komponen kaum Muslimin hendaknya semakin fokus dan memprioritaskan pembebasan Al-Aqsa dalam pergerakannya. Termasuk tentu Organisasi Kerjasama Islam (OKI) sesuai dengan akta pendiriannya untuk pembebasan Al-Aqsa, dan tentu para aktivis, organisasi kemanusiaan, dan pergerakan Islam di manapun berada dan kapanpun masanya.

Semua pergerakan itu akan menjadi efektif dan memiliki daya kekuatan eksplosif, manakala disatukan dalam satu kesatuan umat Islam, bergerak berjama’ah.

Sebuah kekuatan kehidupan umat Islam berjama’ah, bersatu, saling kuat-menguatkan,saling bersaudara, tidak berpecah-belah, tidak mudah diadu-domba, hingga dapat mengalahkan pedudukan Israel.

“Berpegang teguh pada tali Allah seraya berjama’ah,” itu pesan kuat Surat Ali Imran ayat 103.

“Kekuatan Allah bersama Al-Jama’ah”, (yadullaah ma’al jamaa’ah). Begitu pesan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Insya-Allah, akan tiba masanya Al-Aqsa dan Palestina dapat dibebaskan datri belenggu penjajahan, selama api perjuangan itu terus menyala, bahkan semakin membara. Allahu Akbar !! Al-Aqsa Haqquna !!! (A/RS2/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Indonesia
Internasional
Kolom
Palestina
Palestina
Palestina
MINA Preneur
Palestina
Internasional