Gaza, MINA – Dengan blokade Israel terhadap makanan, obat-obatan, dan pasokan lainnya yang kini memasuki hari ke-60, warga di Gaza berjuang untuk bertahan hidup dan menerapkan strategi penanggulangan yang kini sudah mencapai batasnya.
Dilansir dari Quds News Network (QNN) pada Selasa (30/4), sejak fase pertama kesepakatan gencatan senjata Gaza berakhir pada 1 Maret, Israel telah memblokir semua bantuan kemanusiaan untuk memasuki wilayah Palestina, yang melanggar ketentuan perjanjian.
Organisasi hak asasi manusia dan beberapa negara telah mengecam tindakan tersebut, menuduh Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang.
Pada 18 Maret, Israel melanjutkan serangannya di Gaza, telah menewaskan lebih dari 2.200 warga sipil sejauh ini yang sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak.
Baca Juga: Afrika Selatan kepada ICJ: Israel Gunakan Kelaparan sebagai ‘Metode Peperangan’
Menurut laporan Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), pengungsian yang meluas telah memaksa banyak orang terpaksa meninggalkan pasokan makanan dan stok darurat yang diamankan selama gencatan senjata yang ditandatangani pada Januari.
Roti dari toko roti yang dibantu PBB tidak lagi tersedia. Kebanyakan orang tidak dapat memanggang sendiri karena kekurangan bahan bakar memasak yang parah dan melonjaknya harga tepung terigu, kata laporan itu.
Keluarga mencampur pasta yang dihancurkan dengan tepung untuk membuat roti, yang berarti porsi makan lebih sedikit dan lebih jarang. Mereka juga memberikan roti kepada anak-anak atau mengalokasikan hanya satu potong per anggota keluarga per hari, katanya.
Orang-orang harus bergantung pada pasokan bantuan karena petani dan peternak tidak dapat mengakses tanah mereka, karena 70 persen wilayah kantong itu telah ditetapkan sebagai daerah “terlarang” atau berada di bawah perintah pengungsian oleh militer Israel, tambah laporan itu.
Baca Juga: Menteri Israel Ben-Gvir Akhiri Kunjungan ke AS di Tengah Protes Pro-Palestina
Jonathan Whittall, Kepala OCHA di Gaza, memperingatkan pada Sabtu (27/4) bahwa Gaza berada di ambang “kondisi kelaparan skala penuh.”
“Hari-hari mendatang di Gaza akan menjadi kritis. Hari ini, orang-orang tidak dapat bertahan hidup di Gaza. Mereka yang tidak dibunuh dengan bom dan peluru perlahan-lahan sekarat,” kata Whittall kepada wartawan pada konferensi pers di Kota Gaza.
“Sebagai pekerja kemanusiaan, kami dapat melihat bahwa bantuan dijadikan senjata melalui penolakannya,” katanya. “Tidak ada pembenaran untuk penolakan bantuan kemanusiaan.” []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Puluhan Pemukim Yahudi Serbu Masjid Al-Aqsa Lewat Gebang Maghariba