60 Tahun Indonesia-Jepang, Dirjen Kemendikbud Harap Sejarah Kebudayaan Mudah Diakses

Jakarta, MINA – Direktur Jenderal Hilmar Farid mengharapkan pada peringatan 110 tahun Kebangkitan Nasional yang bersamaan dengan 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Jepang, dapat mempermudah masyarakat dalam mengakses kebudayaan.

“Kita ingin nantinya materi sejarah kebudayaan seperti ini (sejarah Indonesia dari sudut pandang Jepang) dapat diakses masyarakat lebih banyak lagi,” katanya usai membuka acara Peringatan 110 Tahun Kebangkitan Nasional yang disertakan Pameran dan Seminar ‘Hubungan Indonesia-Jepang dalam Lintasan Sejarah’ di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta Pusat, Kamis (2/8).

Acara ini diusung oleh Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional RI, Arsip Nesional RI, Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara dan Kantor Cabang Perusahaan Umum Percetakan Negara RI Cabang Surakarta.

Kegiatan ini berlangsung 2-10 Agustus 2018 di Ruang Serbaguna Perpustakaan Nasional RI, Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.

Acara ini dihadiri oleh Wakil Duta Besar Jepang untuk Indonesia Minister Keiichi Ono, Kepala Perpusnas RI, Muhammad Syarif Bando, Direktur Sejarah RI Triana Wulandari dan Direktur Utama LKBN Antara Meidyatama Suryodiningrat.

Pada acara akan ditampilakan berbagai sumber sejarah dalam berbagai bentuk seperti, dokumen, poster, foto, lukisan dan sebagainya. Dalam sejarah panjang Indonesia-Jepang yang dimulai pada abad ke-19, pameran ini mengambil salah satu fragmen sejarah dalam hubungab Indonesia-Jepang dalam kurun waktu 1942-1945.

“Pameran ini memberi informasi yang sangat penting tentang penggalan sejarah kita tahun 1942-1945 dari persektif yang bermacam-macam. Kita juga bisa melihat sejarah dari sudut pandang yang berbeda-beda jika dihadirkan dalam sebuah kesatuan maka kita akan bisa melihat lebih lengkap mengenai sejarah itu,” ujarnya.

Menurutnya, selama ini hubungan bilateral antara Indonesia dan Jepang secara langsung lebih banyak di sektor ekonomi, diplomasi politik, serta pendidikan.

“Justru dengan adanya pameran ini kita akan membuat hubungannya lebih bernuansa lagi, lebih kaya lagi, jadi kebudayaan juga masuk di dalamnya,” paparnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, pihaknya telah mendiskusiakan soal sumber sejarah Indonesia dengan Jepang.

“Jadi ke depannya kita akan banyak kerja sama, khusunya sejarah, karena difokusnya sejarah. Misalnya kerja sama di bidang pertukaran sumber-sumber sejarah. Ada banyak sumber-sumber sejarah kita yang relevan dengan auto kita yang masih di sana yang harus kita akses. Persoalan paling besar tentunya di bahasa. Namun saat ini, bahasa Jepang bukan lagi bahasa yang sangat asing di kalangan anak muda,” tambahnya.

Selain itu acara ini juga membahas hal-hal terkait sejarah yang belum diketahui oleh masyarakat. (L/R10/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)