DI TENGAH dunia yang semakin bising oleh ambisi, manusia kerap lupa pada rumah sejatinya: jiwa. Kita sibuk mempercantik tampilan, memburu pencapaian, dan mengejar pujian, tapi mengabaikan kondisi hati yang sebenarnya menjadi pusat nilai manusia di hadapan Allah. Padahal Rasulullah SAW mengingatkan bahwa “Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa kalian, tapi melihat hati dan amal kalian.” (HR. Muslim).
Jiwa yang sehat akan membimbing lisan untuk jujur, tangan untuk memberi, dan langkah untuk mendekat kepada Allah. Tapi jiwa yang rusak akan membuat tubuh kuat jadi hina, harta berlimpah jadi petaka, dan hidup yang gemilang hanya menjadi kosong tanpa makna. Maka membangun jiwa bukan pelengkap, tapi fondasi dari seluruh kehidupan seorang mukmin.
Banyak orang jatuh bukan karena tak mampu, tapi karena jiwanya rapuh. Ia lelah bukan karena beban, tapi karena jiwanya tak terhubung pada Yang Maha Menguatkan. Maka jika kita ingin bangkit, ingin menjadi kuat dan bertahan dalam gelombang zaman, mulailah dari sini: membangun jiwa dengan 3 langkah rahasia yang diwariskan oleh Qur’an, sunnah, dan jejak para salaf.
Inilah Tiga Langkah Itu
Baca Juga: Dakwahmu Menginspirasi, Tapi Akhlakmu Menyakiti
Pertama, Tazkiyatun Nafs (Menyucikan Jiwa dari Dosa dan Penyakit Hati). Langkah pertama adalah membersihkan hati dari dosa, iri, dengki, riya, dan cinta dunia berlebihan. Tanpa pembersihan ini, amal-amal akan sulit masuk dan berbuah kebaikan. Allah berfirman, “Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya.” (Qs. Asy-Syams: 9).
Imam Al-Ghazali mengatakan, “Hati itu seperti cermin. Jika terlalu banyak debu dosa, ia takkan bisa memantulkan cahaya petunjuk.”
Kedua, Tahdzibun Nafs (Mendidik Jiwa dengan Ilmu dan Amal Shaleh). Jiwa tidak cukup dibersihkan, ia juga harus dididik dengan ilmu yang benar dan amal yang terus-menerus.
Belajar Al-Qur’an, hadits, dan akhlak Islam adalah dasar kuat untuk menanamkan nilai-nilai dalam hati. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, maka Dia akan difahamkan dalam agama.” (HR. Bukhari-Muslim). Ibnul Qayyim berkata, “Ilmu adalah makanan hati, sebagaimana makanan jasad adalah nasi.”
Baca Juga: Dua Cara Allah Menambah Nikmat bagi Hamba yang Bersyukur: Kualitas dan Kuantitas
Ketiga, Mujahadatun Nafs (Melatih Jiwa agar Konsisten di Jalan Taat). Langkah ketiga adalah berjuang melawan hawa nafsu dan tetap taat meski berat. Mujahadah adalah bukti kesungguhan, dan Allah janji akan membimbing yang bersungguh-sungguh.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh (mujahadah) di jalan Kami, niscaya Kami akan beri mereka petunjuk ke jalan-jalan Kami.” (Qs. Al-‘Ankabut: 69).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: “Tak ada kejayaan tanpa perjuangan melawan hawa nafsu.”
Kadang kita terlalu fokus memperbaiki tampilan luar, tapi lupa bahwa yang pertama kali dihisab nanti adalah hati. Jiwa yang tak dibangun akan goyah saat ujian datang, meski terlihat kokoh di luar. Dunia ini terlalu sempit bagi hati yang sempit, tapi cukup bagi jiwa yang lapang dan bertawakal. Maka benahilah batinmu, sebelum kamu sibuk membenahi citramu.
Baca Juga: Taklim Itu Muhasabah dan Penguat Iman
Betapa banyak orang yang terlihat sukses, tapi gelisah di malam hari karena jiwanya kosong dari mengingat Allah. Padahal, ketenangan sejati bukan ada pada besaran nominal dalam rekening, tapi dalam dzikir yang lembut dan ikhlas.
Allah Ta’ala berfirman, “Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (Qs. Ar-Ra’d: 28). Jika jiwa tak terhubung dengan Penciptanya, ia akan selalu merasa hampa walau dikelilingi banyak nikmat.
Bangun jiwa itu butuh kejujuran, terutama pada diri sendiri. Jangan sembunyikan penyakit hati dengan kesibukan dan tawa palsu. Setiap luka jiwa butuh doa dan taubat, bukan pengabaian. Allah Maha Lembut terhadap jiwa-jiwa yang mau kembali meski hancur berkeping.
Jika dunia ini adalah panggung, maka jiwamu adalah naskah utamanya. Jangan biarkan panggung megah menipu, sedang naskah jiwamu penuh konflik yang tak selesai. Selesaikan luka, perkuat iman, dan jadikan Allah tujuan utama. Sebab pada akhirnya, hanya jiwa yang bersih yang akan kembali kepada-Nya dalam keadaan tenang, “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai.” (Qs. Al-Fajr: 27-28).
Baca Juga: Medsos, Ladang Amal Shaleh Yang Terlupakan
Bangun jiwa itu seperti merawat taman: buang durinya, tanam benihnya, lalu rawat terus-menerus. Jika hati sudah bersih, dipenuhi ilmu, dan kuat dalam kesabaran, maka jiwa itu akan bercahaya dan menjadi sumber kebaikan yang tak akan padam hingga akhir hayat.[]
Mi’raj News Agency (MINA)