Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menjadi Orang Tua Cerdas di Tengah Arus Teknologi

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - Kamis, 7 Agustus 2025 - 16:28 WIB

Kamis, 7 Agustus 2025 - 16:28 WIB

17 Views

Peran besar orang tua dalam mengajari anak-anaknya adalah modal di masa depan (foto: ig)

DI ERA digital seperti sekarang, teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Anak-anak sejak usia dini sudah akrab dengan layar gawai, tablet, hingga internet. Orang tua yang tidak melek teknologi berisiko tertinggal dalam mendidik anak-anaknya. Karena itu, menjadi orang tua cerdas adalah kebutuhan zaman, bukan sekadar pilihan.

Islam mengajarkan pentingnya ilmu dan kebijaksanaan dalam mendidik anak. Nabi Muhammad SAW adalah teladan terbaik dalam membimbing generasi, meski di zaman tanpa teknologi. Prinsip-prinsip beliau tetap relevan hingga kini: kasih sayang, komunikasi yang jujur, dan keteladanan. Orang tua yang menanamkan nilai Islam sejak dini akan membentengi anak dari derasnya arus globalisasi.

Teknologi ibarat pisau bermata dua: bisa menjadi alat kebaikan, bisa pula menghancurkan. Anak-anak yang tanpa bimbingan bisa tenggelam dalam konten negatif, kecanduan game, atau budaya asing. Maka, peran orang tua adalah menjadi filter dan pemandu, bukan sekadar pengawas pasif. Jadilah seperti pelita yang menerangi jalan, bukan membiarkan anak berjalan dalam gelap.

Cerdas bukan berarti tahu segalanya, tapi tahu bagaimana mendampingi anak dengan hikmah. Saat anak bertanya soal game, medsos, atau tren terkini, jangan buru-buru menghakimi. Gunakan momen itu sebagai pintu masuk mendidik dan membangun kepercayaan. Anak yang merasa dipahami akan lebih mudah diarahkan.

Baca Juga: Ziarah ke Masjidil Aqsa Tanda Kedalaman Iman

Bekali anak dengan nilai-nilai tauhid, akhlak mulia, dan adab dalam berinteraksi di dunia maya. Ajarkan bahwa setiap klik, komentar, dan unggahan akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. Jangan remehkan kekuatan edukasi spiritual yang dibungkus secara ringan dan hangat. Dunia digital perlu ditaklukkan dengan cahaya iman.

Orang tua cerdas adalah mereka yang mau belajar, meski usia tak muda lagi. Jangan gengsi bertanya atau mengikuti pelatihan parenting digital. Rasulullah SAW bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.” Ilmu hari ini bukan hanya tafsir dan fikih, tapi juga kecakapan menyelamatkan generasi dari bahaya digital.

Luangkan waktu khusus untuk ngobrol dari hati ke hati dengan anak, tanpa distraksi gadget. Matikan TV, letakkan HP, dan tatap matanya saat berbicara. Inilah yang dinamakan kehadiran yang utuh, bukan sekadar ada secara fisik. Anak-anak yang diperhatikan akan tumbuh dengan rasa aman dan percaya diri.

Bangun budaya keluarga yang menyenangkan tanpa selalu bergantung pada teknologi. Perbanyak aktivitas bersama seperti membaca Qur’an, berkebun, memasak, atau mendongeng kisah nabi. Buat anak merasa bahwa rumah adalah tempat ternyaman, bukan hanya tempat singgah sambil main HP. Keluarga yang hangat akan menjadi benteng dari segala gempuran luar.

Baca Juga: Israel Bukan Negara, Tapi Proyek Penjajahan Abad Modern

Jangan biarkan gadget menjadi “orang tua kedua” yang lebih sering hadir daripada kita. Teknologi bukan pengganti kasih sayang, pelukan, dan nasihat penuh cinta. Anak membutuhkan sentuhan, bukan sekadar hiburan. Karena kelak, yang mereka kenang bukan game-nya, tapi siapa yang ada di sampingnya.

Ajarkan anak untuk menggunakan media sosial sebagai ladang pahala, bukan sumber fitnah. Dorong mereka membuat konten positif, menyebar kebaikan, dan berdakwah sesuai usia. Bimbing mereka memilih teman digital yang baik, sebagaimana kita ajarkan memilih teman di dunia nyata. Islam adalah agama yang adaptif tanpa kehilangan prinsip.

Buat aturan digital keluarga yang jelas, bijak, dan konsisten. Seperti waktu tanpa gawai saat shalat, makan, atau belajar. Libatkan anak dalam menyusun aturan agar mereka merasa dihargai dan bertanggung jawab. Kepemimpinan yang bijak selalu melibatkan, bukan mendominasi.

Jadilah contoh nyata dalam penggunaan teknologi yang sehat dan Islami. Jangan larang anak main HP, sementara kita sendiri terus-terusan scroll media sosial tanpa henti. Anak meniru lebih cepat daripada mendengar. Maka, dakwah terbaik adalah dengan akhlak dan perilaku.

Baca Juga: Tanpa Ilmu, Jama’ah Hanya Massa Tanpa Arah

Teknologi bisa menjadi jembatan kebaikan jika kita arif mengelolanya. Gunakan untuk mendengarkan kajian, membaca e-book Islami, atau berdonasi online. Ajak anak menjelajahi dunia digital dengan misi akhirat. Cerdas itu bukan hanya bisa, tapi juga bijak dan bertanggung jawab.

Wahai para orang tua, zaman boleh berubah, tapi peranmu tak tergantikan. Jadilah pelita di rumah, pelindung di dunia maya, dan guru yang paling sabar dalam hidup mereka. Didik anak-anakmu agar mereka menjadi penerus yang bukan hanya canggih teknologinya, tapi juga mulia jiwanya. Karena sejatinya, pendidikan terbaik adalah yang lahir dari cinta dan cahaya iman.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Lisanku Terjaga, Hatiku Bahagia: 10 Hikmah Dzikir yang Menyelamatkan

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
MINA Edu
Kolom
Kolom
Indonesia