Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tiga Perisai Kehormatan Muslimah di Era Digital

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 2 jam yang lalu

2 jam yang lalu

8 Views

Muslimah adalah mutiara berharga. Mutiara itu akan tetap bercahaya jika disimpan di tempat yang terhormat, namun bisa pudar bila dipajang sembarangan. (Foto: x)

DI ERA digital, dunia seakan berada di genggaman tangan. Dengan satu sentuhan, manusia bisa mengakses informasi dari seluruh penjuru bumi. Namun di balik kemudahan itu, ada gelombang besar fitnah, arus hedonisme, dan jebakan yang mengintai setiap Muslimah. Kehormatan yang dulu dijaga dengan pagar adat dan lingkungan kini diuji oleh layar kecil bernama gawai.

Muslimah adalah mutiara berharga. Mutiara itu akan tetap bercahaya jika disimpan di tempat yang terhormat, namun bisa pudar bila dipajang sembarangan. Media sosial, tontonan digital, dan budaya viral seringkali menjerat Muslimah untuk menukar harga diri dengan popularitas sesaat. Maka, dibutuhkan perisai kehormatan agar diri tetap terjaga dalam badai teknologi.

Perisai pertama adalah iman yang kokoh. Iman bagaikan benteng yang melindungi dari serangan fitnah dunia maya. Allah berfirman, “Barangsiapa beriman kepada Allah, maka Dia akan memberikan petunjuk kepada hatinya.” (Qs. At-Taghabun: 11). Iman yang hidup membuat seorang Muslimah mampu berkata, “Tidak, aku tidak akan membuka auratku untuk dilihat dunia,” meski godaan “like” dan “followers” menggiurkan.

Iman yang kuat bukan hanya menjaga pikiran, tetapi juga membimbing hati untuk merasa malu kepada Allah. Rasa malu inilah yang menjadikan seorang Muslimah enggan memamerkan tubuh, enggan menuliskan status yang menjerumuskan, dan enggan mengumbar aib diri. Malu adalah perhiasan yang tidak bisa dibeli dengan teknologi, tetapi hanya lahir dari iman yang tertanam dalam.

Baca Juga: Ujian Nikmat: Antara Syukur dan Kufur

Perisai kedua adalah ilmu yang benar. Di era digital, banjir informasi seringkali membuat seseorang bingung membedakan kebenaran dan kebatilan. Tanpa ilmu, Muslimah mudah termakan hoaks, terjebak ideologi feminisme sekuler, atau bahkan terseret dalam tren yang merusak akhlak. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).

Ilmu menuntun Muslimah untuk menakar mana yang maslahat dan mana yang mudarat. Dengan ilmu, ia paham bahwa mengunggah foto aurat bukan kebebasan, melainkan pintu kehancuran. Dengan ilmu, ia sadar bahwa kecantikan hakiki bukan pada wajah yang dipoles filter, melainkan pada hati yang bercahaya karena takwa. Ilmu adalah kompas yang menunjukkan arah kebenaran di tengah kabut digital.

Perisai ketiga adalah akhlaq mulia. Akhlaq adalah pakaian yang tidak pernah usang. Muslimah yang berakhlak tidak mudah terseret budaya “toxic” komentar, tidak gampang terpancing debat sia-sia, dan tidak menukar kesantunan dengan popularitas. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling dicintai olehku dan paling dekat denganku pada hari kiamat adalah yang paling baik akhlaqnya.” (HR. Tirmidzi).

Akhlaq bukan hanya terlihat dalam interaksi nyata, tetapi juga dalam dunia maya. Ketika menulis komentar, ia memilih kata yang lembut. Ketika menerima hinaan, ia menahan amarah. Ketika melihat postingan yang mengundang syahwat, ia menundukkan pandangan. Akhlaq mulia menjadikan Muslimah sebagai teladan, bahkan di ruang digital yang penuh kegelapan.

Baca Juga: Pesona Muslimah Bukan pada Paras, Tapi pada Akhlak

Tiga perisai ini—iman, ilmu, dan akhlaq—adalah senjata ampuh untuk menjaga kehormatan Muslimah. Tanpa iman, ia akan goyah. Tanpa ilmu, ia akan tersesat. Tanpa akhlaq, ia akan kehilangan cahaya diri. Ketiganya harus dirawat seperti merawat bunga: disiram dengan dzikir, dipupuk dengan ilmu, dan dijaga dengan amal saleh.

Era digital memang penuh tantangan, tetapi juga menyimpan peluang. Dengan iman, ilmu, dan akhlaq, seorang Muslimah bisa menjadikan media sosial sebagai ladang dakwah. Setiap unggahan menjadi pengingat, setiap kata menjadi doa, dan setiap senyuman yang dituliskan bisa menjadi cahaya bagi orang lain. Inilah kekuatan Muslimah sejati: bukan terjebak dalam arus, tapi menjadi pelita di tengah gelombang.

Wahai Muslimah, jagalah kehormatanmu. Jangan biarkan dirimu menjadi tontonan yang murahan. Jadilah pribadi yang dicari bukan karena keelokan wajah di layar, tapi karena kejernihan hati dan kebeningan jiwa. Dunia boleh kagum pada penampilan, tetapi Allah hanya menilai hati dan amal.

Di ujung perjalanan, semua keindahan digital akan lenyap. Popularitas akan sirna, like dan followers akan hilang, dan layar pun akan padam. Namun kehormatan yang dijaga dengan iman, ilmu, dan akhlaq akan abadi hingga hari perhitungan. Jadikanlah tiga perisai ini sebagai teman setia, agar kelak engkau berdiri di hadapan Allah dengan wajah berseri, terhormat, dan mulia.[]

Baca Juga: Peran Kepala Rumah Tangga dalam Menggerakkan Generasi Pembebas Al-Aqsa

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: 7 Cara Muslimah Sejati Mengendalikan Cinta Dunia

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Kolom
Khadijah
MINA Edu