Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

65 Tahun Konferensi Asia Afrika: Semangat Solidaritas Asia Afrika

sajadi - Sabtu, 18 April 2020 - 18:38 WIB

Sabtu, 18 April 2020 - 18:38 WIB

2 Views

Persamaan nasib melahirkan persatuan tindakan dan rasa. Demikian pula dengan pergerakan kemerdekaan di antara negara-negara di benua Asia dan Afrika.

Persamaan nasib itu kelak mewujudkan Solidaritas Rakyat Asia Afrika yang lahir 65 tahun silam dalam Konferensi Asia Afrika yang dibuka Presiden Soekarno tepat pada tanggal 18 April 1955 di Gedung Merdeka, Bandung.

“Saya berharap Konferensi ini akan menegaskan kenyataan, pemimpin-pemimpin Asia dan Afrika mengerti bahwa Asia dan Afrika hanya dapat menjadi sejahtera, apabila mereka bersatu dan bahkan keamanan seluruh dunia tanpa persatuan Asia-Afrika tidak akan terjamin,” ucap Presiden Soekarno pada pidato pembukaan KAA.

KAA disponsori oleh lima negara: Burma (Myanmar), India, Indonesia, Pakistan, dan Ceylon (Sri Lanka). Pertemuan ini melibatkan dua puluh empat (24) negara lainnya dari Asia dan Afrika yang berlangsung selama sepekan (18 – 24 April 1955).

Baca Juga: Update Gempa Garut, Ribuan Rumah, Puluhan Tempat Ibadah Rusak

KAA menghasilkan kesepakatan berupa Komunike Akhir KAA yang di dalamnya memuat Dasasila Bandung. Prinsip-prinsip ini yang populer dikenal dunia sebagai Spirit Bandung.

Satu dasawarsa pasca KAA, sejarah membuktikan KAA bukan saja menjadi perhelatan pertama antar benua bangsa kulit berwarna tapi juga telah meletakkan dasar-dasar semangat multilateralisme yang inklusif dan setara bagi masa depan kerja sama negara-negara di dunia hingga kini.

Selain itu, Spirit Bandung telah pula memicu gelombang dekolonisasi di Afrika, menginsiprasi pendirian Gerakan Nonblok, dan bahkan merestrukturisasi keanggotaan PBB.

65 tahun kemudian Spirit Bandung tetap relevan. Prinsip-prinsip inklusivitas, kesetaraan, kerja sama, non-intervensi, perdamaian dunia, dan penghormatan terhadap tatanan hukum internasional yang diusung Siprit Bandung bukan saja hadir sebagai nafas dari diplomasi multilateral tapi juga simbol Bhinneka Tunggal Ika bagi negara-negara berkembang.

Baca Juga: BRIN bersama MAB-UNESCO Indonesia Finalisasi Tinjauan Berkala Tujuh Cagar Biosfer

Di tengah wabah pandemi COVID-19 saat ini, persamaan nasib yang dulu melahirkan persatuan tindakan dan rasa berupa Solidaritas Rakyat Asia Afrika harus kembali diwujudkan menjadi semangat kerja sama antar bangsa untuk bahu-membahu saling menopang satu sama lain untuk memenangkan perang melawan pandemi global COVID-19 ini. (A/RE1/P1)

Sumber: Kementerian Luar Negeri RI

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Datangkan Instruktur Perancis, Ukhuwah Al-Fatah Rescue Gelar Pelatihan Urban SAR

Rekomendasi untuk Anda

MINA Preneur
Palestina
Dunia Islam
Dunia Islam
Indonesia
MINA Preneur
MINA Preneur
MINA Health
MINA Health