Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

7 Cara Membuat Keluarga Harmonis dan Penuh Berkah

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - Kamis, 27 November 2025 - 00:53 WIB

Kamis, 27 November 2025 - 00:53 WIB

0 Views

Banyak keluarga tampak utuh dari luar, tetapi hampa di dalam—karena tidak ada kehangatan, tidak ada komunikasi, dan tidak ada arah. (Foto: ig)

MEMBANGUN keluarga yang harmonis dan penuh berkah bukan hanya tentang tinggal serumah, makan bersama, atau sekadar menjalani rutinitas. Ia adalah seni merawat hati, seni memahami manusia yang paling dekat dengan kita, dan seni menciptakan suasana yang membuat pulang selalu terasa sebagai kelegaan.

Banyak keluarga tampak utuh dari luar, tetapi hampa di dalam—karena tidak ada kehangatan, tidak ada komunikasi, dan tidak ada arah. Padahal keluarga adalah ladang pahala terbesar, tempat kita mengukir sejarah yang akan dibawa sampai akhirat.

Allah berfirman, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu pasangan hidup agar kamu merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.” (QS. Ar-Rum: 21). Keluarga harmonis bukan terjadi begitu saja; ia diciptakan, dijaga, dan diperjuangkan setiap hari.

  1. Jadikan Ridha Allah sebagai Tujuan Utama

Keluarga yang meletakkan ridha Allah sebagai pusat hidup tidak mudah goyah oleh badai apa pun. Ketika ada masalah, mereka kembali kepada syariat; ketika bingung, mereka kembali kepada Al-Qur’an; ketika sedih, mereka mencari kekuatan dalam doa. Rumah yang setiap harinya terdengar lantunan ayat, dzikir, dan nasihat akan menjadi rumah yang “hidup”—bukan rumah yang hanya penuh barang, tapi kosong ruh.

Baca Juga: Menikah Itu Saling Menguatkan, Bukan Saling Mengalahkan

Rasulullah SAW bersabda, “Permisalan rumah yang dibacakan Al-Qur’an dan rumah yang tidak dibacakan Al-Qur’an adalah seperti orang hidup dan orang mati.” (HR. Muslim). Jika ingin keluarga hidup, hidupkan ia dengan iman.

  1. Komunikasi jujur & lembut setiap hari

Banyak keluarga rusak bukan karena masalah besar, tapi karena komunikasi yang buruk: menyimpan sakit hati, tidak mau mendengar, atau bicara dengan nada yang melukai. Padahal kelembutan itu ibadah.

Suami-istri perlu saling cerita, saling mendengar tanpa menghakimi, dan saling jujur tanpa menyakiti. Bahkan Nabi SAW mengajarkan untuk berkata baik atau diam. Komunikasi yang jujur akan mengusir prasangka, sementara komunikasi yang lembut akan menguatkan cinta.

  1. Saling menghargai peran & kelebihan masing-masing

Tidak ada manusia yang sempurna. Suami punya kekurangan, istri pun punya keterbatasan. Namun keluarga harmonis adalah keluarga yang tidak memperbesar kekurangan, tetapi memperkuat kelebihan masing-masing.

Baca Juga: Selingkuh Itu Bukan Khilaf, Tapi Sengaja Dipilih

Istri mungkin tidak mahir mengatur keuangan, tapi luar biasa dalam mengasuh anak. Suami mungkin tidak romantis, tapi sangat bertanggung jawab mencari nafkah. Menghargai peran akan membuat pasangan merasa dihargai, bukan dinilai. Dan seseorang yang merasa dihargai akan memberikan versi terbaik dari dirinya.

  1. Kelola konflik dengan dewasa, bukan emosi

Setiap keluarga pasti bertengkar—itu normal. Yang membedakan keluarga harmonis dengan yang rapuh adalah cara mengelola konflik. Jangan mengungkit masa lalu, jangan mempermalukan pasangan, jangan bertengkar di depan anak.

Belajarlah menunda emosi. Kadang jeda 10 menit lebih menyelamatkan daripada 10 kalimat yang melukai. Ingat sabda Nabi SAW, “Bukanlah orang kuat itu yang menang dalam gulat, tetapi orang yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari Muslim).
Keluarga akan kuat jika kedua hati di dalamnya mampu menahan diri demi kedamaian.

  1. Berbagi tugas & bekerja sama, bukan saling menyalahkan

Harmoni itu lahir ketika suami dan istri saling meringankan. Suami membantu pekerjaan rumah itu bukan “jatuh martabat”, tapi mengikuti sunnah Rasul yang membantu pekerjaan istri di rumah.

Baca Juga: Jebakan Pujian, Ketika Hati Terlena oleh Sanjungan

Istri turut mendukung suami itu bukan “tidak mandiri”, tapi bentuk cinta.
Keluarga bukan ajang menghitung siapa yang paling lelah, siapa yang paling berjasa. Keluarga adalah tim. Jika satu lelah, yang lain menolong. Jika satu jatuh, yang lain menguatkan.

  1. Sediakan waktu berkualitas untuk anak & pasangan

Waktu yang paling memberkahi keluarga bukan waktu yang banyak, tetapi waktu yang berkualitas. Duduk satu jam bersama keluarga dengan hati yang hadir lebih berarti daripada sehari penuh namun masing-masing sibuk dengan gadget.

Anak yang merasa diperhatikan akan tumbuh percaya diri. Pasangan yang merasa dihargai akan tumbuh setia. Dan rumah yang terasa hangat akan jadi tempat istirahat paling nyaman dari kerasnya dunia.

  1. Perbanyak syukur & maaf setiap hari

Kunci terakhir, namun paling kuat: syukur dan maaf. Syukur membuat kita fokus pada nikmat, bukan kekurangan. Maaf membuat kita rileks dari drama yang tidak perlu. Dua hal ini adalah bensin yang membuat keluarga berjalan jauh. Suami-istri yang mudah memaafkan akan panjang umurnya dalam cinta. Anak-anak yang tumbuh dalam suasana syukur akan memiliki hati yang sehat dan bahagia.

Baca Juga: Hati-hati Jebakan Pengiriman Pasukan Perdamaian ke Gaza

Keluarga harmonis bukan keluarga tanpa masalah, tapi keluarga yang penuh syukur dalam nikmat dan penuh maaf dalam kekurangan.

Keluarga harmonis dan penuh berkah tidak datang dari kesempurnaan, tetapi dari usaha kecil yang dilakukan terus-menerus. Dari doa yang dibisikkan diam-diam. Dari kesabaran yang dipeluk pada saat tersulit. Dari sikap saling menenangkan, bukan saling menyalahkan. Semoga Allah menjadikan keluarga kita sakinah, mawaddah, penuh rahmah, dan penuh keberkahan. Aamiin.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Fitnah Takkan Menguasai Muslim yang Berjama’ah

Rekomendasi untuk Anda

Tausiyah
MINA Edu
MINA Edu