TANGGAL 15 Mei 2025 ini, rakyat Palestina dan masyarakat global yang peduli Palestina, memperingati tragedy 77 tahun lalu, yang dikenal dengan Hari Nakbah (Nakba Day) 15 Mei 1948.
Hari Nakbah terjadi sehari setelah Zionis menumumkan ‘Negara Israel’ di tanah jajahannya, Palestina, 14 Mei 1948.
Peringatan Nakbah untuk menegaskan hak untuk kembali bagi warga Palestina ke tanah airnya sendiri, menolak pemukiman illegal Yahudi, dan menunjukkan bahwa perlawanan terhadap pendudukan tidak akan pernah berhenti, sampai bangsa Palestina merdeka dan berdaulat di tanah airnya sendiri.
Peringatan 77 tahun Hari Nakbah tahun ini terjadi di tengah genosida yang dilakukan pasukan Zionis Israel di Jalur Gaza. Serangan pasukan Zionis juga berlangsung di kamp-kamp wilayah Tepi Barat.
Baca Juga: Menangkap Pesan Kuat Hamas di Balik Pembebasan Sandera AS
Walapun demikian, warga Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat tetap turun ke jalan memperingati 77 tahun Hari Nakbah, Kamis (15/5/2025).
Peringatan tahun ini berlangsung di tengah genosida Zionis yang menghancurkan di Gaza dan eskalasi sistematis di Tepi Barat yang mengancam akan mengulang Nakba 1948 melalui pemindahan paksa warga setempat.
Peringatan datang pada saat pejabat Zionis Israel kembali menegaskan ancaman mereka untuk memaksakan kontrol penuh atas Jalur Gaza dan menggusur paksa penduduknya, pernyataan yang mengingatkan pada Hari Nakbah tahun 1948.
Sementara itu, perluasan operasi militer dan agresi di Tepi Barat telah mengosongkan beberapa kamp pengungsian dari penghuninya.
Baca Juga: Toko Oleh Oleh Haji di Makassar Paling Lengkap dan Murah, Cek di Sini!
Peringatan utama diselenggarakan di pusat kota Ramallah, dengan para peserta membawa bendera Palestina dan spanduk hitam bertuliskan kata-kata “Kembali” dan gambar kunci, serta plakat yang memuat nama desa dan kota asal mereka.
Mahasiswa dan karyawan diminta untuk mengambil cuti dan meninggalkan tempat kerja mereka untuk berpartisipasi dalam peringatan tersebut, sementara anak-anak sekolah diangkut dengan bus.
Kejahatan Zionis
Warga Palestina khawatir terulangnya peristiwa Nakbah 1948, yang menyebabkan sekitar 700.000 orang terusir saat itu, dan tak kembali lagi.
Baca Juga: Dunia Haji Oleh Oleh Haji dan Umroh Tanah Abang Jakarta: Surga Belanja Jamaah di Ibukota
Bayangan itu terlihat di depan mata, ketika sebagian besar penduduk di Jalur Gaza yang berjumlah sekitar 2,4 juta orang telah mengungsi setidaknya satu kali sejak pecahnya perang Oktober 2023.
Setelah gencatan senjata yang berlangsung selama sekitar dua bulan, Israel melanjutkan agresinya di Jalur Gaza pada tanggal 18 Maret 2025.
Pada awal Mei ini, Kabinet Keamanan Israel menyetujui rencana untuk menguasai Jalur Gaza dan memindahkan banyak penduduknya, setelah mengerahkan puluhan ribu tentara cadangan.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan kantornya, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan tentara Israel akan memasuki Jalur Gaza dengan kekuatan penuh dalam beberapa hari mendatang.
Baca Juga: Ini Dia Pusat Oleh Oleh Haji Semarang yang Selalu Jadi Buruan Jamaah!
Genosida yang dilakukan pasukan Zionis Israel, telah menewaskan setidaknya 52.928 warga di Jalur Gaza dan ribuan lainnya terluka.
Menurut laporan dari Biro Statistik Pusat Palestina, Israel telah membunuh 154.000 warga Palestina dan Arab di Palestina sejak tahun 1948, selain mencatat sekitar satu juta penangkapan sejak Hari Naksah (Kemunduran) tahun 1967, ketika Israel menduduki Jalur Gaza dan Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur.
Laporan menjelaskan bahwa jumlah syuhada sejak dimulainya Intifada Al-Aqsa tahun 2000 hingga saat ini telah mencapai sekitar 64.500.
Pernyataan tersebut menyatakan bahwa di antara mereka terdapat “lebih dari 52.900 martir selama agresi Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, selain lebih dari 11.000 warga negara yang hilang.”
Baca Juga: Air Haji: Benarkah Air Zamzam yang Dibawa Pulang dari Tanah Suci? Ini Penjelasan Lengkapnya
Di Tepi Barat, menurut pernyataan tersebut, 964 orang telah terbunuh sejak dimulainya agresi pendudukan Israel pada 7 Oktober 2023.
Hari Nakbah dalam angka Biro Statistik Pusat Palestina menyatakan bahwa 957.000 warga Palestina mengungsi dari total 1,4 juta orang yang tinggal di sekitar 1.300 desa dan kota Palestina pada tahun 1948.
Warga Palestina pun terusir ke Tepi Barat, Jalur Gaza, dan negara-negara Arab tetangga, selain pengungsian internal ribuan warga Palestina di wilayah yang diduduki Israel.
Saat itu, Zionis Israel menguasai 774 desa dan kota Palestina, 531 di antaranya hancur total. Sementara sisanya menjadi sasaran pendudukan.
Baca Juga: Haji Maqbul dan Mabrur
Menurut laporan Palestina, “Proses pembersihan tersebut diiringi dengan aksi geng-geng Zionis yang melakukan lebih dari 70 pembantaian terhadap warga Palestina, yang mengakibatkan lebih dari 15.000 warga Palestina menjadi syahid.”
Setelah Hari Nakbah hingga kini, Zionis Israel menguasai lebih dari 85 persen wilayah Palestina bersejarah, yang luasnya sekitar 27.000 kilometer persegi.
Namun demikian, menurut Biro Statistik Pusat Palestina, jumlah total warga Palestina di dunia mencapai 15,2 juta orang pada pertengahan tahun 2025. Catatan juga menyebutkan bahwa jumlah warga Palestina justru telah meningkat sekitar 10 kali lipat sejak peristiwa Nakbah 1948.
Pernyataan itu mencatat bahwa populasi Jalur Gaza telah menurun sebesar 10 persen sejak tahun 2023 karena perang pemusnahan Israel yang sedang berlangsung.
Baca Juga: Masjid Al-Aqsa Semakin Mengkhawatirkan
Dampak serangan genosida Israel bukan hanya mengakibatkan gugurnya puluhan ribu warga, tapi juga menghancurkan infrastuktur bangunan yang ada.
Pendudukan Israel telah menghancurkan lebih dari 68.900 bangunan, dan sekitar 110.000 bangunan rusak parah. Jumlah unit rumah yang hancur, baik seluruhnya maupun sebagian, diperkirakan lebih dari 330.000, yang merupakan lebih dari 70 persen dari unit rumah di Jalur Gaza.
Menurut sumber yang sama, perang tersebut juga telah mengakibatkan hancurnya lebih dari 500 sekolah dan universitas, 828 rumah sakit dan masjid, 3 gereja, 224 kantor pusat pemerintahan, dan ribuan fasilitas ekonomi.
Perang tersebut juga telah menghancurkan semua aspek infrastruktur, termasuk jalan, saluran air dan listrik, saluran pembuangan limbah, dan lahan pertanian.
Baca Juga: Berapa Kali Rosulullah Shalallahu Alaihi Wasalam Berhaji Setelah Islam? Ini Penjelasannya
Laporan tersebut juga menyatakan bahwa jumlah lokasi kolonial dan pangkalan militer Israel di Tepi Barat mencapai 551 titik pada akhir tahun 2024.
Otoritas pendudukan Israel dan pemukim melakukan 16.612 serangan terhadap warga Palestina di Tepi Barat dan properti mereka sepanjang tahun.
Perjuangan Palestina Semakin Kuat
Kini generasi keempat atau kelima Palestina sejak 1948, yang tak mengalami langsung tragedi Hari Nakbah 1948, akan tetap konsisten untuk mengambil hak mereka untuk kembali (Global Return) dan memiliki negara merdeka sendiri dengan Yerusalem sebagai ibukota abadinya.
Baca Juga: Krisis Kemanusiaan di Palestina: Solusi dan Tantangan Global
Generasi baru Palestina, di dalam dan di luar Palestina, ketika ditanya dari mana mereka berasal, mereka pasti tetap akan menjawab dengan kota atau desa nenek moyang mereka lahir, di Palestina, bukan tempat mereka tinggal sekarang.
“Peringatan yang tidak boleh dilupakan oleh generasi kini,” kata anggota Dewan Revolusi Fatah, Dr. Abdel-Hakim Awad dalam laporan Fatehgaza Media.
“Peringatan Hari Nakbah tiap 15 Mei, adalah hari yang harus selalu diingat dalam kaitan dengan Deklarasi Balfour, yang memberikan hak yang tidak pantas bagi penjajah atas reruntuhan orang tak berdaya yang diusir dari rumah mereka,” katanya.
Komunitas Palestina di mancanegara juga tidak tinggal diam. Mereka segera dan ikut bergerak bergabung dalam berbagai aksi dan acara yang diselenggarakan oleh berbagai organisasi dalam peringatan Hari Nakbah.
Baca Juga: Bergabung dalam Perlawanan Palestina Melalui Hari Keffiyeh Sedunia
Ini mengingatkan bahwa adalah kewajiban rakyat Palestina di seluruh dunia untuk mengibarkan panji perlawanan menghadapi Zionis, dan inilah saatnya bagi diaspora Palestina untuk merebut kembali peran integralnya dalam perjuangan pembebasan Palestina.
Warga Palestina di berbagai belahan dunia percaya bahwa mereka akan kembali ke tanah airnya, tanah dan wakaf kaum Muslmin, tidak peduli entah berapa tahun, puluh atau ratusan tahun lagi mereka akan mengambilnya.
Kekuatan keyakinan mereka melebihi keyakinan Yahudi Israel tatkala hendak merebut Palestina sejak 1897 hingga 1948 saat itu.
Kota dan desa boleh saja dihancurkan, kunci-kunci boleh pula dihilangkan, dan tanah pekarangan dan pohon-pohon zaitun bisa saja dibakar. Namun, semangat perjuangan itu tidak dapat hancur dan tak akan pernah padam. Keinginan untuk kembali mengambil hak milik sendiri warisan tanah Muslimin tidak akan hilang, dan api semangat jihad untuk kemerdekaan bangsa Palestina serta pembebasan Al-Aqsa dan Yerusalem dari penjajahan Zionis Israel akan terus berlangsung.
Persatuan Dunia Islam
Pada sisi lainnya ratusan jutaan kaum Muslimin dan manusia-manusia yang masih punya jiwa kemanusiaan, bersedia memberikan solidaritas dan pembelaannya terhadap Palestina dan Masjidil Aqsa.
Lebih khusus lagi tentunya, perjuangan pembebasan Masjid Al-Aqsha dan kemerdekaan Palestina akan semakin kuat manakala ditopang oleh persatuan dunia Islam di muka bumi ini.
Hal ini seperti disampaikan olej Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto yang menegaskan bahwa perjuangan kemerdekaan Palestina akan semakin kuat jika negara-negara Islam bersatu.
“Indonesia akan terus berdiri bersama Palestina. Perjuangan ini akan semakin kuat bila kita, dunia Islam, negara-negara Islam yang mewakili seperempat umat manusia bisa bersatu,” ujar Presiden Prabowo dalam pidatonya pada pembukaan Sidang ke-19 Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC) di Ruang Paripurna Gedung Nusantara, DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu malam (14/5/2025).
Ia menambahkan, “Marilah kita atasi perbedaan kita. Marilah kita atasi kecurigaan kita. Marilah kita atasi rivalitas di antara kita. Marilah kita lihat hal-hal yang penting, yaitu keselamatan umat Islam. Marilah kita lihat masa depan peradaban Islam. Islam pernah memimpin dunia dalam peradaban, dalam sains dan teknologi, dan kita harus kembali untuk meraih sains dan teknologi supaya kita bisa mengangkat kesejahteraan rakyat kita.”
“Tidak mungkin kita kuat kalau rakyat kita miskin. Tidak ada negara miskin yang kuat. Untuk itu kita harus keluar dari kemiskinan. Kita harus berjuang untuk mengangkat rakyat kita masing-masing dari kemiskinan. Dan untuk itu dibutuhkan pemerintah yang bersih. Hanya dengan pemerintah yang bersih kita bisa mencapai kemakmuran,” lanjutnya.
Berbicara tentang dukungan terhadap perjuangan Palestina, Presiden Prabowo mengatakan, “Dalam forum itu saya menegaskan kembali komitmen bangsa Indonesia yang tidak akan pernah surut, tidak akan pernah berhenti, dalam membela hak rakyat Palestina untuk merdeka. Saya ulangi kembali di forum ini, sudah tiba waktu, jangan kita sekedar berdiskusi, jangan menyusun resolusi-resolusi lagi. Rakyat Palestina terlalu lama menjadi korban, rakyat Palestina membutuhkan suatu keberpihakan, suatu tindakan yang nyata.”
Peringatan tragedi 77 Hari Nakbah 15 Mei 1948 tahun ini, ditandai dengan semangat perlawanan para pejuang dan rakyat Palestina yang tiada henti. Semangat yang diperkuat oleh kesadaran solidaritas masyarakat global. Tentu ini akan semakin kuat manakala persatuan dunia Islam, negara-negara berpenduduk Islam semakin memberikan dukungannya kepada Palestina.
Negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim yang sudah menjalin normalisasi dengan ‘Negara Israel’, saatnya melepas hubungan diplomatik dengan pendudukan yang telah berlumur darah membuat genosida terhadap warga Palestina.
Semua itu dalam rangka menghentikan kejahatan genosida yang dilakukan Zionis Israel di Jalur Gaza khususnya, dan di seluruh Palestina umumnya. []
Mi’raj News Agency (MINA)