Gaza, MINA – Koordinator Kemanusiaan PBB melaporkan bahwa 87,8 persen wilayah Jalur Gaza kini berada dalam teror militer penjajah Zionis Israel, melalui perintah evakuasi paksa dan status zona militer yang mencekam. Hanya sekitar 12 persen wilayah yang tersisa sebagai tempat pelarian bagi lebih dari 2,1 juta warga Palestina, yang kini hidup tanpa akses terhadap air bersih, listrik, makanan, dan layanan medis dasar.
Serangan brutal penjajah Zionis pada Senin (21/7) menyasar pusat Kota Gaza, termasuk area vital tempat beroperasinya berbagai organisasi kemanusiaan internasional. Serangan ini merupakan bagian dari strategi keji penjajah untuk memecah-belah Gaza melalui koridor militer, membatasi gerak penduduk sipil, dan melumpuhkan bantuan kemanusiaan. Anadolu Agency melaporkan.
Deir al-Balah, satu-satunya kota yang sebelumnya belum hancur lebur oleh serangan darat besar-besaran, kini mulai digempur. Kota ini menjadi tempat berlindung terakhir bagi puluhan ribu pengungsi yang terusir dari wilayah utara dan tengah.
“Deir al-Balah kini berada di ambang kehancuran, seperti kota-kota lain sebelumnya. Warga tidak punya tempat untuk lari,” kata seorang relawan medis di lokasi.
Baca Juga: Kondisi Terkini Warga Gaza, Sepertiga Penduduk Tak Makan Berhari-hari
Zionis Israel mengklaim bahwa serangan militer ini untuk menekan kelompok perlawanan yang dipimpin Hamas agar membebaskan sandera. Namun kelompok keluarga sandera sendiri mengecam keras tindakan militer tersebut, menyebutnya justru membahayakan para sandera dan mempertanyakan tujuan sejati serangan militer itu.
Di sisi lain, Badan Pangan PBB (WFP) melaporkan bahwa pasukan penjajah menembaki kerumunan warga sipil Palestina yang tengah mengantre bantuan makanan, menambah daftar panjang kejahatan terhadap warga tak berdosa. Kementerian Kesehatan Gaza menyebut serangan itu sebagai salah satu pembantaian paling mengerikan terhadap warga sipil sepanjang agresi ini.
Dalam pernyataan mengejutkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa pasukan Zionis menggerebek rumah staf mereka di Deir al-Balah, memaksa perempuan dan anak-anak mengungsi ke pantai tanpa perlindungan.
“Staf laki-laki diborgol, ditelanjangi, diinterogasi di tempat, dan diperiksa dengan todongan senjata,” tegas WHO.
Baca Juga: Militer Israel Hadapi Krisis Serius, 18.500 Lebih Tentara Cedera dan Trauma
Empat orang ditangkap secara semena-mena; tiga di antaranya dibebaskan, satu orang masih ditahan oleh tentara Zionis Israel.
Gudang utama WHO juga dilaporkan rusak berat akibat ledakan dan kebakaran hebat, sehingga mengganggu pendistribusian obat-obatan dan bantuan darurat ke rumah sakit yang masih bertahan.
PBB melaporkan dua wisma staf internasional mereka di Deir al-Balah hancur diterjang pecahan bom, kemungkinan besar akibat serangan udara penjajah. Juru Bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan staf PBB tetap melanjutkan pekerjaan mereka di tengah risiko besar demi menyelamatkan rakyat Palestina.
Militer Zionis tidak memberikan keterangan atas kehancuran fasilitas kemanusiaan tersebut. Saat dimintai konfirmasi, mereka hanya menyebut bahwa “relokasi” organisasi bantuan akan difasilitasi jika dianggap perlu.
Baca Juga: Israel Serang Tempat Penampungan Staf dan Gudang Utama WHO
Dalam perkembangan diplomatik, Inggris, Prancis, dan 23 negara Barat lainnya mengeluarkan pernyataan keras yang menyerukan penghentian segera agresi di Gaza, mengkritik pembatasan bantuan kemanusiaan oleh Zionis Israel, dan mendesak pembebasan para sandera.
Dunia internasional kian mendesak penghentian genosida, penyelidikan internasional atas kejahatan perang, dan penegakan akuntabilitas terhadap Zionis Israel yang terus melanggengkan penjajahan dan penindasan.[]
Mi’raj News Agency
Baca Juga: Dibayangi Investigasi Kejahatan Perang, Tentara Israel Takut Pulang ke Kanada