Banda Aceh, 30 Safar 1437/12 Desember 2015 (MINA) – Dakwah merupakan suatu perbuatan mengajak manusia kepada jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan cara yang baik dan penuh kesantunan (bil hikmah walmauizatil hasanah).
Karenanya, sikap kasar, kata-kata caci maki dan penuh kesombongan serta merasa dirinya yang paling benar dalam penyampaian dakwah justru akan membawa dampak buruk bagi keberhasilan dakwah itu sendiri. Demikian Ustaz Teuku Azhar Ibrahim, Pimpinan Dayah Baitul Arqam Sibreh, Aceh Besar saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak Jeulingke, beberapa waktu lalu.
“Dakwah adalah sebuah pekerjaan penuh kesantunan dan keteladanan. Tentunya menjadi sangat jika ada da’i dalam menyampaikan dakwahnya dengan cara kasar dan caci maki dengan kata-kata tidak pantas sehingga terkesan da’i itu tidak berakhlak,” ujar Teuku Azhar.
Pada pengajian yang dimoderatori Tgk. Tarmizi A. Hamid dengan tema, “Dinamika Dakwah dan Tantangannya” itu, Ustaz Azhar menambahkan, berdakwah dengan cara yang kasar, merupakan membunuh diri sendiri dan membantu orang kafir (nonmuslim) dalam menjelekkan Islam.
Dalam berdakwah, Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga mengingatkan dalam firman-Nya, “Maka disebabkan kasih sayang Allah lah engkau berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka berpaling dari sekelilingmu,” (QS. Ali Imran: 159).
”Kita ceramah dan berdakwah sampai berbuih mulut, tapi jika perilaku menyimpang maka tak ada hasil apa-apa. Berdakwah dengan hikmah dan mauizatil hasanah dan berbicara bagus, tapi perilaku da’i buruk juga tidak bisa diharapkan manfaatnya,” sebutnya.
Teuku Azhar Ibrahim yang selama ini sering berdakwah dan menyampaikan Islam di Australia, juga membeberkan keberhasilan capaian keberhasilan dakwah di Sydney. Keberhasilan dakwah di Negara Kangguru itu, bukanlah disebabkan dengan ceramah semata, tapi lebih banyak lewat akhlak dan prilaku hidup seorang seorang muslim sesuai ajaran Islam.
“Setiap Muslim adalah da’i yang bertugas menyampaikan kebenaran ajaran Islam kepada orang-orang non muslim. Cara paling efektif adalah, tunjukkan akhlak dan prilaku Islam sehari-hari dari diri seorang muslim. Kita umat Islam harus menjadi iklan keteladanan dalam agama kita. Inilah yang menjadi kunci sukses dakwah di Australia, dengan akhlak kita yang baik, maka tiap hari banyak orang di sana yang masuk Islam,” ungkap Ustaz Azhar yang juga alumni Timur Tengah ini.
Baca Juga: Imaam Yakhsyallah Mansur: Ilmu Senjata Terkuat Bebaskan Al-Aqsa
Untuk itu, ia juga berharap, agar metode dakwah di Aceh kepada orang Islam itu sendiri, harus mengutamakan keteladanan, akhlak dan prilaku muslim sesuai ajaran agama Islam.
“Menjadi da’i itu adalah sebuah pekerjaan yang tidak akan pernah ada habis-habisnya. Jangan pernah berharap jadi orang kaya dalam dakwah, tapi persiapkan diri dengan berbagai banyak masalah yang akan muncul. Jika seorang dai menjadikan dakwah sumber kehidupan akan timbul masalah, karena bisa menyembunyikan kebenaran dakwah.Kegiatan dakwah jangan jadi drama dan da’i jangan jadi tukang lawak,” pesannya.
Sementara itu, terkait dengan peringatan Hari Hak Azasi Manusia (HAM) se-Dunia pada 10 Desember , Ustaz Azhar Ibrahim juga berpesan agar HAM itu sendiri jangan diskriminatif dan hanya berlaku untuk umat Islam saja.
“Lihat perlakuan dan pembantaian terhadap umat Islam di Rohingya, Palestina, Suriah dan negara Timur Tengah lainnya termasuk di Afrika, tidak ada yang bicara HAM. Tapi begitu ada kejadian yang menjadi korban nonmuslim dan pelaku mengarah kepada orang Islam seperti di Paris baru-baru ini, reaksi dunia internasional luar biasa dan langsung dilabelkan teroris. Tapi bom yang dijatuhkan di Suriah tak ada yang sebut kriminal/teroris tapi dibilang hak Inggris dan Rusia membalas, meski korbannya anak-anak dan perempuan,” ungkapnya.
Baca Juga: Kunjungi Rasil, Radio Nurul Iman Yaman Bahas Pengelolaan Radio
Begitu juga berkaitan dgn kebebasan, ketika gereja ditutup di Aceh itu berita yang muncul kemana-mana. Sementara di Inggris dan negara Eropa lainnya ratusan masjid ditutup, orang muslimah ditarik jilbabnya, media-media barat diam saja.
“Sangat memilukan kita, orang yang telanjang itu disebutkan bentuk kebebasan, tapi orang pakai jilbab justru dilarang di Eropa. Kenapa nonmuslim bebas, sementara orang Islam dilarang menjalankan perintah agamanya,” sebutnya.
Ustaz Teuku Azhar Ibrahim menilai, selama ini begitu besar pengaruh media dalam merubah cara berpikir orang sehingga anti Islam di mana-mana. Yang ada dalam pikiran mereka yang dipikirkan tentang Islam itu adalah teroris, anti wanita, melanggar HAM dan citra negatif lainnya.
“Selama ini, harus kita akui, banyak media sudah merusak wajah umat Islam. Karenanya, menjadi tanggung jawab kita dan kalangan media di Aceh seperti KWPSI untuk memberi gambaran yang benar dan sesungguhnya tentang citra Islam yang sudah terlanjur di rusak oleh media-media luar,” terangnya. (T/R05/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Sertifikasi Halal untuk Lindungi UMK dari Persaingan dengan Produk Luar