Kyodo, 24 Rabi’ul Akhir 1437/3 Februari 2016 (MINA) – Para pengungsi Rohingya di Jepang mencoba berbaur dan membantu satu sama lain untuk bisa hidup, sekalipun mereka tidak memiliki akses pendidikan, pekerjaan, dan kesehatan.
Mereka tetap tersenyum, sekalipun kenyataan yang mereka hadapi sulit. Apalagi jika sambil menengoki masa lalu. Kondisi itu terungkap dalam sebuah film dokumenter yang diproduksi seorang mahasiswa Universitas Keio Jepang, Shiori Suzuki.
“Mereka tidak tampak sedih dan tetap bahu membahu, meskipun menghadapi kenyataan yang pahit. Saya benar-benar terkesan,” ujar Suzuki seperti dilaporkan The Japan Times, Selasa (2/2).
Suzuki berharap masyarakat Jepang bisa lebih dekat dengan pengungsi Rohingya di Tatebayashi, Prefektur Gunma, sehingga mereka tidak merasa terasing. Selama 18 bulan, Suzuki mengikuti kehidupan 50 dari total 200 pengungsi Rohingya.
Baca Juga: Israel Perintahkan Warga di Pinggiran Selatan Beirut Segera Mengungsi
Dalam filmnya yang berjudul “Hikari” (cahaya), anak-anak tampak sedang bermain. “Film ini fokus pada kehidupan sehari-hari pengungsi Rohingya di Jepang. Kami ingin audiens tahu bagaimana wajah sebenarnya pengungsi di Jepang,” tandas Suzuki.
Pada 2013, Suzuki pernah mengunjungi Myanmar untuk berwisata. Namun, saat itu, dia tidak tahu tentang situasi memilukan minoritas muslim Rohingya. Dia mengetahuinya ketika kembali ke Jepang setelah banyak membaca surat kabar.
Sejak saat itu, Suzuki memutuskan untuk merekam kehidupan etnis pengungsi Rohingya yang berada di Jepang. Aktivitas paling umum yang dia rekam ialah aktivitas di dapur, di rumah penampungan, dan di lapangan olahraga sekolah.
Film itu rampung pada musim gugur 2014 dan mulai menarik perhatian, termasuk dari Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR). Suzuki mengaku ingin membantu Rohingya semampu yang dia bisa atas alasan kemanusiaan. (L/P020/P4)
Baca Juga: Diboikot, Starbucks Tutup 50 Gerai di Malaysia
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)