SHOHIBUL Wafa Tajul Arifin atau lebih dikenal sebagai Abah Anom merupakan seorang ulama kharismatik asal Tasikmalaya, Jawa Barat, yang dikenal luas sebagai pelopor pendekatan spiritual dalam rehabilitasi pecandu narkoba melalui metode Inabah di Pesantren Suryalaya.
Tidak hanya sebagai mursyid Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN), beliau juga memainkan peran penting dalam membina moral bangsa dan memberikan kontribusi besar bagi pembangunan karakter umat di Indonesia.
Pesantren yang lebih dikenal semasa kepemimpinan Abah Anom, menjadi pusat spiritual dan pusat rehabilitasi yang unik di Indonesia. Ia bukan sekadar ulama tarekat, melainkan juga seorang pelayan umat, pengayom bangsa, dan pembaharu pendekatan sosial berbasis agama.
Abah Anom lahir pada 1 Januari 1915 di Suryalaya, Tasikmalaya, Jawa Barat. Beliau adalah putra dari KH. Abdul Fattah, pengasuh Pesantren Suryalaya yang juga merupakan mursyid Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN). Sejak kecil, Abah Anom telah dibentuk dalam lingkungan religius yang kental dengan suasana zikir, ilmu, dan pengabdian.
Baca Juga: Ki Hajar Dewantara: Bapak Pendidikan Nasional Indonesia
Ia menempuh pendidikan dasar di pesantren keluarganya, kemudian melanjutkan studi ke berbagai pesantren di Jawa. Kecerdasannya dalam memahami kitab-kitab klasik membuatnya cepat matang secara keilmuan dan spiritual. Setelah menguasai ilmu syariat dan hakikat, ia dinyatakan sebagai khalifah tarekat oleh ayahnya dan pada 1956, ia resmi menjadi mursyid TQN Suryalaya.
Sebagai mursyid, Abah Anom membawa TQN Suryalaya ke era baru. Beliau membuka pesantren untuk semua golongan masyarakat, termasuk mereka yang sebelumnya dianggap “tidak layak” masuk lingkungan religius: para pemuda nakal, preman, dan pecandu narkoba. Abah Anom percaya bahwa setiap manusia memiliki potensi suci yang dapat dibangkitkan kembali melalui pendekatan spiritual dan kasih sayang.
Pesantren Suryalaya pun berkembang menjadi pusat pembinaan mental dan spiritual yang inklusif. Selain mengajarkan ilmu keislaman, pesantren ini juga menekankan zikir, kedisiplinan, dan keterampilan hidup sebagai bagian dari pendidikan total.
Salah satu inovasi besar Abah Anom adalah pendekatan tasawuf dalam merehabilitasi pecandu narkoba. Ia menyadari bahwa kecanduan bukan hanya soal fisik, tetapi juga kekosongan spiritual. Oleh karena itu, terapi utama yang digunakan adalah zikir—mengingat Allah secara terus-menerus dalam berbagai bentuk (zikir jahr dan zikir khafi).
Baca Juga: Teungku Ahmad Dewi; Orator Ulung Pendiri Dayah Barisan Teuntra Merah
Program ini dijalankan melalui wadah bernama Inabah, yang berarti “kembali”—kembali kepada Tuhan, kepada kesadaran diri, dan kepada hidup yang bermakna. Inabah menggabungkan: Zikir dan pembinaan spiritual, Kedisiplinan pesantren, Pendekatan psikologi Islami, dan Kegiatan fisik serta sosial.
Para peserta Inabah, baik remaja maupun orang dewasa, tinggal di pesantren dalam waktu tertentu. Mereka dilatih hidup teratur, beribadah dengan konsisten, serta mendalami makna hidup dan tanggung jawab pribadi.
Banyak keluarga, bahkan instansi pemerintah, akhirnya mempercayakan proses rehabilitasi kepada Pesantren Suryalaya. Bahkan, Kementerian Sosial RI mengadopsi pendekatan Inabah sebagai model nasional. Hingga kini, lebih dari 40 cabang Inabah tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan Malaysia.
Peran Abah Anom bukan hanya terbatas pada dunia pesantren dan tasawuf. Ia juga dikenal sebagai figur yang mampu menyatukan spiritualitas dengan kebangsaan. Pandangan beliau tentang Islam yang moderat, inklusif, dan berorientasi pada pembinaan manusia menjadi rujukan banyak tokoh nasional.
Baca Juga: RA Kartini Ingin Menjadi Hamba Allah
Beberapa kontribusinya Abah Anom antara lain pada bidang pendidikan alternatif nasional, melalui sistem pesantren terbuka, Abah Anom menyediakan ruang pendidikan non-formal bagi masyarakat akar rumput, termasuk mereka yang termarjinalkan.
Selain itu, Abah ANom juga berkonstribusi pada pemulihan sosial nasional, pendekatan Inabah terbukti lebih efektif dalam memulihkan pecandu narkoba dibandingkan pendekatan medis murni yang tidak menyentuh dimensi spiritual.
Abah Anom juga terkenal sebagai konsultan spiritual tokoh nasional. Beberapa tokoh bangsa diketahui pernah berguru atau meminta nasihat kepada Abah Anom. Hal ini menunjukkan bahwa kebijaksanaan beliau dihormati lintas kalangan.
Abah Anom senantiasa menanamkan tiga prinsip utama: Ikhlas: beramal karena Allah, bukan karena pamrih dunia. Istiqamah: berpegang teguh dalam ibadah dan perjuangan. Rahmatan lil ‘alamin: kasih sayang terhadap sesama makhluk. Beliau menolak keras segala bentuk kekerasan atas nama agama dan menekankan pentingnya memperbaiki diri sebelum menyalahkan orang lain.
Baca Juga: Nyai Walidah, Lentera Perempuan, Warisan Bangsa
Abah Anom wafat pada 5 September 2001 dan dimakamkan di kompleks Pesantren Suryalaya. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi ribuan murid dan jutaan umat yang pernah merasakan sentuhan kasih spiritualnya. Namun, warisannya tetap hidup melalui lembaga-lembaga pendidikan, cabang tarekat, dan program rehabilitasi yang terus berjalan.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Abuya Syech Amran Waly al-Khalidy Ulama Tauhid Tasauf Aceh