New York, MINA – Pada pidatonya yang jarang terjadi di Dewan Keamanan PBB, New York, Presiden Palestina Mahmoud Abbas memaparkan “rencana perdamaian” di bawah mediasi internasional yang baru.
Rencana itu akan mengurangi peran Amerika Serikat (AS) dengan adanya keterlibatan mediasi dari negara lain.
Keputusan Presiden AS Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, membuat marah orang-orang Palestina, sehingga Washington dipandang tidak layak lagi berperan sebagai mediator utama dalam proses perdamaian Timur Tengah.
“Untuk menyelesaikan pertanyaan tentang Palestina, penting untuk membentuk mekanisme internasional multilateral yang berasal dari sebuah konferensi internasional,” kata Abbas, Selasa (20/2), demikian Nahar Net melaporkan.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Pada kesempatan itu, Abbas menyerukan sebuah konferensi internasional pada pertengahan 2018 untuk meluncurkan proses perdamaian Timur Tengah yang baru dan lebih luas, serta membuka jalan menuju kenegaraan Palestina.
Dia mengatakan bahwa konferensi tersebut akan dihadiri oleh Israel dan Palestina, para pemain regional, lima anggota tetap Dewan Keamanan (Inggris, Cina, Prancis, Rusia dan Amerika Serikat), dan Kuartet diplomatik yang terdiri dari Uni Eropa, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Rusia dan Amerika Serikat.
Abbas juga menyalahkan Israel atas gagalnya upaya perdamaian dengan mengatakan bahwa Tel Aviv telah menutup pintu solusi dua negara dalam konflik Palestina-Israel. (T/RI-1/P1)
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka