Ramallah, MINA – Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan, masalah Palestina sedang melalui masa-masa sulit, setiap orang dipanggil untuk melakukan segala upaya untuk melayani negara.
Abbas menegaskan, tidak ada negara Palestina tanpa Yerusalem, tidak ada negara di Gaza, dan tidak ada negara tanpa Gaza.
Hal itu Abbas sampaikan saat pertemuan pertama pada Sabtu (13/4) malam, di kantor pusat kepresidenan Ramallah City, di Tepi Barat, setelah susunan kabinet pemerintah ke-18 yang baru dibentuk, demikian Maan News melaporkan yang dikutip MINA.
“Kami memiliki banyak tugas yang sulit dan rumit, yang pertama adalah ‘Kesepakatan Abad Ini’, yang saya pikir tidak ada tersisa yang tidak diumumkan, dan Palestina telah menolak perjanjian ini sejak awal, karena itu mengecualikan Yerusalem dari Palestina. Oleh sebab itu kami tidak ingin sisanya. Tidak ada negara tanpa Yerusalem, tidak ada negara di Gaza, tidak ada negara tanpa Gaza,” ujar Abbas.
Baca Juga: Tentara Israel Mundur dari Kota Lebanon Selatan
Sementara itu, Abbas juga mengatakan, dia merasa tidak berguna untuk berbicara dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump tentang solusi atau masalah apa pun, setelah Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan Kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Mengenai pemotongan pajak Israel atas pendapatan Palestina, Abbas mengatakan “Israel mengatakan kepada kami bahwa setelah pemilihan umum Israel, mereka dapat berbicara tentang masalah ini. Kami sedang menunggu, karena pemilihan Israel telah berakhir dan kami siap untuk berbicara,” katanya.
Abbas menekankan konstanta nasional Palestina dan menekankan semua permukiman Israel yang dibangun di atas tanah Palestina adalah ilegal.
“Kami memiliki hak, dan akan tetap teguh serta melawan pendudukan Israel dengan segala cara yang sah untuk mendirikan negara Palestina merdeka kami dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya di perbatasan 1967,” tegasnya. (T/Ais/RI-1)
Baca Juga: PBB Adopsi Resolusi Dukung UNRWA dan Gencatan Senjata di Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)