Washington, MINA – Badan intelijen Israel telah mempertimbangkan operasi yang mirip dengan ledakan massal perangkat elektronik Hezbollah pekan ini setidaknya selama 15 tahun, menurut sumber intelijen AS kepada ABC News.
Dilansir dari rt.com, ribuan orang terluka di Lebanon akibat serangkaian ledakan alat komunikasi pada Selasa dan Rabu, ketika pager, walkie-talkie, dan perangkat lain yang digunakan oleh warga dan kelompok pejuang Hezbollah meledak secara bersamaan.
Israel tidak membenarkan atau membantah bertanggung jawab atas insiden tersebut, meskipun laporan media secara luas menggambarkannya sebagai rencana Mossad, yang melibatkan pemasangan perangkat dengan bahan peledak yang dikontrol dari jarak jauh.
Berbicara kepada ABC News, seorang sumber AS menyebutnya bahwa CIA telah lama enggan menggunakan taktik serupa. Di Lebanon, anak-anak termasuk di antara puluhan orang yang tewas dalam serangan itu, yang juga menyebabkan ribuan korban terluka.
Baca Juga: Kelelahan Meningkat, Banyak Tentara Israel Enggan Bertugas
Sebelumnya, The New York Times melaporkan bahwa perangkat yang disabotase dimulai pada musim panas 2023, mengutip beberapa pejabat yang mengetahui operasi tersebut.
Laporan ABC News menunjukkan bahwa BAC Consulting, sebuah firma berbasis di Hungaria yang disubkontrakkan oleh produsen elektronik Taiwan Gold Apollo untuk memproduksi pager bagi Hezbollah, adalah kedok Israel.
Perangkat tersebut tidak pernah berada di Hungaria dan BAC, tetapi melalui “perantara perdagangan, tanpa lokasi manufaktur atau operasional” di negara tersebut, kata juru bicara pemerintah di Budapest kepada media tersebut.
Pemerintah Taiwan juga telah membantah keterlibatan dalam isu gelombang kekerasan di Lebanon.
Baca Juga: Sempat Dilaporkan Hilang, Rabi Yahudi Ditemukan Tewas di UEA
Beirut dan pimpinan Hezbollah telah menyalahkan Israel atas insiden tersebut dan menyatakan bahwa Lebanon sekarang dalam keadaan perang dengan tetangganya itu. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Bahas Krisis Regional, Iran Agendakan Pembicaraan dengan Prancis, Jerman, Inggris