Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Abdul Mu’ti: Mari Bersatu Dukung Kemerdekaan Palestina

kurnia Editor : Widi Kusnadi - Jumat, 30 Agustus 2024 - 21:57 WIB

Jumat, 30 Agustus 2024 - 21:57 WIB

35 Views ㅤ

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti (Foto: MU)

Bantul, MINA – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti mengatakan bahwa ajakan bersatu digaungkan tidak sebatas pada ranah nasional, tetapi juga dalam isu global, yakni mendukung kemerdekaan perjuangan Bangsa Palestina saat ini dijajah Zionis Israel.

“Dan perbedaan merupakan sunnatullah, karena itu perbedaan jangan dijadikan alasan berpecah belah termasuk perbedaan pilihan politik,” pesan tersebut disampaikan Abdul Mu’ti dalam Tabligh Akbar dan Resepsi Milad 1 Dekade MBS Muhammadiyah Pleret, Kabupaten Bantul, Jumat (30/8).

Ia juga menyampaikan, umat Islam harus bersatu, namun bersatu itu tidak harus seragam. Mazhab boleh berbeda, tapi ketika kiblat dan Rasulnya sama maka sudah cukup menjadi alasan untuk bersatu. Dan ajakan bersatu digaungkan tidak sebatas bahkan sampai ranah nasional, dan global.

“Zionis Israel membunuh lebih dari 50 ribu warga Palestina, ini terjadi karena Islam tidak bersatu. Indonesia masih paling lantang mendukung kedaulatan dan kemerdekaan Palestina,” tegasnya.

Baca Juga: Mahasiswa UIN Jambi Raih Juara 1 Kaligrafi Kontemporer Tingkat Nasional

Namun, katanya dukungan diberikan Indonesia untuk Palestina akan kecil makna dan artinya jika umat Islam di seluruh dunia tidak bersatu. Karena itu dia meminta umat Islam bercermin dalam urusan persatuan.

Lebih lanjutnya, umat Islam jangan mudah terbelah karena urusan-urusan cabang (furu’). Sebab itu merupakan khazanah dalam dunia Islam, tidak bisa diseragamkan.

“Persoalan furu’iyah masih menjadi perdebatan, perkara furu’iyah akan selalu ada, bahkan di Muhammadiyah saja ada,” tuturnya.

Guru Besar Bidang Pendidikan Agama Islam ini mengajak untuk meneladani kisah Imam Syafi’i dengan Imam Malik. Meski statusnya mereka sebagai guru dan murid, namun perbedaan diantara mereka masih saja ada, namun saling menghormati.

Baca Juga: BPS: Kunjungan Wisman ke Indonesia Turun 6% pada Oktober 2024

“Maka kalau ada beda, pelajari sumber perbedaannya di mana dan saling bertenggang rasa. Perbedaan adalah bagian dari realita yang tidak bisa kita hindari,” pesan Mu’ti.

Umat Islam harus bersatu, jelang masa Pemilihan Kepala Daerah serentak. Di sisi lain keinginan bersatu tidak boleh menjadi alasan tak berpartisipasi dalam politik.

Menurutnya, Pilkada serentak 2024 merupakan fenomena politik yang lumrah dan biasa. Sebab orang memilih tidak calon a maupun b tidak berimplikasi pada kekafiran, oleh karena itu sikapi politik dengan biasa-biasa saja.

Ditengah realitas yang serba boleh, Abdul Mu’ti mengajak warga Muhammadiyah dan bangsa Indonesia serius menjalankan demokrasi secara substantif. Demokrasi tidak hanya urusan pemilu dan pemilu tidak hanya tentang uang.

Baca Juga: Gunung Ibu di Halmahera Barat Erupsi, Level III atau Siaga

“Maka kita harus tetap berpartisipasi politik, karena kita harus memutuskan pemimpin. Pilih dengan semangat kerukunan dan jangan memilih karena uang. Maka jangan pakai prinsip nomor piro wani piro,” harap Mu’ti.

Dia memandang jika praktik demokrasi dan politik masih berjalan seperti itu maka yang berkuasa akan tetap oligarki. Sebab prinsip-prinsip meritokrasi tidak berlaku, dan menjadi tembok besar penghalang politikus yang baik untuk berpartisipasi.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: UIN Jambi Gelar Prosesi Wisuda 2024 Jenjang Sarjana hingga Doktor

Rekomendasi untuk Anda