KH. ABDULLAH Syafi’ie adalah ulama besar asal Betawi yang dikenal luas sebagai pendiri Pesantren Assyafiiyah dan tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dengan latar belakang keilmuan Islam yang mendalam dan semangat nasionalisme yang tinggi, beliau memainkan peran penting dalam mendidik masyarakat serta melawan penjajahan lewat dakwah dan pendidikan.
Kiprah dan warisannya, termasuk berdirinya Universitas Islam As-Syafi’iyah (UIA), menjadikan KH. Abdullah Syafi’ie sebagai sosok sentral dalam sejarah Islam dan kemerdekaan di Jakarta. Beliau lahir pada 10 Oktober 1910 di Kampung Bali Matraman, Jakarta. Ia berasal dari keluarga yang taat agama, yang menjadi fondasi awal dalam pembentukan karakternya sebagai seorang ulama.
Orangtuanya, H. Syafi’ie bin H. Sairan dan Nona binti Sa’ari yang merupakan pengusaha kelahiran Betawi. H. Syafi’ie bin H. Sairan merupakan pengusaha grosiran mangga tinggal di Kampung Balimatraman, Tebet, Jakarta Selatan.
Pendidikan agamanya dimulai sejak usia dini di pesantren lokal. Ia kemudian melanjutkan studi ke berbagai pesantren besar di Jawa, termasuk Pesantren Tebuireng Jombang yang diasuh oleh KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama. Di sanalah ia memperdalam ilmu fikih, tafsir, hadits, dan tasawuf.
Baca Juga: KH Zainal Mustafa, Ulama Pejuang dari Tasikmalaya
Setelah menimba ilmu dari berbagai ulama besar, ia kembali ke tanah Betawi dan mulai mengabdi kepada masyarakat lewat pendidikan dan dakwah.
Abdullah Syafi’ie dikenal sebagai sosok yang sangat cerdas dan memiliki pemahaman agama yang mendalam. Ia sangat peduli terhadap pendidikan umat. Pada tahun 1930-an, ia mendirikan Pesantren Assyafiiyah di kawasan Jatinegara, yang kemudian berkembang menjadi salah satu pusat pendidikan Islam terbesar di Jakarta.
Pesantren ini tak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga membekali santri dengan semangat nasionalisme dan cinta tanah air. Dalam setiap ceramahnya, KH. Abdullah Syafi’ie selalu menekankan pentingnya menjaga keutuhan bangsa dan meraih kemerdekaan dari penjajahan.
Sebagai seorang ulama Betawi, KH. Abdullah Syafi’ie sangat aktif dalam pergerakan nasional. Ia menggunakan mimbar masjid dan majelis taklim sebagai media perjuangan, menyampaikan pesan-pesan persatuan, perlawanan terhadap penjajah, serta pentingnya pendidikan sebagai jalan menuju kemerdekaan.
Baca Juga: Inspirasi Prof. Abdul Fatah El-Awaisi untuk Pembebasan Baitul Maqdis
Pada masa pendudukan Jepang, ia menjadi salah satu tokoh yang sangat dihormati karena keberaniannya menyuarakan aspirasi rakyat. Pasca proklamasi 1945, ia juga ikut terlibat dalam upaya mempertahankan kemerdekaan, terutama melalui peran strategisnya dalam membina umat dan menggalang kekuatan moral masyarakat Betawi.
Abdullah Syafi’ie juga dikenal sebagai penghubung antara kalangan ulama dan pemerintah, menjembatani komunikasi antara umat dan negara dalam masa-masa kritis awal kemerdekaan.
Warisan terbesar KH. Abdullah Syafi’ie adalah dedikasinya terhadap dunia pendidikan dan dakwah. Pesantren Assyafiiyah yang ia dirikan terus berkembang hingga kini, bahkan sudah memiliki cabang di berbagai wilayah dan jenjang pendidikan dari TK hingga perguruan tinggi.
Pesantren Assyafiiyah awalnya berdiri sebagai lembaga pendidikan agama tradisional yang berfokus pada pengajaran ilmu-ilmu Islam, seperti fikih, tafsir, hadits, dan akhlak. Namun seiring waktu, terutama setelah masa kemerdekaan, KH. Abdullah Syafi’ie dan para penerusnya melihat pentingnya mengintegrasikan pendidikan agama dengan pendidikan umum dalam sistem formal dan modern.
Baca Juga: Abah Anom, Ulama Sufi Rehabilitator Bangsa
Untuk mewujudkan hal itu, didirikanlah berbagai jenjang pendidikan formal di bawah naungan Yayasan Assyafiiyah, hingga akhirnya didirikan Universitas Islam As-Syafi’iyah (UIA) pada tahun 1965.
Universitas Islam As-Syafi’iyah adalah bagian dari pengembangan sistem pendidikan yang dirintis oleh Pesantren Assyafiiyah, dan menjadi salah satu warisan monumental KH. Abdullah Syafi’ie dalam bidang pendidikan Islam modern.
Beliau wafat pada tahun 1985, namun pemikiran dan perjuangannya tetap hidup melalui murid-murid dan lembaga yang ia dirikan. Namanya juga diabadikan sebagai nama jalan dan sekolah di Jakarta, sebuah bentuk penghargaan atas jasa-jasa besarnya terhadap bangsa.
KH. Abdullah Syafi’ie adalah contoh nyata bagaimana seorang ulama tidak hanya menjadi penjaga moral dan agama, tetapi juga pahlawan bangsa yang berjuang demi kemerdekaan. Keilmuannya yang luas dan keberaniannya dalam menyuarakan kebenaran membuatnya menjadi salah satu tokoh penting dalam sejarah Betawi dan Indonesia. []
Baca Juga: Ki Hajar Dewantara: Bapak Pendidikan Nasional Indonesia
Mi’raj News Agency (MINA)