Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Abu Dan, Petani Gaza yang Lawan Kemiskinan dengan Berkebun di Atap Rumah

sri astuti - Rabu, 31 Maret 2021 - 10:45 WIB

Rabu, 31 Maret 2021 - 10:45 WIB

10 Views

Gaza, MINA – Di atap rumahnya di kamp pengungsi Khan Yunis di Jalur Gaza selatan, Tayseer Abu Dan bekerja untuk membuat oasis hijau yang penuh dengan bibit dan tanaman.

Abu Dan, 65, naik tangga kayu ke atap rumah asbesnya di pagi hari. Abu Dan menekuni hobinya menanam bibit dan tanaman. Hobi ini, seiring berjalannya waktu, telah menjadi profesi yang memberinya nafkah untuk melawan kondisi kehidupan yang buruk akibat blokade Israel yang diberlakukan di Jalur Gaza selama hampir 14 tahun.

Abu Dan menggunakan atap rumahnya yang dilapisi asbes untuk menanam berbagai bibit semusim. Luas atapnya sendiri hampir 120 meter persegi.

Dia menanam beberapa jenis tanaman, yang memberikan keuntungan kecil, drai situ ia bisa menghidupi keluarganya yang berjumlah lebih dari 15 anggota.

Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir

Petani Abu Dan menanam berbagai jenis tanaman, seperti lobak, kacang-kacangan, kembang kol, tomat, kentang, terong, bawang putih, peterseli, kubis, bawang merah, kacang polong, semangka, melon, cabai, dan paprika manis.

Dia berkata bahwa dia telah belajar mengenai pertanian sejak berusia tiga belas tahun, memperoleh profesi ini dari ibunya yang janda. Ibunya juga menanam tanaman untuk mencari nafkah bagi anak-anaknya.

Abu Dan mulai menanam bibit dan pohon hias pada tahun 2005, tetapi ia menggantinya dengan berbagai jenis sayuran karena memberikan manfaat materi yang lebih besar dengan tenaga dan waktu yang lebih sedikit.

Ia juga mengungkapkan  tidak menggunakan bahan kimia saat menanam, melainkan mengandalkan bahan organik yang sehat dan tidak berbahaya.

Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia

Petani itu menjelaskan bahwa ia bercocok tanam di atap rumahnya karena tidak memiliki lahan. Pilihan mata pencaharian yang terbatas di Jalur Gaza membuatnya mengubah atap rumahnya menjadi pertanian meskipun bahaya yang dapat ditimbulkan oleh pekerjaan ini.

“Selama setahun, saya menanam dua musim; satu di musim dingin dan yang lainnya di musim panas. Kami makan beberapa dari hasil pertanian ini dan kami menjual sisanya,” tambahnya. (A/R7/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Sumber : Palestinian Information Center

Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh

Rekomendasi untuk Anda