Gaza, MINA – Abu Ubaida, juru bicara pejuang Palestina, Brigade Al-Qassam, pada Senin (2/9) menegaskan, Netanyahu dan pasukan pendudukan Israel telah dengan sengaja menghalangi kesepakatan pertukaran tahanan demi kepentingan mereka sendiri, serta terlibat dalam pembunuhan sandera melalui serangan udara.
Abu Ubaida, melalui pernyataan di akun resmi Telegram yang dikutip Ar Resalah menyebut, “setelah insiden di Nuseirat, instruksi baru diberikan kepada para Mujahidin yang bertugas menjaga para sandera mengenai tindakan yang harus diambil jika tentara pendudukan mendekati lokasi mereka.”
Ia juga menegaskan, kegigihan Netanyahu untuk membebaskan sandera melalui tekanan militer, alih-alih melalui kesepakatan damai, hanya akan mengakibatkan para tahanan dikembalikan ke keluarga mereka dalam peti mati.
Pada Ahad (1/9), militer Israel mengumumkan, mereka telah menemukan enam mayat sandera Palestina di dalam sebuah terowongan di Jalur Gaza, setelah operasi darat yang berlangsung selama beberapa bulan. Identitas para tahanan tersebut telah dikonfirmasi oleh pihak Israel.
Baca Juga: Israel kembali Larang Warga Palestina Shalat Jumat di Masjid Ibrahimi
Hamas menyebut pasukan Israel bertanggung jawab atas pembunuhan para tahanan akibat serangan udara yang terus berlangsung di Jalur Gaza.
Sementara itu, juru bicara militer Israel, Daniel Hagari menyatakan, enam mayat tersebut ditemukan di sebuah terowongan di wilayah Rafah, bagian selatan Jalur Gaza, di mana pasukan Israel melancarkan operasi darat.
Hamas juga menyalahkan Amerika Serikat yang dianggap mendukung Israel dalam agresinya terhadap Gaza.
Sejak 7 Oktober, serangan udara Israel terus menghantam Gaza, menargetkan rumah sakit, gedung, dan permukiman warga sipil Palestina.
Baca Juga: Palestina Sambut Baik Bergabungnya Bolivia di ICJ
Blokade yang diberlakukan juga mencegah masuknya pasokan air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke wilayah tersebut.
Menurut data PBB, agresi Israel di Gaza telah menyebabkan lebih dari 40.786 warga Palestina tewas, 94.224 lainnya terluka, dan sekitar 90% populasi Jalur Gaza terpaksa mengungsi dari rumah mereka. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: WHO: Hampir Tidak Ada Layanan Kesehatan Tersisa di Gaza Utara