Jakarta, MINA – Aksi Cepat Tanggap (ACT), sebagai lembaga kemanusiaan global profesional, turut serta meringankan derita penduduk Suriah melalui sejumlah program yang bertujuan untuk meningkatkan kepedulian antar sesama, khususnya para korban yang terdampak konflik berkepanjangan.
Hal tersebut disampaikan melalui konferensi pers “Bersama Bela Bumi Syam Suriah” di Gedung Menara 165 Jakarta, Jumat (17/1).
Head of Global Humanity Response (GHR) Bambang Triyono mengatakan, terkait dengan kondisi yang terjadi di Suriah, serta beberapa rangkaian peristiwa yang terjadi, pihaknya senantiasa berupaya memberikan yang terbaik untuk kemanusiaan.
“Adapun sejumlah program yang disiapkan adalah 1.000 paket pangan, 2.000 paket roti, peralatan musim dingin (pakaian hangat, selimut, bantal, kasur, bahan bakar dll), emergency house seluas 24 m² dan 10 unit bus yang bersiaga untuk mobilisasi penduduk jika terjadi serangan,” jelasnya.
Baca Juga: Syaikh El-Awaisi: Menyebut-Nyebut Baitul Maqdis Sebagai Tanda Cinta Terhadap Rasulullah
Bambang menambahkan, hingga saat ini, tidak hanya di Indonesia pihaknya pun terus bekerjasama dengan seluruh elemen masyarakat global dalam aksi serta program kemanusiaan yang terencana, terukur, serta tepat sasaran.
Untuk itu, Ibnu Khajar, Presiden ACT pun mengajak masyarakat Indonesia untuk bersama-sama membela bumi Syam Suriah sebagai bentuk tindakan nyata dalam menghadapi krisis kemanusiaan global.
“Hilangnya tempat tinggal, kondisi kesehatan yang memburuk, cuaca yang ekstrem telah menambah derita para pengungsi di Suriah. Sebagian besar kebutuhan berhubungan langsung dengan kekerasan yang meluas, konflik yang berkepanjangan dan meningkatnya kemiskinan,” ujarnya.
Sementara Dewan Pembina ACT Syuhelmaidi Syukur berharap masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduk Muslim dapat meningkatkan kepedulian antar sesama, khususnya untuk saudara-saudara yang terkena dampak konflik yang berkepanjangan.
Baca Juga: AWG: Daurah Baitul Maqdis, Jadi Titik Balik Radikal untuk Perjuangan Umat Islam
“Kami ingin kembali mengajak kesadaran umat, bahwa pentingnya kita membantu saudara-saudara kita di bumi Syam,” pungkasnya.
Perang Suriah telah terjadi sejak Maret 2011 dan telah menewaskan ratusan ribu jiwa warganya. dilansir dari United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (UN OOCHA) dan jaringan Suriah untuk hak asasi manusia (SNHR) korban jiwa sejak tahun 2011-2019 adalah sebanyak 380.636 jiwa dan warga yang eksodus keluar Idlib dari Desember 2019-Januari 2020 sebanyak lebih dari 350.000 jiwa.
Bukan hanya konflik yang terjadi di sana namun juga musim dingin yang mencapai 4 derajat Celcius yang berdampak kepada rentannya kesehatan para pengungsi.
Sebanyak 80% pengungsi adalah perempuan dan anak-anak. Beberapa keluarga berlindung di masjid atau sekolah, namun ada pula yang di tenda dekat dengan perbatasan. (L/Nz/HD/R1/P1)
Baca Juga: Gowes “Ngulisik” Ramaikan Bulan Solidaritas Palestina di Tasikmalaya
Mi’raj News Agency (MINA)