Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)
Jumlah kaum muslimin di Thailand saat ini mencapai sekitar 4,6% atau sekitar 4 juta dari total 65 juta penduduk, dan Islam menjadi agama mayoritas kedua setelah Budha.
Umat Islam di Thailand banyak dijumpai di beberapa provinsi wilayah Thailand Selatan, antara lain Provinsi Pattani (80%), Yala (68,9%), dan Narathiwat (67,8%).
Seluruh provinsi tersebut, termasuk Songkhla, dahulu masuk ke dalam wilayah Kerajaan Pattani Raya pada abad ke-12. Kerajaan Pattani Raya, atau lebih dikenal oleh penduduk muslim Thailand sebagai “Fathoni Darussalam”.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Menurut salah satu tokoh ulama Provinsi Narathiwat, Muhammad Al-Ghazali, umat Islam di sana lebih senang jika disebut dengan Fathoni, yang maknanya muslim yang kebijakan atau cerdas, dibandingkan Fattani yang artinya fitnah atau ujian. Karena dari wilayah inilah tempat lahirnya banyak ulama dan cendikiawan berbagai golongan dari tanah melayu (jawi).
Banyak ulama yang menjadi ahli tafsir Al-Quran, hafidz Al-Quran, pengarang kitab bahasa Arab dan bahasa Melayu, serta banyak juga yang telah menjadi tenaga pengajar di tanah Arab.
Fathoni digelari dengan sebutan Serambi Mekah atau juga disebut Fathoni Darussalam (negeri yang penuh dengan orang-orang cerdas di negeri yang penuh dengan keselamatan dan kesejahteraan).
Dari sisi bahasa lainnya, nama Pattani bisa juga berasal dari dua perkataan bahasa Melayu logat setempat yaitu “Pata” (pantai) dan “Ni” (ini), karena daerahnya yang berdekatan dengan pantai.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Namun demikian, meskipun Thailand dikenal sebagai negeri Budha, sekarang kerajaan cukup mendukung kehidupan umat Islam. Tanggung jawab yang berkaitan dengan Islam dan Muslimin, dipegang oleh seorang mufti bergelar Syaikhul Islam. Mufti ini berada di bawah Kementerian Dalam Negeri, berkedudukan di ibu kota Bangkok, serta bertanggungjawab kepada raja.
Adapun di provinsi-provinsi di selatan Thailand, kegiatan umat Islam diemban oleh Majelis Agama Islam (di Indonesia semacam gabungan Majelis Ulama dan Departemen Agama).
Daerah Seribu Masjid
Daerah Seribu Masjid mungkin istilah yang tepat untuk menyebut jumlah masjid di Thailand, terutama bagian Selatan. Menurut data Kantor Statistik Nasional Thailand pada tahun 2007, di Thailand terdapat sekitar 3.494 masjid, dengan jumlah terbesar (636) di provinsi Pattani.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Penulis, dalam kesempatan lawatan silaturrahim dan liputan ke tiga Provinsi Thailand Selatan, Pattani, Yala dan Narathiwat, pada 1-3 Desember 2014 lalu, menyaksikan hampir tiap 1 km terdapat masjid. Mulai dari masjid ukuran sedang hingga besar (jami’), mulai dari masjid di pinggir jalan raya hingga masjid di pelosok-pelosok kampung, dan mulai dari masjid arsitektur baru hingga masjid tertua.
Masjid al-Jami’ al-Fathoni, salah satunya, adalah masjid terbesar di pusat ibu kota Pattani.
Di masjid ini secara rutin di samping kegiatan shalat fardhu berjamaah, juga digunakan sebagai kajian atau ta’lim dhuha tiap Ahad pagi, yang dihadiri ribuan umat setempat.
Empat menara tinggi menjulang dan sembilan kubah, kolam air di halaman depan masjid, serta taman asri, menghiasi masjid berbendera Thailand tersebut.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Para pengunjung, di antaranya muslimah berjilbab dari kalangan anak-anak, remaja, mahasiswi, hingga ibu-ibu tampak berada di sekitar masjid itu, menjelang dzuhur, saat Penulis tiba di sana.
Ada lagi masjid tertua di Wilayah Pattani, bernama Masjid Wadi Al-Husein, yang didirikan pada tahun 1044 Hijriyah atau 1624 Masehi. Usia masjid tersebut sekitar 392 tahun menurut perhitungan Hijriyah atau 390 tahun perhitungan Masehi. Hampir 400 tahun hingga tahun 2014.
Keunikan masjid yang dibangun oleh tokoh ulama waktu itu, Wan Husein, di desa Due Lok Mano itu, seluruhnya terbuat dari kayu besi malabar, dan tidak ada sambungan paku.
Seluruh sambungan dibuat saling mengait, terkunci antarkayu-kayu. Sehingga semakin dimakan usia, panas dan hujan, justru membuat sambungan-sambungan tersebut semakin menyatu.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Al-Aqsha dan Shakhrah
Sepintas kedua masjid ini mirip dengan Masjid Al-Aqsha dan Masjid Kubah Ash-Shakhrah di kawasan Al-Quds, Palestina.
Masjid yang mirip dengan Masjid Al-Aqsha namanya adalah Masjid Sultan Mudzaffar Syah, dibangun tahun 877 Hijriyah, atau kini berusia 559 tahun dalam perhitungan tahun Hijriyah.
Masjid bersejarah ini terletak di tengah kota Pattani, tepatnya di Jalan Moo 2 Baan, Kru Se, Tanjong Lulo Muang, Provinsi Pattani, sekitar 7 km dari ibu kota Pattani.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Namun, masjid ini lebih populer disebut dengan Masjid Gresik karena dahulu ceritanya banyak pendatang dari Indonesia, terutama Gresik.
Para pendatang Indonesia, lalu menamakan kampungnya di Pattani dengan nama daerah Indonesia. Selain Kampung Gresik, di Pattani ada juga yang namanya Kampung Jambi, Kampung Bogor, Kampung Makassar, dan lainnya.
Menurut warga sekitar, masjid ini pernah beberapa kali dibakar oleh tentara rezim Thailand. Sehingga mengakibatkan korban syahid dari jamaah yang sedang shalat di dalamnya.
Namun kini situasinya lebih kondusif dan aman karena adanya perhatian pemerintah Thailand terhadap umat Islam Pattani, selatan Thailand tersebut.
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel
“Hubungan umat Islam di Wilayah Fattani dengan pemerintah Thailand saat ini relatif baik, umat Islam mendapat keleluasan beribadah dan beraktivas,” kata Ustadz Dr. Ahmadkamae Waemusor, salah seorang Pengurus Majelis Agama Islam Wilayah Fattani kepada Penulis saat ditemui di kantornya.
Terlihat, tembok yang terlihat bata-bata merah, bekas terbakar, memang sengaja tidak disemen dan dicat ulang kembali. Sebagai saksi sejarah perjuangan umat Islam Pattani dalam menjalankan agamanya.
Satu lagi, Masjid yang mirip dengan Kubah As-Sakhrah, adalah masjid di komplek Majelis Agama Islam Wilayah Yala, Provinsi Fattani.
Masjid ini memang sengaja dibangun mirip dengan Kubah Ash-Shakhrah untuk mengenang sekaligus mengikat hubungan dan kecintaan terhadap kawasan Masjid Al-Aqsha.
Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara
“Memang mengikuti pola arsitektur Masjid Kubah Shakhrah,” ujar salah seorang pengurus setempat. Subhaanallaah.
Kecintaan dan kepedulian muslim Pattani, walaupun masih dalam keterbatasan, namun mereka dikoordinir oleh Majelis Agama Islam Wilayah Pattani, tahun lalu mengirimkan infaq donasi untuk membantu warga Gaza, senilai RM 112.000 (Ringgit Malaysia), atau sekitar Rp40.320.000,-. Infaq donasi dikirimkan melalui salah satu lembaga kemanusiaan di Malaysia.
Seperti mimpi rasanya….. melihat bangunan mirip Masjid Al-Aqsha dan Masjid Kubah Ash-Shakhrah di selatan Thailand, yang notabene beragama mayoritas Budha. Menunjukkan kecintaan muslim di sana terhadap kawasan Al-Aqsha di Al-Quds, Palestina.
Dan, begitulah memang, semestinya ada Masjid Al-Aqsha dan Kubah As-Sakhrah bukan hanya di Palestina, dan kembarannya di Thailand. Akan tetapi juga di dalam hati kita kaum muslimin di manapun berada. Karena Al-Aqsha adalah hak milik kita umat Islam, ya : “Al-Aqsha Haqquna”. (T/P4/R11).
Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu
www.mirajnews.com